"PELAJARAN PAK USMAN KOSONG WOI!!" suara nyaring Davi di ambang pintu menarik perhatian seisi kelas.
"Asik!! Streaming enak nih,"
"Kantin kuy,"
"Tidur paling sedap,"
Kelas mulai tidak kondusif.
"Pada diem woi kelas sebelah Pak Jarwo, mau lo semua dihukum lagi? Kasihan Althea tuh pingsan lagi ntar," Yudhistira berucap dengan suara tegas.
"Cie Althea, diperhatiin Aa Yudhis tuh," Ronald menyenggol lengan Althea yang sedang menulis.
"Ronald mau mati lo?!" tangan kanan Althea melayang akan menabok Ronald.
"Nggak baik The pagi pagi marah marah, keriput tuh muka ntar," timpal Gilang yang sedang duduk diatas meja Davi.
"Althea sensitif banget kenapa The? Ketikung?" Ronald menyambung. Kini tangan yang tadinya melayang benar benar mengenai punggung Ronald.
"PMS ya The? Yuk ngantin," Yudhistira melangkah mendekati bangku Althea.
"Gue sibuk," jawab Althea acuh. Sok acuh tepatnya, sebenarnya sih...
"Yudhis mana Yudish," Baila yang tadinya duduk menonton youtube di sebelah Belva tiba-tiba berteriak. "Lihat nih ada Shawn Mendes Dhis," ucap Baila antusias.
Yudhis yang mulanya berada di dekat Althea jadi mendongak dan dengan antusias juga mendekat ke arah Baila.
Althea mendesah pelan. Ia kalah lagi.
***
Disaat jam istirahat hari ini hampir semua siswa Stunsa berbondong bonding menuju lapangan basket karena adanya turnamen, maka berbeda dengan Althea. Dia tetap di kelas, membaca buku. Tidak mempedulikan hiruk pikuk di luar. Ia fokus pada buku yang sekarang berada di tangannya.
"Serius amat," sesoorang berjalan mendekati Althea. Bau mint menyeruak masuk ke dalam indra penciuman Althea.
"Lah Jun? Nggak ikut ke lapangan?" Althea yang kemudian melihat sosok Arjuna berdiri di dekatnya.
"Kalo itu pertanyaan gue balik ke lo, lo bakal jawab apa??" Juna menatap Althea. Gadis itu meringis.
"Terlalu ramai, nggak suka," Althea kembali pada bukunya.
"The... gue sebenarnya tahu," Althea mendongak, menatap Arjuna lekat lekat.
"M-maksud lo? T-tahu apa?" tanya Althea tergagap. Ia takut apa yang selama ini ia sembunyikan pada banyak orang terbongkar. Segala pikiran mulai berkecamuk memenuhi otak Althea.
"Perasaan lo..." Arjuna menjeda perkataannya. "Ke Yudhis,"
Ada secuil perasaan lega, tetapi ia juga merasa terkejut. Bagaimana Arjuna tahu bahwa Althea punya rasa lebih pada Yudhistira? Padahal selama ini, Althea berusaha menahan dan mengendalikannya.
"D-dari mana lo tahu?" Althea kini melupakan bukunya. Juna lalu mengambil duduk di sebelah Althea.
"Sejak lama, dari cara lo natap Yudhis, cara lo memperlakukan dia, dan cukup dari gerak gerik lo aja gue pikir banyak orang juga paham lo sedang naksir si ketua kelas," bagaimana bisa Arjuna mengetahui itu secara terang terangan? "Gue juga tahu lo cemburu kan sama Baila yang terlalu deket sama Yudhis? I know what u feel Thea,"
"Lo cenayang ya Jun?" Arjuna terkekeh.
"Asal lo tahu The, Yudhis itu gampang banget jatuh cinta sebenernya," ucap Arjuna. Althea jadi malu. "Tapi nariknya susah, dia harus dipancing dulu biar suka sama sesoorang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepatu
Teen FictionSebelas IPA 1, kelas yang kata orang berisi anak anak yang pandai ternyata tidak seperti apa yang orang pikirkan. Percayalah, kelas ini penuh ketidakjelasan