"Mmmm, Pak, eh Mas. Omong-omong kita mau ke mana ya? Saya lupa nanya masa, main ikut-ikut aja." Karin menyadari kalau perjalanan mereka cukup jauh dan memasuki perkampungan-perkampungan. Meski sedikit ada rasa was-was, tapi Karin tidak merasa begitu curiga dengan Kai. Sebetulnya ini adalah salah satu dari kebiasaan buruk yang dimiliki oleh Karin, mudah percaya dengan orang lain. Wajar saja kan kalau keluarganya termasuk Faisal merasa khawatir dengan gadis satu itu.
"Oh iya ya, saya belum bilang mau ke manana, cuma minta ditemenin sama kamu aja bilangnya." Sebelum menjawab pertanyaan Karin, Kai melihat spion sebelum membelokkan mobilnya ke arah Kanan. "Kita mau ke panti asuhan, Rin. Kemarin aku baru dapet rezeki, ya harus berbagi dong."
"Oh Mas ada panti asuhan yang udah biasa didatengin ya?"
"Iya, kangen banget sama anak-anak di sana." Membayangkan anak-anak yang sedang bermain di halaman panti asuhan membuat laki-laki berlesung pipi itu tersenyum. Senyum manis itu menular ke gadis yang berada di sampingnya.
Karin tidak pernah membayangkan bahwa Kai merupakan salah satu dari bermiliyar-miliyar manusia yang berbagi dengan panti asuhan. Bagi perempuan itu hal ini adalah bonus yang sangat besar kalau ia bisa bersama dengan Kai. Tapi ya mana mungkin, Kai terlalu sempurna bagi Karin yang belangsakan seperti kata emaknya. Memikirkan hal itu, Karin menolehkan wajahnya ke arah jendela. Gadis itu selalu ingat bahwa perempuan baik-baik pasti akan mendapatkan laki-laki yang baik pula, begitupun sebaliknya. Apa gadis itu termasuk yang baik-baik?
Menghentikan lamunan Karin yang berkelana terlalu jauh, Kai memulai obrolan lagi. "Saya ngajak kamu karena kan katanya kamu calon guru SD nih, mungkin aja kan kamu bisa bantu-bantu aku di sana."
Karin menghadap ke arah Kai yang tersenyum padanya. "Oh iya, saya seneng banget kok diajak ke panti asuhan. Lihat anak-anak tuh biapun kadang ngeselin, tapi tingkahnya itu nanti bisa kehapus dengan kepolosan mereka. Nanti ujung-ujungnya ya saya pasti ketawa biarpun capek."
"Iya bener banget. Saya gak pernah ngerasain hal kayak gitu sebelum dateng ke panti asuhan ini. Rasanya beban kerjaan saya jadi terasa berkurang karena lihat anak-anak yang ketawa, candaan mereka, macem-macem deh rasanya." Kai terus menjelaskan dengan senyum yang tidak lepas dari wajahnya.
Karin yang memperhatikan ucapan dari laki-laki di sebelahnya tanpa tersadar juga ikut tersenyum. "Mas Kai tuh suka banget ya kayaknya sama anak-anak?"
"Tadinya enggak Rin, soalnya ngebayangin capeknya doang, gak tau kalau ternyata omongan dan tindakan polos mereka tuh bisa buat saya ketawa terus ngilangin rasa capeknya deh."
Menyadari hal penting yang seharusnya Karin perhatikan sejak awal, lantas membuat wajah Karin berubah serius. Seperti biasanya Karin, ia langsung mempertanyakan hal yang ada di dalam pikirannya. "Mmm, Mas. Mas Kai ke panti asuhan gini gak sama istri atau pacarnya aja, Mas?"
Mendengar pertanyaan tersebut, Kai menolehkan wajahnya untuk menatap Karin. Menunjukkan senyumannya, Kai menjawab dengan ringan, "Kalau saya ada istri atau pacar, saya gak mungkin ajak kamu dong, Rin. Nanti saya disangka selingkuh."
Seakan mendengar kabar baik, Karin merasa terlepas dari beban dan menyahuti ucapan Kai. "Saya kira kan di usia Mas yang udah keliatan mapan gini udah punya istri atau paling enggak punya pacar gitu. Lagian Mas kan ganteng, mapan, baik. Kalau kata orang-orang kan yang kayak gitu limited edition. Kalau gak gay, ya udah laku gitu."
Kai tertawa. "Berarti saya bukan termasuk orang-orang itu."
"Ya bukan lah Mas, Mas tuh termasuk ke dalam orang-orang itu, yang berarti Mas tuh termasuk ke dalam kategori limited edition." Karin menunjukkan ibu jarinya pada Kai menekankan bahwa laki-laki itu terlalu sempurna sampai-sampai masuk ke dalam kategori limited edition.

KAMU SEDANG MEMBACA
Small #Inferiority Series
Chick-LitPernah merasa kecil di hadapan seseorang? Begitulah yang dirasakan oleh seorang Khairina Ananda Putri. Berkat sebuah pertemuan yang kebetulan, ia bertemu dengan laki-laki yang membuatnya merasa kecil, meski sebelumnya ia tidak pernah merasa begini. ...