Hari minggu ini, Davi berencana akan mengajak Prilly berjalan bersama. Bukan tanpa alasan, besok gadis itu berulang tahun yang ke 17 esok lusa. Prilly teman baik Davi sejak SD. Gadis imut dan menggemaskan itu adalah teman Davi paling dekat.
Davi men-scroll kontaknya. Mencari kontak sahabat baiknya itu.
Prilly
"Di rumah nggak lu?!"
"Ish! Assalamualaikum dulu kek, hallo dulu kek, ngegas amat anyink,"
"Yaudah iya, assalamualaikum, halo Prilly yang cantik,"
"Jijik! Pasti ada maunya,"
"Hehe tahu aja, jalan yuk Prill,"
"Yailah, Keisha lagi pergi sama pacarnya,"
"Gue ngajaknya elu ya, pacar Keisha orang mana emang?"
"Cielah kepo... Orang Bogor, ngapa?"
"Nanya doang yaelah, santuy, yaudah gue jemput, 15 menit gue sampe rumah lo, udah bye,"
Tanpa menunggu jawaban dari seberang sana, Davi langsung cekatan melompat ke kamar mandi, cuci muka, sikat gigi, berganti baju, memakai parfum dan langsung on the way ke rumah Prilly.
Sementara itu, Prilly ribut sendiri karena Davi mengajak secara mendadak. Dalam hati, Prilly memaki Davi terus terusan. Sahabatnya itu benar benar menyebalkan. Prilly bukan tipe orang yang ribet. Dia mandi dengan cepat dan tidak mengenakan make up pagi ini. Busananya pun busana santai biasa.
Suara klakson mobil membuat Prilly cepat cepat meraih tas selempangnya di ranjang.
"Mau kemana Prill?" tanya Mama Prilly yang tengah menyiapkan sarapan. Mengolesi beberapa lembar roti tawar dengan selai.
"Jalan sama Davi Ma, tauk tuh ngajakin kemana," jawab Prilly kemudian mencium pipi kiri Ibunya.
"Mana Davi? Lama lho dia nggak pernah kesini," Mama Prilly menengok ke arah pintu. Ternyata Davi justru sudah berdiri di dekat Mama Prilly.
"Hallo Tante Gina, yaampun tambah cantik aja, hati Davi jadi adem," Davi lalu nyengir.
"Ngerdus mulu," cibir Prilly.
"Kenapa ngilang lama? Kemana aja?" tanya Mama Prilly sembari menyenggol lengan David an menyodorkan sepotong roti selai pada Davi.
"Ih Ma! Kok Davi duluan sih?!" protes Prilly tak terima.
"Apaan sih bawel banget Bu, ini lhoh yang spesial pake keju buat kamu," Mama Prilly mencubit pipi anak gadisnya.
"Emakk, Prilly nggak suka dicubit pipinya, udah gede juga," Prilly cemberut.
"Prilly pundung mulu Tante, kurung aja tuh ntar nyakar orang lagi kalo dilepas," Davi terkekeh.
"Pawangin kek Dav, mau jalan kemana hari ini?" tanya Mama Prilly.
"Keluar deket sini aja Tante, nggak jauh kok," jawab Davi.
Setelah melahap roti selai dan berpamitan, David an Prilly kemudian pergi ke taman yang tidak jauh dari sekolah mereka. Prilly yang memang dari pagi nggak mood bepergian, hanya ngintil di belakang Davi tanpa mengatakan apapun.
"Ngapa diem aja lu? Sariawan?" pancing Davi kala cowok itu tak mendengar celotehan Prilly sejak tadi.
"Apaan sih monyet, bikin makin badmood aja," sewot Prilly.
"Ih lo kenapa dah Prill? Duduk aja deh kuy, capek," Davi mengajak Prilly duduk di salah satu bangku taman.
"Dav..." panggil Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepatu
Teen FictionSebelas IPA 1, kelas yang kata orang berisi anak anak yang pandai ternyata tidak seperti apa yang orang pikirkan. Percayalah, kelas ini penuh ketidakjelasan