15 (Kedatangan Joohyuk)

663 88 0
                                    

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

Pagi itu sekitar pukul 08.00, Seongwoo sudah berganti pakaian, menggosok giginya dan mencuci muka. Duduk di sofa dekat ranjang sembari menyuap bubur ayam yang terasa hambar di mulutnya. Matanya terus menatap ke luar jendela—hujan.

Dia sudah mengenakan baju tebal dan kaos kaki tapi masih merasa dingin, efek masih demam mungkin. Ah—Seongwoo jadi merindukan pelukan hangat Daniel. Duh, matanya kembali berkaca-kaca, kira-kira laki-laki tampan itu sedang apa dan sedang dimana?

Tidak tahu kah dia kalau Seongwoo sangat merindukannya?

Nafsu makannya kembali turun, dia meletakkan sendok yang sedari tadi di pegang. Membiarkan semangkuk bubur ayam yang baru dia suap dua kali itu di meja begitu saja. Padahal, biasanya Seongwoo akan sarapan dua mangkuk bubur ayam Mang Suman. Rasanya enak, gurih, pokoknya favourite Seongwoo, tapi pagi ini entah kemana hilangnya rasa nikmat ketika menyantap bubur ayam Mang Suman.

Diam-diam Seongwoo melengkungkan bibirnya ke bawah. Sedih.

''Maaf ya bubur, aku lagi ngga nafsu buat makan kamu''

Dia berdiri dan mendekati jendela kaca. Menatap jalanan di bawah sana yang sepi. Berharap sekali bahwa ada mobil Daniel yang terparkir di halaman rumahnya.

Tidak berselang lama, dia mendengar pintu kamarnya terbuka. Dia malas menoleh dan membiarkan entah siapa—memasuki kamar tidurnya.

''Hai Seongwoo, aku kesini mau jengukin kamu sekaligus minta maaf''

Si manis jelas hafal suara ini. Suara laki-laki yang menjadi penyebab Daniel marah dan menjauhi dirinya. Muncul perasaan kesal dan ingin memarahi Joohyuk—tapi apa daya, dia tidak memiliki tenaga.

Dia berbalik dan tersenyum tipis, ''duduk Kak.''

Seongwoo pun kembali duduk dan berhadapan dengan Joohyuk yang terlihat gugup.

''Aku minta maaf karena waktu itu cium kamu dan bikin kamu nangis. Sekali lagi maaf ya Seongwoo''

Laki-laki manis yang terbalut sweater berwarna putih itu hanya terkekeh,'' Kakak tau ngga, gara-gara Kakak cium aku, Daniel jadi marah dan ngejauhin aku.''

Joohyuk sedikit terkejut kemudian tersenyum, dia paham maksud Seongwoo. Kedatangan Daniel kemarin ke rumah Tantenya untuk menemuinya serta mengancamnya untuk tidak menyentuh Seongwoo lagi cukup memperkuat dugaannya bahwa Seongwoo dan Daniel saling menyayangi. Sayang yang lebih dari teman.

Ah—rupanya Joohyuk kalah start. Dia harus merelakan laki-laki manis di hadapanya ini untuk bahagia dengan Daniel.

''Kakak ngga tau dan sekali lagi Kakak minta maaf ya udah bikin kamu sama Daniel marahan''

''Ngga papa Kak, aku yakin Daniel marahnya ngga lama, kalo pun lama aku bakal bujuk dia biar ngga marah lagi, hehe''

Kekehan Seongwoo membuat Joohyuk kembali tersadar bahwa sudah tidak ada ruang yang tersisa di hati Seongwoo untuk dirinya. Dia sedih, tapi dia tidak akan menampakkan kesedihannya di hadapan laki-laki yang masih terlihat pucat.

''Kakak doain biar kalian cepet baikan ya, kamu maafin Kakak kan?''

''Aku maafin Kakak kok dan makasih udah jengukin aku''

Joohyuk tersenyum dan berdiri, ''boleh peluk?''

Seongwoo menggelengkan kepalanya, ''ngga boleh, kata Bunda kalo aku peluk Kak Joohyuk nanti Daniel marah, aku ngga mau''

''Kan Daniel ngga liat,'' Joohyuk terkekeh dan berjalan mendekati Seongwoo lalu mengusap kepala laki-laki yang di sayanginya itu dengan pelan.

''Jadi kamu beneran sayang sama Daniel?,'' tanyanya dan Seongwoo menganggukkan kepalanya antusias.

''Sayang banget—kaya sayangnya Bunda ke Ayah''

Dada Joohyuk sedikit nyeri mendengar perkataan Seongwoo. Dia berhenti mengusap kepala laki-laki yang duduk sembari menatap buburnya itu lalu berpamitan pulang.

''Kakak pulang dulu ya, kamu cepet sembuh dan buburnya jangan di anggurin, tapi di makan. Kasian loh nanti nangis,'' canda Joohyuk yang justru di tanggapi serius oleh Seongwoo.

''Buburnya beneran nangis kalo ngga di makan?''

''Iya, beneran nangis, '' Joohyuk menahan tawanya dan takjub melihat Seongwoo yang memakan buburnya dengan rakus.

''Pelan-pelan Seongwoo, kesedak kan jadinya,'' ucapnya pelan dan menyodorkan segelas air putih pada Seongwoo.

''Uhuk—uhuk,'' laki-laki manis itu menepuk pelan dadanya dan meminum air putih yang di berikan Joohyuk sampai habis.

''Kok Kakak ngga pulang-pulang sih,'' usir Seongwoo.

''Kok kamu jahat sih ngusir Kakak,'' Joohyuk pura-pura menangis.

''Biarin''

''Iya—iya Kakak pulang nih, sekali lagi cepet sembuh ya,'' Seongwoo mengangguk malas dan kembali menyantap buburnya. Hambar memang, tapi daripada buburnya menangis, Seongwoo kan menjadi tidak tega.

Dia yang sedang asik memakan krupuk, di kejutkan dengan suara pintu kamarnya yang kembali terbuka, ''ngapain balik lagi sih Kak, ada yang ketinggalan?''

Seongwoo bertanya sedikit kesal tanpa melihat seseorang yang kembali memasuki kamarnya. Dia sedang ingin sendiri, ingin menikmati pagi yang dingin sembari memikirkan Daniel. Pagi ini, dia benar-benar tidak ingin di ganggu.

''Kak siapa?,'' tanya seseorang dengan nada datarnya dan membuat jantung Seongwoo berdetak begitu cepat. Dia mendongak dan melihat laki-laki yang begitu dia rindukan berdiri tidak jauh darinya. Melangkah pelan dan mendekatinya.

''Siapa yang barusan ke sini?,'' tanyanya lagi begitu dia mendudukkan pantatnya di samping Seongwoo lalu mengambil kerupuk yang masih tersisa di mangkuk bubur ayam itu.

''NIELLLL KANGEN—HUWAAAA,'' tangis Seongwoo pecah dan memeluk erat Daniel dari samping.

Laki-laki bongsor itu langsung mengangkat tubuh Seongwoo ke pangkuannya lalu memeluknya.

''Daniel—jahat hiks, jahat—huwaaa Bundaa''

Daniel tersenyum sembari mengecupi rambut kepala Seongwoo. Ah—nyaman sekali memeluk kesayangannya seperti ini apalagi sedang hujan. Dia jadi ingin memeluk Seongwoo seharian di ranjang dan mengatakan kalau dia sangat merindukan Seongwoo. Rindu sekali.

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

TBC

Ongniel | Temen Masa Gitu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang