Prolog yang berisi dialog.
---
"Lagi belajar matematika, Ar?"
"Enggak, bahasa Arab."
"Kok, nggak ada fathah, ain, kasrah, sama dammahnya?"
"Udah tau isinya angka semua begini, pake ditanya ada harakatnya engga segala. Jelas-jelas ini matematika, Ka."
"Makanya jangan masuk FMIPA! Selalu ketemu lagi kan sama matematika. Masuk ISIP dong, nanti ketemunya selalu sama saya."
"Mmmm...."
"Ini beneran materinya masih ngebahas tentang relasi fungsi gitu?"
"Enggak. Ini aku cuman mau inget-inget materi sewaktu SMA aja."
"Gini lho, Ar. Cara mengingat yang paling gampang itu kalau teorinya dikait-kaitkan sama contoh di kehidupan sehari-hari."
"Gimana?"
"Oke begini, misal saya itu domain, kamu kodomainnya, dan anggap saja garis yang sering direlasikan dengan domain dan kodomainnya adalah salah satu bentuk garis takdir kamu sama saya. Hati saya sama hati kamu dihubungkan menjadi satu melalui garis takdir dan kemudian terciptalah suatu relasi di antara saya sama kamu."
"Apa, sih? Gajelas gitu."
"Gimana? Itu tadi salah satu contoh teori relasi yang definisinya memasangkan himpunan A ke himpunan B. Saya udah mirip kayak matematikawan belum?"
"Bodo ah, Ka! Kamu ngajak ribut. Nanti kalau kita berantem udah mirip kayak orang pacaran aja. Males!"
"Gini, deh, Ar. Kalau ada yang tanya tentang rumor kita berdua pacaran, bilang aja itu benar."
"H-ha? Apaan lagi, sih, Ka?"
"Daripada kita buang tenaga buat lurusin itu rumor. Mending pakai cara instant aja dengan bilang rumor itu nggak salah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Relasi Takdir.
Fiksi PenggemarArka itu domain sementara Arum kodomainnya. seri lokal © 2020, d x n a m o n d.