Pagi pun datang, semua bersiap dengan kegiatannya masing-masing. Jam baru menu jukkan puk setengah enam pagi, tapi di meja makan Hendrik, Suci dan semua anaknya sudah berkumpul. Ini adalah sarapan pagi pertama di rumah baru.
Hendrik memimpin doa, "Tuhan, terimakasih atas rezeki yang hendak kami santap di pagi ini, buatlah kami selalu dapat bersyukur atas rezeki yang kami terima. Aamin."
Setelah yang lain mengatakan pula "aamiin" maka mereka menyantap roti bakar yang dibuat Suci. Bagi mereka makan bersama adalah kebiasaan keluarga. Dan berdoa adalah sebuah keharusan di keluarga ini.
Di keluarga ini hanya Suci yang disibukkan dengan pekerjaan rumah. Ini adalah kesepakatan antara Hendrik dengan Suci. Dulunya Hendrik dan Suci berharap dengan begini, Puri dapat fokus terhadap kuliahnya, dan yang lain fokus terhadap sekolahnya. Tapi yang terjadi rata-rata nilai Puri adalah C, dan Raka punya nilai standar, bukan nilai terbaik di kelas. Hanya Mira yang berprestasi, dia ranking tiga di kelas nya. Namun Entah kenapa dia selalu tampak murung, diantara keempat anak Hendrik dia lah yang paling pendiam.
Setelah selesai sarapan berangkatlah mereka ke sekolah masing-masing. Ayah dengan mobil nya mengantar Mira, Dede dan Raka ke sekolah. Sekolah mereka adalah sekolah swasta yang ada TK, SD, SMA bahkan perguruan tinggi nya juga ada. Sementara Puri pergi ke pinggir jalan menunggu angkot.
Universitas Puri adalah Universitas Negri, dia bisa masuk kesana karena ayahnya punya uang untuk menyogok pihak kampus. Dan untunglah Puri sementara ini, kampus Puri sangat dekat dengan rumah baru nya. Hanya lima belas menit saja pakai angkot.
Sedangkan Suci hanya di rumah, dia akan menyapu, mengepel, lalu nonton TV. Seperti yang biasa dia lakukan di rumah lama.
Dalam mobil menuju sekolah Raka, Dede dan Mira, Hendrik berkata pada anak-anaknya, "anak-anak, sepertinya kalian harus pindah sekolah."
Dede sumringah "hore, pindah sekolah."
Dan Raka menjawab "tidak mau ayah,"
"loh koq ga mau, kita kan bisa cari sekolah yang lebih dekat dari rumah baru kita," Tanya ayah.
"nanti harus kenalan lagi dengan orang-orang baru, sementara di sekolah ku aku sudah banyak teman.
Lagi pula jaraknya sama aja ayah, dari rumah tadi sejam ke sekolah, dan dari rumah lama sejam ke sekolah, kita kan cuma pindah dari ujung ke ujung." Kata RakaHendrik pun membantah "lebih jauh lah dek."
"aku kira sama jauhnya ayah, sekolah kami dekat dengan tugu, waktu kemarin pindahan aku memperhatikan jalan, dari rumah lama satu jam kita lewati tugu dan satu jam lagi kita sampe rumah baru kita." Kata Mira.
"Oh, ada guna nya juga dia pendiam ya, ternyata pengamat jalan." pikir ayah.
"lagian itu rumah ada hantunya," Kata Raka,
"hah hantu?" tanya Dede.
Lalu Raka bercerita "iya hantu, malam tadi aku dengar suara nafas bapak-bapak, seperti mau meraung gitu. Aku juga dengar suara langkah kaki orang, suara nya itu kaya raksasa."
Lalu Hendrik memotong pembicaraan "Raka! Dede kan masih kecil. Jangan kasih cerita hantu."
"Kemarin aku juga dengar suara itu ayah, dari dalam kamar kosong"
"Mira, tolong lebih dewasa! Cerita kalian ga baik buat perkembangan jiwa Dede!!" Ucap Hendrik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genderuwo Penghuni Rumah
HorrorSuci dan keluarganya tinggal di rumah yang ternyata berhantu, ada genderuwo disana. Suci dibuatnya masturbasi, dan merasakan ada yang merangkulnya. Dikira itu suami nya ternyata itu genderuwo. Silahkan baca selengkapnya.