"kan sudah aku bilang berapa kali kalau kerja tuh jangan terlalu lama!" sou mengomel. "lihat kan? jadi sakit. enak tidak kalau sakit? tidak kan? kau ini tidak pernah mendengarkanku ya?" pertanyaan beruntun dan omelan sou membuat kepala eve semakin pening.
"maafkan aku," suara eve mencicit. "tapi tidak terlalu parah kan?" sou hanya mendengus.
tangan sou telaten mengkompres dahi eve dengan lembut. ia mengelus rambut eve dan tatapannya menjadi hangat.
"sungguh maafkan aku." sou menggeleng.
"aku tidak mau memaafkanmu. kecuali jika kau sembuh, aku akan menerima permintaan maafmu."
eve mengeluh. "kenapa harus seperti itu?"
sou mengedikkan bahunya. ia menekan kompres yang berada di dahi eve. "apa masih pusing?"
eve mengangguk. tangannya menarik selimut yang menyelimuti dirinya hingga ke dagu. jari sou mengelus pipi eve.
"cepatlah sembuh." lalu ia mencium pipi kiri eve membuat yang dicium tersenyum. "aku masih ada pekerjaan yang harus dikerjakan." kalimat itu membuat eve sebal.
"tidak bisakah kau membiarkan pekerjaanmu?" sou menatap eve, yang ditatap merasakan wajahnya memanas. "maksudku, di sini aku sedang sakit. seharusnya kau mengurusiku, bukan mengurusi pekerjaan." eve membuang mukanya.
"apa kau ingin aku tertular penyakitmu karena bersama denganmu seharian?" sou bertanya.
eve mendengus malas. "penyakitku tidak parah sou. tidak akan tertular jika kau bersama denganku seharian." eve menutup sebagian wajahnya, mukanya memerah kembali, efek sedang sakit dan menahan malu. "kecuali kalau kita melakukan itu."
wajah sou memanas. suasana menjadi hening. eve yang merasa bodoh karena mengucapkan kalimat itu dan sou yang malu membayangkannya.
"maaf, maksudku," suara eve tertahan. ia terdiam. "apa kau ingin?"
sou menjitak kepala eve. "bodoh! aku tidak mau tertular penyakitmu. sudahlah aku ingin kerja sekarang. kalau ada apa-apa telpon saja aku."
eve menatap sou dengan kecewa.
"jangan menatapku dengan ekspresi seperti itu." setelah mengatakan itu, ia berjalan keluar dari kamar eve.
jantungnya berdegup kencang. sialan si jamur itu.
baru tangannya ingin meyentuh kenop pintu rumah eve, ponselnya berdering. sou merogoh saku celananya dan melihat siapa yang menghubunginya.
eve is calling..
sou mengernyit heran. buru-buru ia kembali ke arah kamar eve dan membuka pintunya. yang dilihatnya hanya eve yang sedang berbaring.
"ada apa?" sou bertanya.
eve menoleh. "apanya yang ada apa?"
"kau," sou menunjuk eve. "menelponku."
eve mengernyit. "tidak. aku tidak menelponmu."
sou mendengus. "iya. kau menelponku."
"oh, mungkin itu pertanda kau tidak boleh meninggalkanku sendirian." eve menyeringai.
"apa-apaan?" sou menghampiri eve dan mengambil ponsel eve yang berada di nakas. ia melihat riwayat panggilan yang ada di ponsel eve. "lihat." ia memperlihatkannya kepada eve.
"oh, aku tidak sadar menelponmu."
sou mendengus kasar. "kau menyebalkan saat sedang sakit, kau tau?"
"ya aku tau. karena itu kau harus menemaniku yang sangat menyebalkan ini."
ingin rasanya sou mencekik leher pemuda jamur itu. atau tidak memasaknya bersama jamur-jamur yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
raison d'etre, evesou
Fanfictionevesou | the stars are shining so bright tonight, just like you. boongaku, 2020.