Mira, putri cantik Hendrik yang masih kelas 1 SMP. Dia sedang ada di dalam mobil ertiga GX, bersama seluruh keluarganya, disana ikut juga pacar kakak nya. Sebagai introvert yang suka dengan kesunyian, anak kedua Hendrik ini, merasa sangat terganggu oleh suara bising kedua adiknya, Raka dan Dede.
Dede si bungsu mengambil robot-robotan Raka, lalu dirampas kembali oleh Raka dan Dede berteriak "aaah, pelit banget siiiih" Raka pun menjawab dengan kesal "Kau kan punya mainan mu sendiri, tuh lihat dalam dalam tas mu, keluarkan lah dan main kan itu!" Tapi Dede tak mau kalah, katanya "Aku tak suka mainan itu, aku suka yang ini." lalu Dede hendak merampasnya kembali. tapi Raka memegangnya erat, sehingga mereka sama-sama mengeluarkan suara kesal.
"iiih, dedeee!"
"siniin!"Mobil itu sudah penuh, tambah sesak dengan ocehan kedua bocah. Maklum saja, Raka masih kelas dua SD dan Dede baru banget masuk TK. Mira jadi pusing dibuatnya.
"Raka, ngalah aja lah. kamu kan sudah besar" Kata Suci yang duduk di kursi penumpang depan samping Hendrik suaminya yang sedang menyetir.
Mira duduk di kursi tengah, di pinggir sebelah kiri. di sebelah kanan nya ada Dede dan di tengah ada Raka. Walau pun risih Mira hanya memandang semua yang dilewati mobil dari kaca disampingnya, mulai dari rumah-rumah, pohon-pohon, kios-kios, dan juga orang-orang.
Sedangkan di kursi paling belakang, tak kalah membuat Mira risih. Puri kakak nya sedang bermesra-mesraan bersama sang pacar, Dadang namanya. Mirapun bertanya-tanya dalam hati, kenapa Dadang bisa ikut, kenapa ayahnya membiarkan Dadang ikut.
Sebetulnya Dadang disuruh datang oleh Puri, maksud Puri menyuruh Dadang datang adalah membantu Puri mengangkat barang-barang Puri dan menatanya nanti di rumah baru. Puri membawa barang yang sangat banyak, selain pakaian dia juga membawa banyak boneka, koleksi parfum mahal dan make up.
Di mobil itu Puri dan Dadang berpegangan tangan, bahkan kepala Puri disenderkannya ke bahu Dadang. Dadang mengelus-elus kepala Puri dengan lembut. Sebetulnya Hendrik memperhatikan Puri dari spion tengah. Tapi dia masih menganggap gaya pacaran mereka belum keluar batas.
Lagipula Hendrik mempunyai penilaian yang baik pada Dadang. Meskipun Dadang anak kampung, tapi dia lulusan universitas terbaik di Indonesia, dan bekerja sebagai pegawai pemerintah. Hendrik sudah siap membuka lampu hijau jikalau Dadang melamar Puri.
Tak berselang lama sampai lah mereka ke rumah baru. Semua perabotan sudah di isi oleh Hendrik, Dan rumah ini sudah resmi jadi miliknya. Tinggal pakaian-pakaian yang belum diangkut, dan kini mereka telah membawanya. Selain Puri yanh banyak membawa boneka, koleksi parfum, dan koleksi make up Dede pun membawa banyak barang selain pakaian, yaitu mainan-mainannya.
Masuk lah mobil itu ke carport, dan keluarlah semua anggota keluarga, termasuk Dadang. Hendrik membuka bagasi ertiganya, mengambil sebuah koper besar dari roof rack di atas mobilnya, sementara itu Suci mengambil buntelan penuh baju dari dalam bagasi mobil.
Hendrik melirik pada Dadang sebagai kode agar Dadang membantunya. Sehingga Dadang pun mengangangkat bundelan lain, Puri menghampiri Dadang dan bilang, "kamu angkat bundelan yang ini saja!"
Yah, Dadang pun mengangkat buntelan yang sebenarnya itu adalah pakaian Puri. Sementara Puri menggendong tas besar berisi koleksi parfum dan make up nya. Mira punya buntelan baju yang tidak sebesar milik Puri, dia juga menggendong tas yang tidak seberat tas Puri.
Semua anak Hendrik sudah tau kamarnya asing-masing, mereka sudah dua kali ke rumah itu, dan sudah menentukan kamarnya masing-masing. Istri Hendrik sendiri sudah tiga kali kesana. Dan Hendrik sudah tujuh kali berkunjung. mereka sangat suka rumah itu.
Koper besar yang tadi dibawa Hendrik itu berisi pakaian Raka, Dede, dan juga pakaian istrinya. Sedangkan buntelan yang ditenteng nya adalah pakaian Suci.
Selebihnya Hendrik sudah mempersiapkan semua. bolak-balik dia kerumah itu, untuk menata satu persatu setiap sudut ruangan dengan perabotan dari rumah nya yang lama. dia juga membeli perabotan baru dan memajangnya disana.
Ruang tamu nya sudah diisi meja, kursi, lemari pajangan. ruang makan sudah terisi meja makan, rak piring, dan piring itu sendiri, semua kamar pun sudah diisi lemari dan ranjang. Sedangkan di hari kedua anaknya berkunjung ke rumah itu, mereka sudah memilih kamar untuk mereka masing-masing.
di lantai atas ada dua kamar dan satu gudang kecil. Kamar yang satu diisi oleh Mira, dan sebelahnya diisi oleh Puri.
Sedangkan kamar di lantai bawah, adalah kamar Hendrik bersama istrinya, lalu sebelahnya kamar Raka bersama Dede.
Hendrik ke kamar Raka dan Dede membawa koper, mengaluarkan pakaian Raka dan Dede. "ibu, tolong tata ini ya!" kata Hendrik.
Lalu Hendrik membawa koper itu yang tersisa pakaian Suci. Dia juga membawa buntelan baju ke kamarnya. Buntelan itu berisi pakaian pribadi Hendrik. Dia menata pakaian Suci dan miliknya sendiri di kamar barunya.
Mira, Puri, dan Dadang menuju lantai dua. Mira bisa sampai terlebih dahulu ke atas dan masuk kamarnya. Karena dia hanya membawa satu buntelan kecil dan tas yang dibawanya pun amat dingan. Sementara Puri harus menyemangati Dadang yang berusaha mengerahkan tenaganya membawa buntelan Puri yang besar dan berat.
Oh iya sayang, di mobil ada dua kardus isinya boneka-boneka kesayangan aku, abis ini kamu ambilin kardus itu yah.
Mira masuk kamar nya, dan menata kamarnya sendiri. Sedangkan Puri di kamar sebelahnya, menata pakaian dibantu oleh Dadang.
Saat Dadang menemukan BH Puri dari buntelan, Dadang becanda "ini ukuran berapa? gede banget yah hahaha"
Puri kaget, merebut BH itu, dan menaruhnya di lemari. "Punya ku kan emang gede, ngga liat?" kata Puri.
"Iya sih gede banget," Lalu Dadang mengulurkan tangan nya hendak menyentuh payudara Puri.
Puri berkata "Kamu mau ngapain sih?" Puri menghindar.
"Mau cek ukuran mu," Kata Dadang
"Eh, jangan becanda yah. Meningan kamu pergi lagi deh ke mobil, ambilin dus di mobil, dua-duanya bawa kesini!"
Dadang kembali ke mobil dan mengambil dua dus besar berisi boneka Puri. Dari sebrang jalan di depan rumah itu, Dadang melihat nenek tua menghadap ke arah rumah. wajahnya menunduk, Dadang fikir nenek itu hanya sedang menunggu angkot.
Tampilan nenek itu sedikit mengangganggu Dadang. Kain sarung nya kotor, kembennya kusam, dan wajahnya tak terawat. keriput nenek itu membuat seram parasnya.
Dadang cuek saja, dan pergi membawa dus itu ke dalam rumah. Ia kerepotan membawa dua dus itu karena ukuran nya sangat besar. Hingga menutup setengah penglihatannya. salah Dadang adalah menumpuk dus bukan mengambil nya satu persatu. Tapi dia pikir, dari pada capek bolak-balik meningan di tumpuk begitu.
Sebelum naik ke lantai dua Dadang menghampiri Hendrik terlebih dahulu di kamar nya. "maaf ayah, mobil nya belum dikunci. Itu ada yang liatin mobil dari luar. Nenek tua, tapi takutnya ada yang lain."
Lalu Hendrik memencet remot mobil dan terkuncilah mobil itu. Kemudian Dadang naik ke lantai dua dan menaruh dus di kamar Puri. Dibukalah dus itu oleh Puri, mereka menata kamar dengan sangat rapi.
Hendrik selesai menata kamarnya, dia pergi ke kamar Raka dan Dede untuk bicara pada Suci. "kalo sudah selesai kumpul di meja makan yah," Lalu dia pergi ke kamar Puri dan Mira, untuk mengatakan hal serupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genderuwo Penghuni Rumah
HorrorSuci dan keluarganya tinggal di rumah yang ternyata berhantu, ada genderuwo disana. Suci dibuatnya masturbasi, dan merasakan ada yang merangkulnya. Dikira itu suami nya ternyata itu genderuwo. Silahkan baca selengkapnya.