1 (Ruang Kesehatan)

2K 172 6
                                    

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

''Hiks—Daniel—sakit,'' Seongwoo tengah berada di pangkuan teman dekatnya yang raut wajahnya terlihat sangat khawatir.

''Udah dong, jangan nangis, cup cup cup,'' dengan sabar Daniel mengusap punggung Seongwoo yang masih terisak.

Salahkan Seongwoo yang kurang hati-hati. Dengan percaya diri, dia bertelanjang kaki untuk ikut bermain sepak bola bersama teman sekelasnya, setelah selesai pengambilan nilai untuk senam lantai. Di tengah-tengah berlari untuk merebut bola dari tim lawan, kakinya menginjak paku yang sudah berkarat.

Daniel tidak habis pikir, bagaimana bisa ada paku di tengah lapangan. Rasanya dia ingin mengutuk seseorang yang membuang paku di lapangan sepak bola milik sekolahnya. Dia sedih melihat laki-laki yang duduk di pangkuannya ini kesakitan sampai menangis.

''Sakit—huwaaa,'' tangis Seongwoo makin kencang ketika dokter sekolah mencabut paku yang menancap di kakinya.

Daniel benar-benar panik, ingin sekali dia menggantikan posisi Seongwoo. Biar dia saja yang menanggung sakit di telapak kaki. Sungguh, Seongwoo yang menangis adalah salah satu titik lemahnya.

''Iya—iya di tahan sebentar, astaga,'' tangannya berhenti mengusap punggung itu dan berpindah mengusap lelehan air mata di pipi Seongwoo.

''Sakit Niel,'' Seongwoo menatap Daniel dengan mata sembabnya dan bibir yang mengerucut lucu. Ya Tuhan, Daniel mendadak gemas dan mengecupi bibir tipis yang mengerucut itu.

cup cup cup

''Jelek ah, udah jangan nangis lagi,'' Daniel menarik laki-laki kurus itu ke dalam pelukan eratnya. Mengabaikan tatapan iri dari dokter dan juga perawat sekolah yang menyaksikan acara bermesraannya dengan temannya itu.

Selesai mengobati telapak kaki Seongwoo, dokter dan perawat sekolah itu meninggalkan Daniel dan Seongwoo di salah satu ranjang ruang kesehatan.

Setelah telapak kakinya di perban, si manis berhenti menangis. Dia masih memeluk erat tubuh besar Daniel dan menyandarkan kepalanya di bahu lebar teman yang paling di sayanginya itu.

''Nanti aku mandinya gimana, kena air kan perih Niel,'' rengek Seongwoo manja.

''Ngga usah mandi,'' jawab Daniel santai sembari memainkan rambut Seongwoo.

''Nanti aku bau, kamu ngga mau deket-deket lagi sama aku,'' lagi-lagi bibirnya mengerucut lucu.

''Siapa yang bilang kalo kamu bau aku ngga mau deket-deket kamu lagi hah, siapa?''

Seongwoo melepas pelukan eratnya di tubuh Daniel dan menatap wajah tampan Daniel, ''aku yang bilang, kenapa hah?''

Daniel menyentil pelan dahi Seongwoo lalu mengecup hidung mancung si manis yang memerah karena menangis tadi.

''Mau kamu berubah jadi buruk rupa pun aku bakal tetep di samping kamu Seongwoo, apalagi kamu yang cuma bau badan''

''Halah gombal''

''Aku serius ngga pernah gombal kalo ke kamu,'' si tampan mendekatkan wajahnya pada wajah laki-laki manis yang tengah merona itu dan mengecup bibir tipisnya sekilas.

''Daniel''

''Hm?''

''Jangan jauh-jauh dari aku''

''Ngga akan,'' Daniel yang tengah mengusap kedua pipi Seongwoo kembali mengcup bibir si manis.

''Kata Minhyun, kalo temen tuh ngga ada yang ngecup-ngecup bibir, berarti kita bukan temen ya Niel?,''tanyanya polos dengan mata yang berkaca-kaca.

''Jangan dengerin omongannya Minhyun, kita masih jadi temen kok''

''Beneran?,'' tanya Seongwoo lagi dan di jawab anggukan kepala oleh Daniel, di sertai helaan nafasnya yang lelah.

Rasanya menyebalkan mempunyai teman sepolos Seongwoo yang tidak memahami perasaannya sendiri. Daniel menyayangi si manis lebih dari teman dan dia enggan mengatakannya ketika tahu kalau laki-laki yang di sayanginya itu tidak paham mengenai perasaannya sendiri.

Seongwoo juga tidak tahu maksud perlakuan Daniel terhadapnya. Misalnya yang baru di lakukan tadi—memeluknya erat dan memberinya kecupan di bibir. Yang mana perlakuan seperti itu hanya berlaku untuk sepasang kekasih, bukan untuk sepasang teman.

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

TBC

Ongniel | Temen Masa Gitu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang