tengah malam. hujan turun dengan derasnya. petir menyambar, diikuti suara guntur yang terdengar keras. sendiri di dalam rumah, menatap jendela yang basah akibat air hujan.
sungguh, sou tidak menyukai situasi seperti ini.
ia menghela nafas. meringkuk dalam selimut sembari berdoa agar hujan cepat berhenti. sou tidak takut akan hujan. ia hanya takut suasana yang diciptakan saat hujan.
seketika menjadi dingin dan jantung berdetak dengan kencang setiap petir menyambar.
sou tidak menyukai itu.
ketukan terdengar di pintu kamar sou membuat pemilik kamar berjengit kaget. ia hanya sendirian di rumah. siapa yang mengetuk pintu?
"HEI KALAU KAU INGIN MENCURI TIDAK USAH MENGETUK PINTU!" sou berteriak.
pintu kamar berderit, terbuka perlahan menciptakan kesan horror yang sering sou tonton bersama eve. oh ya tuhan, sou tidak ingin melihat hantu saat ini.
sou sudah bersiap-siap melempar bantal pada siapa saja yang sudah berani-beraninya masuk rumah seenaknya.
rambut pirang terlihat menyembul masuk. sou menyipitkan matanya. lalu, orang itu benar-benar masuk ke kamar sou membuat sou berteriak kencang dan melempar bantalnya tepat di wajah seseorang yang masuk tadi.
orang itu mengaduh. ia menatap sou yang menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. seringai muncul di wajahnya. dengan langkah kaki yang sengaja ia buat terdengar keras, ia menghampiri sou yang tertutup selimut.
tangannya menarik selimut cepat dan tindakan itu berhasil membuat sou menjerit ketakutan.
"kumohon kumohon! aku masih ingin menikah, aku ingin punya keturunan! jangan bunuh aku dulu kumohon!" sou memohon, matanya senantiasa menutup.
orang itu tertawa dan sou sangat mengenali tawa tersebut. ia membuka matanya dan menatap sosok yang sangat ia kenali.
"eve!" eve tertawa semakin keras. "tidak baik membuatku ketakutan seperti tadi. kau tau? jantungku berdetak sangat kencang. ku kira aku akan mati."
"maaf! maaf! tidak bermaksud menakutimu. hanya saja reaksimu lucu sekali. sayang jika aku melewatkannya."
sou mencibir dan memperhatikan eve. "bajumu basah?" ia memegang baju eve. "kau hujan-hujanan ke sini?"
eve mengangguk. "aku terburu-buru ke sini hingga lupa kalau mempunyai mobil. lagipula jarak rumah kita lumayan dekat, jadi aku lari."
sou membulatkan matanya. "KAU GILA?"
"oh, ya. kurasa."
buru-buru ia mengobrak-abrik lemarinya dan mencari baju yang sekiranya pas di tubuh eve. ia melempar baju yang ia ambil ke eve. "cepat ganti bajumu. handukku ada di kamar mandi. aku tidak mau kamarku makin basah karenamu."
eve menyeringai. "tidak mau kamarmu basah atau khawatir aku sakit?"
"EVE!" wajah sou memerah.
"baik. baik." eve keluar dari kamar sou dan menuruti perintahnya.
———
sou memandang ke arah jendela kamarnya dan di luar sana hujan masih turun dengan derasnya seperti tidak ingin berhenti.
"suasana yang pas untuk bersedih ya?" sebuah suara terdengar di telinganya membuat sou merasa geli.
"eve." sou tersenyum. "tolong jangan mengagetiku lagi. kau ingin aku terkena serangan jantung."
"tentu saja tidak." ia mengacak-acak rambut sou.
sou mendengus sebal. melihat eve yang duduk di kasurnya dan mengeringkan rambut dengan handuk milik sou.
"seseorang tidak peka." ujar eve.
sou memutar kedua bola matanya dan menghampiri eve. ia mengambil handuk di tangan eve dan membantu mengeringkan rambutnya.
eve tersenyum senang. "terkadang aku bingung kenapa mempunyai kekasih sepertimu."
"karena kau mencintaiku."
"sejak kapan kau menjadi cringe seperti ini?"
"sejak aku mengenalmu."
sou menabok wajah eve dengan handuk. "sungguh, berhenti berbicara seperti itu."
"oke," eve terdiam membiarkan sou mengeringkan rambutnya.
dirasa rambut eve sudah kering, sou menaruh handuknya di kasur dan memeluk eve dari belakang.
"aku bersyukur mempunyai kekasih sepertimu."
"oh lihat. siapa sekarang yang sangat cringe."
"kau sangat menyebalkan."
eve tertawa dan membalikkan tubuhnya. membawa sou ke dalam pelukan dan menutupi tubuh keduanya dengan selimut.
malam itu dingin, tapi karena eve menemaninya, sou merasa hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
raison d'etre, evesou
Fiksi Penggemarevesou | the stars are shining so bright tonight, just like you. boongaku, 2020.