Part 3 Genderuwo Penghuni Rumah

6.7K 70 0
                                    

Semua anggota keluarga sudah duduk di ruang makan, termasuk Dadang. Diatas kursi jati depan sebuah meja makan yang sangat besar yang juga dari jati. Makanan dikeluarkan oleh Suci dari bungkusan yang telah ia beli dari rumah lama sebelum berangkat tadi pagi.

Setelah makanan siap disantap, Hendrik membuka acara pada semua anggota keluarganya. "Selamat pagi menjelang siang semuanya."

Suci dan semua anak Hendrik menjawab "Selamat pagi ayah," Setelah itu Hendrik melanjutkan pembicaraan. "Sebelum kita menyantap makanan di rumah baru kita ini, marilah kita berdoa sebagai wujud syukur pada tuhan yang maha esa agar diberikan ketenangan dan kebahagiaan di rumah ini." Lalu mereka berdoa."

"Tuhan, terimakasih atas segala rezeki yang engkau berikan. Berupa rumah baru kami, santapan kami, minuman kami, dan udara yang kami hirup, kesehatan, keluarga yang oenuh cinta, dan kebahagiaan. Buatlah kami semua dapat menikmati nya. Aamin" Lalu yang lain pun mengikuti berkata "aamiin."

Hendrik mengambil centong nasi, dan menuangkan nasi di piring. Lalu ia mengamb lauk pauk yang ada di dekatnya. Kemudian Suci mengambil makanan juga, untuk dirinya dan untuk anak bungsunya, Dede. Selain Dede semua anak Suci mengambil makanan nya sendiri,  karena Dadang diam saja maka Suci menegurnya "ayo silahkan Dadang, jangan malu-malu" kata Suci.

Puri buka suara mengejek Dadang "ah, biasanya juga dia ga tau malu." Dadang berkata, "baik tante, saya ikut makan yah." Lalu dia mengambil centong nasi dan mengambil makanan nya.

Dede makan sambil usil mengambil lauk yang ada di piring Raka, "ih, iseng mulu" kata Raka. Dan dede tertawa kesenangan.

Sedangkan Mira makan pelan hingga berhenti mengunyah, dia seperti mendengar suara nafas seorang pria dari kamar dekat dapur. Nafas yang amat dalam, serak-serak menakutkan  Suara itu berasal dari kamar yang belum diisi apapun, Kamar yang katanya akan jadi kamar pembantu.

hhhhmmmm... Mendengar itu Mira benar-benar menghentikan makan, ia fokus memperhatikan suara itu, dia ingin yakin itu bukan halusinasi. Sambil memalingkan wajahnya memandang kamar kosong.

"Mira jangan melamun mulu," Kata Suci menegur anak nya. Lantas Syci pun mengalihkan pandangan nya. "Maaf bu," lalu mira melanjutkan makan.

"kamar kosong itu mau dijadikan apa ayah?" tanya Puri. Rupanya Puri peka terhadal perasaan adiknya, walaupun Puri rak mendengar suara itu. Tapi dia tau, adik perempuannya merasakan sesuatu dari kamar itu.

"Itu kamar pembantu. Nanti kita pakai kalo sudah punya pembantu." Jawab Hendrik.

Setelah acara makan selesai, waktunya beristirahat. Dadang pamit, kepada Puri, kepada Hendrik dan kepada Suci. "mau pulang naik apa Dang?" Kata Hendrik.

"oh, ga usah repot-repot pak, saya naik angkot saja." kata Dadang.

Lalu Mira menyambar "ayah itu cuma basa-basi kang Dadang,"

Dadan tertawa malu sedangkan Hendrik tertawa terbahak-bahak. Dadang jadi grogi, dia mengangguk-ngangguk sambil berkata "naik angkot pak, nanti nyambung naik bus."

Dadang pergi berjalan keluar rumah, dan melihat nenek tadi sudah menyebrang ada di depan rumah. tinggal beberapa langkah lagi nenek itu sampai di pintu rumah.

"eh nenek," kata Dadang. "cari siapa nek?" ditanya begitu nenek itu tak menjawab.

Lalu Dadang mengeluarkan HP dan mengirim pesan whatsapp pada Puri, sayang aku pamit dulu. Bilangin sama ayah kamu, ada nenek-nenek liatin rumah."

Setelah me WA Puri, Dadang bermaksud menegur nenek itu lagi. Kahetnya Dadang begitu dia melirik nenek itu sudah ga ada. Tak lama kemudian Hendrik muncul dari dalam rumah. "Ada apa Dang?"

"Maaf pak, tadi disini ada nenek-nenek, kaya nyari orang gitu."

"Orang gila apa ya?."

"bisa jadi pak,"

"oh yasudah, kami akan lebih berhati-hati," ucap Hendrik.

Lalu Dadang mengangguk sembari melangkahkan kaki menjauh dari rumah. Dadang menunggu angkot tepat depan rumah, Hendrik kembali masuk dan mengunci rumah nya dari dalam. Ketika Dadang sudah dapat angkot dan menaikinya, Dadang menoleh ke arah rumah yang sedang ditinggalkannya. Angkot berjalan menjauh dari tempat itu, dari balik jendela mobil angkot, Dadang melihat Nenek tadi lagi sedang menghadap rumah.

Genderuwo Penghuni RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang