11

17 3 0
                                    

Disekolah.......

"Mor, gue nyontek Matematika dong! Abis ini pak Zayn jam ke 3-4" ujar Rizky.

Amora mengeluarkan bukunya lalu memberikan pada Rizky. Bintang menatap Rizky tak suka, entah mengapa. Ingat!! Karena Amora sudah menjadi miliknya.

"Lain kali kalo nyontek gausah ke Mora, gue juga bisa!" ujar Bintang sinis.

Renka, Vilona, Rizky, dan Bian saling berpandangan. Sebenarnya ada apa dengan Bintang?

***

"Lo udah bilangkan ke orang tua lo kalo pertunangan kita dibatalin?" tanya gadis itu.

"Udah, nanti ortu gue kerumah lo. Mau batalin pertunangannya, lagian gue udah punya pacar" jawabnya enteng.

"Yaudah, gue mau kita sahabatan aja"

"Hmm"

***

Bintang dan Amora duduk berhadapan dimeja kantin. Mereka berdua dipenuhi dengan rasa yang tak bisa didefinisikan.

Amora rasa ini saatnya ia cerita tentang hubungannya dengan Bian. Sebelum terlambat.

"Bintang, gue mau bicara boleh?"

"Ada apa?"

"Di rooftop aja"

Mereka berdua meninggalkan kantin dan pergi menuju rooftop. Sesampainya di rooftop, Amora bingung harus bagaimana.

"Katanya mau bicara? Mau bicara apa?"

"Eh..itu, tapi janji ya kalo aku cerita kamu gak boleh marah?"Amora mengganti kata gue-lo dengan kata aku-kamu.

"Iya janji"

Amora menceritakan semua tentang perjodohan itu. Tetapi Amora bingung, mengapa wajah kekasihnya ini biasa saja?

"Kamu gak marah kan?" tanya gadis mungil ini.

Bintang terkekeh atas perilaku gadisnya ini, "Aku udah tau"

Mata bulat Amora seketika ingin keluar, lalu jika Bintang tau mengapa tidak tanya atau apalah. Kenapa malah membiarkan dirinya bercerita panjang nan lebar tadi. Huh sungguh menyebalkan.

"Aku gak sengaja denger pembicaraan  waktu lalu"

"Kenapa kamu gak tanya aja kemaren?" kesal Amora.

"Ya aku pikir kamu nanti mau cerita sendiri, sayang"

What?!! Sayang? Kenapa Bintang malah membuatnya melayang seperti ini. Wajar dong ya kan pacarnya, seketika pipi Amora merah padam.

***

Malam ini dirumah Amora sedang banyak tamu sehingga dia tidak bisa membalas setiap chat.

Semua orang terlihat begitu serius, Amora takut jika mama dan papanya tetep kekeuh dengan pendiriannya. Tangannya bergetar, mengeluarkan keringat. Tanpa aba-aba, Alfa yang menyaksikan pun langsung menggenggam tangan mungil itu.

"Jadi, saya selaku orang tua dari Fabian minta maaf sebesar-besarnya pak Aldi. Kami tidak tahu bahwa Fabian telah memiliki kekasih. Dengan berat hati kami memutuskan perjodohan ini" ujar Fahri-papa Bian.

"Iya, kami sebenarnya juga ingin bicara ini kepada kalian. Tapi, pekerjaan saya selalu menumpuk. Biasa lah!"

Singkat saja pertemuan antar keluarga ini. Setelah seperginya keluarga Bian, Amora langsung ke kamarnya. Ia mengecek hp-nya, apakah ada telfon atau tidak. Ternyata iya, kekasihnya ini memang pecandu rindu atau bagaimana ia tidak tahu.

Amora memutuskan untuk memvidiocall Bintang.

Tutt tutt

Panggilan terjawab.

"Ada apa yang?"

"Maaf ya Bintang, tadi soalnya keluarga Bian kerumah"

"Ngapain?"

"Batalin perjodohannya!"

"Syukur deh kalo gitu"

"Iya dong aku seneng banget,"

"Bang Al, tau gak kalo kita pacaran?"

"Emm, kak Al belom tau. Tapi tenang aja kok, nanti aku kasih tau!"

"Oh yaudah terserah deh"

"Yang. Kasih tau ke sahabat-sahabat kamu aja deh ya kalo kita pacaran"

"Kenapa kek gitu sih?"

"Yaa, gapapa. Tapi aku takut kalo aku dibully"

"Apa kata aku aja, kamu gausah takut"

"Yaudah, aku mau tidur"

"Iya, good night my moon"

"Night too, my little star"

Tutt tutt

Panggilan terakhiri.

Kini hati Amora terasa sangat bahagia, entah karena perjodohan itu dibatalkan atau barusaja bertelponan dengan sang kekasih barunya.

***

Bintang tersenyum mengingat apa yang dilakukan oleh gadis yang tengah berstatus kekasihnya itu, apa ia harus mengutarakan statusnya? Apa malah ia harus menutupinya, jika ia menutupinya. Toh, percuma saja semua akan terbongkar.

Akhirnya Bintang memilih untuk tidur saja.

Pagi ini, suasana rumah Bintang tak seperti biasanya. Kali ini terlihat sunyi sepi, karena semuanya sedang liburan.

***

"Tang! Gue mau crita nih, lo maukan kasih saran. Secara kan elo yang paling dewasa pikirannya" ujar Devan.

Bintang memutar bola matanya malas, biasanya kalo begini ia juga yang akan disalahkan. Bagaimana tidak! Jika para sahabatnya telah bercerita panjang lebar, ia hanya berdehem sebagai jawabannya.

"Tang! Lo tau Della kan, pacar gue? Gue itu sebenernya udah males bat pacaran ama dia. Dikit-dikit minta ini, dikit-dikit minta itu, sebel gue. Ya...... maklum sih gue kaya, ya tapi tolonglah jangan manfaatin gue!" crocos Devan.

"Lah, trus apa hubungannya ama gue. Duit-duit elo juga"

"Ya gue minta saran lo kingkong!"

"Saran gue ya?" Devan mengangguk.

"Putusin aja, ribet amat!" sarkas Bintang lalu meninggalkan sahabatnya menuju kelasnya.

Sesampainya dikelas, Bintang dikejutkan dengan Feyla yang sedang adu mulut dengan kekasihnya. Dengan cepat, Bintang mendekati keduanya.

"Gue udah pernah bilang! Jangan deketin Bintang! Kenapa malah lo deketin?!" sarkas Feyla.

"Emang lo siapa gue sih? Ngatur-ngatur gue, kenal aja enggak kok!"jawab Amora.

"Lo gak tau gue ya?! Gue tuh cewek paling cantik, paling famous disekolah ini. Dan lo, dateng ngambil itu semua!"

Tangan Feyla terangkat untuk menampar pipi mulus Amora, hingga membuat siswa yang melihat itu menjerit, tapi ada tangan kekar mencekalnya.

"Lo gak ada hak buat tampar dia" ujarnya cowok itu dengan tatapan menusuk.




Tbc...🌿
Pencet bintang yeeeee.......

A MATTER OF TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang