The Devil Butler 1

269 10 6
                                    



THE DEVIL BUTLER

Genre : Fantasy, Thriller, Romance

Rate : M






















Chaerin mengerjapkan kedua matanya saat cahaya matahari mulai menerobos dari sela-sela gorden jendela kamarnya. Rasanya matanya masih terasa berat dan enggan untuk terbuka, semalam adalah malam yang sangat melelahkan baginya. Meski pun dirinya sudah melakukannya sejak dua tahun yang lalu. Sejak dirinya kembali dari kegelapan.

"Saya sudah menyiapkan air hangat untuk anda nona muda." Jiyong terlihat keluar dari kamar mandi setelah menyiapkan air untuk Chaerin mandi. Dengan pelan Chaerin menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Melangakah dengan pelan menuju kamar mandi, sepertinya dirinya membutuhkan berendam saat ini.

"Saya akan menyiapkan pakaian anda," sekali lagi Chaerin mengangguk sebelum menutup pintu kamar mandi. Meninggalkan Jiyong yang sudah membuka lemari pakaiannya untuk menyiapkan pakaian yang akan dikenakan Chaerin hari ini. Sepertinya hari ini akan jadi hari yang cukup panjang untuk sang nona muda.




***




Sekitar empat puluh lima menit akhirnya Chaerin selesai dengan ritual mandinya, dengan dibantu Jiyong Chaerin memakai pakaiannya. Tatapannya terlihat sangat datar pagi ini.

"Sepertinya hari ini akan ada berita bagus nona muda." Tidak ada reaksi dari Chaerin sama sekali.

"Sarapan sudah saya siapkan dan sepertinya adik anda juga sudah menunggu anda di meja makan." Chaerin mengangguk lalu melangkah keluar kamar diikuti oleh Jiyong dibelakangnya.

"Apa semuanya sudah beres?"

"Sudah, anda akan segera melihatnya sendiri." Chaerin mengangguk. Langkah kakinya kini mulai menuruni tangga.

"Eonni, kau lama sekali." Gerutu Harin saat Chaerin sudah duduk di meja makan.

"Kau yang terlalu awal untuk sarapan rin." Harin mencebilkan bibirnya mendengar ucapan Chaerin yang sedikit tajam menurutnya. Chaerin terlihat acuh dan memilih untuk menyantap sarapan yang sudah disiapkan oleh pelayan.

"Aku baru sadar kalau eonni sekarang memakai cat kuku berwarna hitam." Harin melirik jari Chaerin, tepatnya kuku Chaerin yang berwarna hitam.

"Belakangan ini aku sangat suka dengan warna hitam." Jawab Chaerin acuh sambil menyantap sarapannya. Namun tidak untuk Harin yang menurutnya bukan kebiasaan Chaerin seperti ini.

'Kau berubah drastis setelah kejadian itu eonni,' ringis Harin dalam hati melihat perubahan Chaerin sejak dua tahun yang lalu.

"siang ini setelah kuliah aku akan perusahaan, apa kau mau ikut?" tawar Chaerin.

"Tidak, aku ingin istirahat saja hari ini. Perjalanan dari Amerika sangat melelahkan eonni. Mungkin nanti sore aku akan menemui temanku." Chaerin mengangguk mengerti.

Harin menatap Chaerin sendu, eonninya banyak berubah sejak kematian orang nonaya. Bahkan bisa dikatakan Harin tidak lagi mengenali Chaerin yang sekarang. Dan itu membuat Harin sedikit merasa sedih. Seandainya saja dirinya bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sebelum orang nonaya meninggal mungkin dirinya masih bisa menyelamatkan keluarganya. Namun itu hanya kata seandainya, karena semuanya sudah terjadi. Orang tua nya sudah meninggalkan mereka. Dan hanya Chaerin yang dimiilikinya saat ini, yang bisa dilakukannya saat ini adalah selalu berada di sisi Chaerin.




SKD's Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang