4 (Roti Bakar)

873 113 3
                                    

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

Seongwoo duduk manis di pangkuan Daniel sembari memakan roti bakar cokelat keju yang di belikan laki-laki tampan yang sedang memangkunya. Bibirnya penuh dengan remahan cokelat dan keju yang menempel. Dia juga mengabaikan Daniel yang sedari tadi menatapnya curiga.

Ngomong-ngomong, laptopnya sudah di cek Daniel dan laki-laki tampan itu tidak menemukan film-film yang di bicarakan di telepon tadi.

''Ngaku sama aku, kamu nonton film yang kedua sama yang ketiga kan?,'' tanya Daniel sembari memicingkan matanya menatap laki-laki yang duduk di pangkuannya itu. Dia juga mengabaikan kaosnya yang kotor karena remahan cokelat dan keju yang di makan Seongwoo.

Si manis seolah tuli, dia terus saja mengunyah roti bakarnya dan memandang ke arah lain membuat Daniel sedikit kesal.

''Seongwoo,'' panggil Daniel dingin membuat si empunya nama terpaku. Dia berhenti mengunyah dan segera menelan roti bakar yang ada di mulutnya. Roti bakar yang ada di tangan kanannya juga segera dia letakkan kembali ke piring.

''Apa?,'' tanyanya sedikit takut sembari menundukkan wajahnya.

Daniel menghela nafasnya dan mencoba menahan emosinya. Dia menyentuh dagu Seongwoo dan mendongakkan kepala si manis. Kini keduanya saling bertatapan. Perlahan air mata Seongwoo turun dan membasahi pipinya yang sedikit berisi itu.

''Nah kan, kamu tuh pasti gini, bukannya ngejawab malah nangis,'' Daniel berkata dengan nada yang kentara sekali terdengar kesal. Seongwoo yang tahu Daniel kesal padanya langsung memeluknya erat. Menyembunyikan wajahnya yang merah karena menangis di bahu Daniel.

''Hiks—maaf, kamu nakutin hiks—aku, huwaaa''

Tangis Seongwoo pecah membuat dada Daniel sesak. Astaga—terkadang dia lupa kalau laki-laki manis ini gampang menangis. Dia menjadi tidak tega untuk mendesak Seongwoo lagi. Tangan kanannya segera mengusap kepala si manis dengan lembut. Sedangkan tangan kirinya mengusap punggung Seongwoo.

''Maaf kalo aku nakutin kamu. Aku cuma ngga suka kalo kamu ngga nurutin apa kataku Woo. Aku cuma mau yang terbaik buat kamu. Jangan lagi nontonin film yang begituan, ngerti?''

Di balik tangisannya, Seongwoo mengangguk pelan dan semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Daniel.

Suara isak tangis si manis yang lumayan keras terdengar memilukan di telinga Daniel,''udah dong jangan nangis, aku kan udah minta maaf.''

Kini, Daniel memeluk erat tubuh laki-laki yang berada di pangkuannya. Kepalanya ia sandarkan pada bahu Seongwoo. ''Kamu ngga mau maafin aku?''

Seongwoo yang masih terisak terdiam cukup lama, lalu dia melepas pelukan eratnya di tubuh Daniel. Sedikit menjauhkan tubuhnya untuk menatap laki-laki menyebalkan di hadapannya ini. Dia menatap wajah Daniel lalu mengerucutkan bibirnya sebal. Lelehan air matanya itu membuat remahan cokelat di sekitar bibirnya menjadi tambah belepotan.

Kini wajah Seongwoo terlihat menggemaskan dan lucu di mata Daniel. Ya Tuhan—dia berusaha menahan tawanya, bagaimana bisa ada laki-laki berusia 18 tahun semenggemaskan dan selucu Seongwoo?

Wajahnya juga memerah dan matanya sembab. Mata sipitnya mencoba menatap tajam padanya. Daniel tidak kuat dan tertawa kencang, ''HAHAHAHAHA, astaga Woo, kamu tuh lucu banget kaya anak umur tiga tahun yang makan sendiri. Belepotan di mana-mana ya ampun''

Daniel langsung mengusap lelehan air mata di kedua pipi Seongwoo. Dia juga membersihkan remahan cokelat dan keju di sekitar bibir si manis. Tanpa rasa jijik, Daniel menghisap jari-jarinya yang terdapat sisa remahan cokelat dan keju milik Seongwoo.

Si manis masih belum bereaksi apa-apa. Bibirnya semakin melengkung ke bawah membuat Daniel tanpa ragu langsung mengecup bibir tipis itu sekilas lalu mengecupi seluruh wajah Seongwoo yang lama-lama membuat si empunya tertawa.

''Ihh, udah, hahaha, geli Niel—hahaha''

Daniel menjauhkan wajahnya dari wajah Seongwoo dan tersenyum manis pada laki-laki yang duduk di pangkuannya itu. ''Nah gitu dong ketawa, kan enak di liatnya''

''Ya kamu sih bikin aku takut, ihhhhh,'' dia mencubit kedua pipi tembam Daniel sampai memerah.

''Tanggung jawab kamu tuh sama pipi aku, pasti merah kan?''

''Hehe iya merah, kok tau''

''Ya taulah, orang sakit, cepet kecupin biar ngga sakit lagi,'' Seongwoo langsung mengecupi pipi Daniel yang memerah.

cup cup cup cup cup cup cup cup

''Udah tuh,'' Seongwoo tersenyum manis membuat Daniel mendekatkan wajahnya. Lalu, melumat bibir atas dan bibir bawah Seongwoo dengan pelan lalu menghisapnya kuat.

''Udah ah, nanti aku kebablasan,'' kata Daniel sembari mengusap pipi kiri Seongwoo. Menikmati wajah manis Seongwoo sebelum dia pulang ke rumah.

''Kebablasan apa?,'' Seongwoo bertanya polos. Tangannya merapikan rambut Daniel yang sedikit berantakan.

''Kebablasan pingin makan kamu''

''Emang aku bisa di makan?,'' tanyanya lagi.

''Ya bisa lah''

''Kamu kanibal?,'' Seongwoo memekik kaget dan menatap Daniel ngeri.

''Astaga Woo, kurang-kurangin polosnya sih, sebel aku tuh lama-lama kalo ngomong sama kamu''

''Jangan sebel sama aku, ngga boleh,'' Seongwoo kembali memeluk erat tubuh Daniel.

''Jangan pulang, kamu tidur sini aja, besok kan libur,'' ucap si manis lagi di balik bahu lebar Daniel.

''Iya, aku tidur sini, tapi tidurnya sambil peluk kamu ya?,'' Daniel bertanya pelan yang langsung di jawab anggukan kepala oleh Seongwoo.

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

TBC

Ongniel | Temen Masa Gitu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang