Pagi ini kelas IPA-1 sedikit ribut. Pembagian jadwal kelas mereka lah yang memicu keributan. Di hari senin, selepas upacara saja sudah disuguhi pelajaran matematika 3 jam penuh dan pengajarnya adalah guru killer di sekolah.
"Bolos aja dah," Davi mengeluh. Dia mengusap wajahnya.
"Baru lihat jadwal aja otak gue udah mau meledak. Gimana ngerasainnya, hari senin capek upacara dicuci otaknya pake matematika, habis matematika fisika, yaallah, IPA-1 kenapa sih disayang banget," Ronald juga ikut menjambak rambutnya.
"Aduh alamat gue nggak bisa promosi nih habis upacara." Ariana menopang dagunya kesal.
"Apaan sih, norak tau nggak, matematika sama fisika kan pelajaran paling seru, lo lo nya aja yang pada suka ngeluh, makanya berat," berbeda dengan yang lain, Claveno dan Althea yang mendapat peringkat tetap di kedua pelajaran itu, ditambah kimia dan bahasa inggris, hanya bisa senyum senyum sombong.
"Dih, sombong amat," Belva yang melalui mereka gatal untuk mencibir.
"Clara juga pinter kan ya Ra, tapi nggak sombong," Jevan menatap Clara yang duduk di seberangnya. Sementara gadis itu hanya menanggapi dengan senyuman tipisnya.
"Gue tim Clara, pokoknya fisika gue sama lo Ra," Prilly ternyata sudah nge-booking duluan. Clara jadi terkekeh geli melihat ulah temannya ini.
"Kalo gitu gue duduk sama Althea," Vany juga ikut ikutan mem-booking tempat di dekat anak pintar.
"Nggak bisa, khusus fisika gue duduk sama Claveno," tolak Althea.
"Songong lo The, awas aja," Vany menunjuk kedua matanya lalu menunjuk kedua mata Althea berlagak sok mengawasi.
"Nggak ada yang mau deket Dirga? Jagoan matema-"
"No, diem nggak lo," Dirga memotong perkataan Claveno.
"Dirga jago matematika juga? Gue sama Dirga kalo gitu," Nakula kini gentian mem-booking.
"Eh kenapa jadi pada booking booking-an tempat duduk deh? Tempat duduknya tetep, nggak ada pindah pindah," suara Yudhistira mengiterupsi seluruh warga kelas.
"Anjir Dhis, gue kan nggak jago pelajaran itu, mau deket yang pinter biar ketularan," protes Prilly.
"Nggak ada nggak ada," kekeh Yudhistira.
"Ah Yudhis mah nggak asik." Prilly mencebikkan bibirnya.
"Hari ini nonton yuk? Mumpung weekend, mau nggak? Senin biar lebih fresh," ajakan Nakula membuat mata para gadis di kelasnya berbinar.
"NAKULA YANG BAYAR!!!" Nakula mendelik mendengar Prilly berteriak.
"YEAY! NONTON GRATIS!!" gentian kini mulut Ariana yang berkoar.
"Eh tunggu, kaga gue lah yang bayar, Gilang yang bayarin," Nakula menatap Gilang yang juga sedang cengo.
"Apaan Gilang Gilang?" semprot cowok itu.
"Lang, bayarin ya, pengen nonton Annabelle 2 Lang, bayarin ya?" Keisha memberi umpan dengan puppy eyes yang mampu memikat seluruh hati siapapun yang melihatnya.
"Lang bayarin Lang," Davi segera menabok punggung Gilang.
"GERCEP LANG! KEISHA CANTIK BANGET!" Ronald juga tak mau kalah.
"Tapi kalo mau bayarin gue bayarin sekelas yang mau ikut juga ya?" Keisha makin memelas.
Para gadis di kelas mengeluarkan senyum liciknya. Keisha bisa jadi titik lemah para cowok dengan jantung sekecil lalat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepatu
Novela JuvenilSebelas IPA 1, kelas yang kata orang berisi anak anak yang pandai ternyata tidak seperti apa yang orang pikirkan. Percayalah, kelas ini penuh ketidakjelasan