KETIKA EGOIS MENJADI TIRANI

1.4K 57 9
                                    

"Prilly?"

Prilly tersenyum sinis, "gimana kabarmu?" tanya wanita itu dengan nada mengejek kala melihat tampilan ali jauh dari kata rapih bahkan sepatu ali mulai tampak kusut.

Ali tak menanggapi ia hanya tersenyum amat manis, meskipun disakiti pria itu tetap menyayangi prilly yang akan segera menjadi mantan istrinya setelah ia mengurus perceraiannya dengan wanita yang ia cintai.

"Aku baik baik aja kok, gimana kabar kamu..?" ucap Ali membalas pertanyaan Prilly dengan tatapan penuh kehangatan sedangkan Prilly menatap jijik Ali.

"Ya, seperti lo  liat gue baik baik aja kok bahkan gue seneng liat lo udah kayak gini, ga keurus hahaha.." kata prilly dengan nada mengejek atas keadaan ali setelah pergi dari rumah selama sebulan.

Ali hanya mampu tersenyum menyembunyikan rasa sakit dan kecewa terhadap Prilly, "alhamdulillah kalo kayak gitu," ucap Ali mencoba untuk tegar. "ohya, gimana hubunganmu sama Aditya baikkan?" tanya ali lagi.

"Baik bahkan gue punya cowok baru lagi.." jawab Prilly menyahut santai.

Ali memejamkan mata, rasa sesak kembali menusuknya. Ia sakit mendengar prilly punya pria lain ingin rasanya memarahi Prilly karena menyakiti perasaan Aditya.

"Siapa cowok itu?" dengan berat hati ia bertanya lagi dengan tatapan sendu namun berusaha tenang.

"Verrel.." jawab prilly santai.

Ali tersenyum simpul, "Oh.." hanya itu ali mampu katakan, demi apapun hatinya sakit kala mendengar Prilly punya kekasih baru dan kekasihnya Prilly itu adalah sahabatnya sendiri.

"Ohya, aku pamit dulu ya.. semoga kamu bahagia selalu.." pamit Ali tersenyum lalu meninggalkan Prilly di tempat dimana mereka ketemu.

Ali menarik napas berat menetralisirkan sesak di dadanya. Pria itupun menyalahkan atas kebodohannya yang selalu diam merasakan sakit melihat orang yang ia cintai berselingkuh, ia menyalahkan dirinya karena tak mendengarkan saran adik adiknya untuk menceraikannya dan kini ia hanya merasakan luka dan luka entah kapan sembuhnya.

Hujan pun kembali membasahi bumi, suara gemuru petir menyahut kemana mana namun Ali tak peduli jika hujan membasahi tubuhnya, pria itu tetap melangkah kan kakinya tak tentu arah.

Tu aata hai seene mein, jab jab saansein bharti hoon
(Aku memikirkanmu disetiap napas yang ku embuskan)
Teri dil ki galliyon se, main har roz guzarti hoon
(aku melewati jalur disetiap hari)
Hawaa ke jeisa charta hai tu, mein ret jaisa udti hoon
(aku berjalan seperti angin dan aku terbang seperti pasir)
kaun tujhe yun pyaar karega, jeisa mein karti hoon
(tidak ada yang mencintaimu seperti yang aku lakukan)

hoo... hoo....

Ali melangkahkan kakinya terus hingga tiba disebuah taman yang tak jauh tempat dimana ia bertemu dengan prilly, ia pun menghempaskan tubuhnya di kursi taman membiarkan tubuh basah akibat hujan. Matanya menatap kosong kedepan namun pikirannya melayang ke Prilly, setiap napas ali hembuskan ia teringat dengan wanita itu seakan akan iapun seperti angin tak dianggap. Airmata pun menetes namun tersamarkan oleh air hujan.

Meri nazar ka safar, tujh pe hi aake ruke..
Setiap perjalananku dan tatapanki berakhir padamu
Khene ko baaki hai kiya, khena thha jo ke chuke
tidak ada lagi yang harus dikatakan, aku sudah mengatakan semua yang kuinginkan
meri nigahein hain teri nigahon mein tujhe khabar kya bekhabar...
mataku milikmu, tapi kau tak menyadari itu
Mein tujhse hi chhup chhup kar, teri aankhein padhti hoon
aku membaca matamu (pikiran) secara diam diam
Kaun tujhe yun pyaar karega, jaise main karti hoon
tidak ada yang mencintaimu seperti yang kulakukan

Cinta Hanya Sekali (FIN√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang