17 (Janji?)

736 82 1
                                    

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

Kalau Daniel tidak salah menghitung—mungkin Seongwoo sudah menangis selama 15 menit. Meneriaki dirinya yang katanya ''jahat'', juga memukuli dada dan bahunya dengan brutal. Sakit sih, tapi Daniel membiarkan Seongwoo memukuli dirinya, hitung-hitung untuk menebus kesalahan bodohnya itu.

Lama-kelamaan, dia kesal mendengar teriakan dan tangisan Seongwoo. Tidak ada cara lain untuk menghentikan tangisan laki-laki kesayangannya ini selain dia harus ''menggigit'' lagi lehernya di bagian yang sama seperti waktu itu.

Daniel meletakkan toples berisi keripik kentang yang isinya tinggal separuh ke meja. Lalu, tangannya menangkup kedua pipi Seongwoo dan mengusapnya lembut,'' diem ya, aku bakal gigit leher kamu, ngga usah teriak sakit.''

Seketika, tangis Seongwoo berhenti. Bibir tipis itu tersenyum lebar. Kepalanya dia anggukan dengan semangat, ''cepet gigit.''

Jemari telunjuk yang kurus itu menunjuk bagian leher yang terlihat jelas bekas di tempel plester, ''gigit di sini, kaya yang waktu itu.''

Daniel hanya menghela nafas dan menganggukkan kepalanya. Dia mengusap bibir tipis itu lalu mengecupnya sekilas, ''aku sayang kamu, jangan nangis lagi, jangan sakit lagi. Aku ngga suka liatnya.''

Tatapan lembut dan deretan kata yang baru saja di ucapkan Daniel mampu membuat Seongwoo merona. Pipinya yang putih itu kini bersemu, jantungnya juga entah kenapa berdetak sangat kencang.

Tersentuh, malu, melayang, bahagia bercampur menjadi satu. Apalagi, sekarang tubuhnya di peluk erat oleh Daniel. Dia harus berterima kasih pada hujan yang masih turun deras di luar sana—pelukan Daniel kali ini benar-benar hangat sekaligus menenangkan. Rasanya, dia ingin Tuhan menurunkan hujan setiap hari supaya bisa di peluk Daniel seperti ini.

Dia meremas kuat rambut laki-laki yang memangkunya ketika lehernya mulai di kecup. Dia juga melenguh saat Daniel menghisap bagian lehernya di tempat yang sama, seperti waktu itu.

''Nielhh—ahhh,'' Seongwoo menjambak kuat rambut Daniel ketika lehernya di gigit. Rasanya lebih sakit dan lebih enak daripada yang waktu itu. Lalu, dia merasakan laki-laki tampan itu kembali menghisap lehernya dan mengecupnya pelan.

''Gimana, sakit ngga?,'' tanya Daniel ketika dia menjauhkan wajahnya dari leher Seongwoo. Terlihat jelas tanda yang di buatnya itu berwarna merah keunguan. Ada bekas gigitannya juga di sana. Jemarinya bergerak untuk mengusap ruam merah bercampur keunguan yang baru saja dia buat.

''Sakit tapi enak, hehe''

Daniel terkekeh pelan dan dia merasakan pelukan Seongwoo semakin erat, ''di plester lagi ya.''

Ucapnya dan langsung mendapat gelengan kepala dari Seongwoo. Laki-laki manis itu melepas pelukannya dan menatap Daniel tajam, ''aku kan mau pamer ke Minhyun, jangan di plester.''

Wajah yang merah dan bibir yang mengerucut lucu itu membuat Daniel gemas. Lagi-lagi, dia menangkup pipi Seongwoo dan memberi banyak kecupan di bibir tipis itu.

''Gemesin banget sih kamuuuu,'' kini gliran hidung Seongwoo yang menjadi sasaran Daniel. Dia cubit pelan sampai warnanya merah.

''Ihhh Daniel—sakit,'' rengek Seongwoo dan mengalihkan tangan Daniel dari hidungnya. ''Pokoknya aku mau pamer ke Minhyun, ngga boleh di plester. Oh iya, Ayah juga belum liat.''

''Oke, kalo kamu mau pemer ke Minhyun sama Ayah, aku ngga akan gigit leher kamu lagi,'' ucap Daniel datar sekaligus mengancam Seongwoo.

''Jahat—hiks Daniel jahat,'' si manis kembali menangis dan memeluk erat tubuh Daniel.

''Udah minum obat?,'' tanya Daniel yang tidak di hiraukan Seongwoo.

''Woo, aku kan tadi udah bilang, jangan nangis, aku ngga suka liat kamu nangis''

''Ya kamu hiks—yang bikin aku nangis—hiks''

''Oke, aku minta maaf''

''Boleh pamer ke Minhyun sama Ayah tapi hiks, nanti aku maafin''

Daniel terkejut, belajar dari mana Seongwoonya ini. Kok sudah bisa mengancam?

''Sekali ngga tetep ngga, terserah juga kalo kamu ngga maafin aku. Aku bakal pergi lagi,'' ancam Daniel.

''Jangan hiks—huwaaa Daniel jangan pergi lagiiiiii''

''Ya makanya dengerin apa kataku,'' Seongwoo akhirnya mengangguk. Dia sedikit menjauhkan tubuhnya dari Daniel dan mengusap pipinya yang basah.

''Jangan pergi, pokoknya kamu ngga boleh pergi,'' rengek Seongwoo. Daniel hanya menganggukkan kepalanya dengan malas.

''Ngga akan''

''Janji?''

Seongwoo menunjukkan jari kelingkingnya pada Daniel, ''janji?''

Tanyanya lagi dan Daniel hanya mendengus, ''sekarang udah ngga jaman janji pake nautin jari kelingking, sekarang pakenya bibir.''

Ucapan asal Daniel di percaya Seongwoo. Dia segera mendekatkan wajahnya pada Daniel, memposisikan bibirnya di depan bibir Daniel.

''Cepet kecup''

Daniel hanya terkekeh dan memejamkan matanya lalu mengecup bibir Seongwoo.

cup

''Hehe, makasih Daniel,'' Seongwoo turun dari pangkuannya dan berlari keluar kamar.

''AYAHHHH, LIAT LEHER AKU NIH, HABIS DI GIGIT DANIEL''

Teriakan Seongwoo terdengar sampai di telinganya karena laki-laki manisnya itu tidak menutup pintu kamar. Rasanya—Daniel ingin berteriak. Mengapa dia harus jatuh cinta pada laki-laki sepolos Seongwoo?

Astaga :'(

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

TBC

Ongniel | Temen Masa Gitu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang