Notes

82 7 2
                                    

Bae Hana
31th OCTOBER

Bahkan walaupun ini memang kenyataan,aku masih berharap hanyalah mimpi.Aku mencoba untuk bangun namun ternyata aku lebih segar dari siapapun.Seseorang tak pernah berpikir tentang eccedentiast,tetapi aku sangat paham akan itu.Ya,aku masih tersenyum sekarang,walaupun aku mengerti sakit ini benar-benar menjalar di sekujur tubuhku.Aku berdarah sepertinya,hingga semuanya mulai menohok yang mungkin aku saja tidak tahu apakah akan meradang.Aku tergolong orang yang profesional menangani ini dan untuk perduli lebih dalam,enyahkan saja.Aku sibuk pada apa yang ingin kukejar,tak mau memusingkan hal bukan milikku lagi.Semua jelas,nyata,dan bukanlah fatamorgana.Dia sudah memilih hal yang tepat untuk hidupnya dimana dia telah menyeka segalanya untuk itu.Aku tersingkirkan pastinya,mengingat aku sangat terbelakang akan hal ini.

Aku heran saja,mengapa orang-orang lebih mencintai sesuatu yang menyakitkan daripada hal tulus membahagiakan?

Malam itu,tepatnya tengah malam.Aku sibuk mengerjakan tugasku untuk pertemuan esok pagi.Aku memang terlanjur deadline, bukan terlanjur tapi terbiasa.Buku merah itu masih hinggap di sampingku dan aku sulit berkonsentrasi memikirkan pemilik buku itu.Aku ingin membiarkan dia tetap disana,menemaniku sampai pagi menjelang juga tidak apa.Dengan cekatan jari jemariku mengetik kata demi kata yang telah terlintas di benak.Semua kulakukan penuh semangat meskipun lukaku bekas terjatuh kemarin belum kering.Luka itu berdampak pada pertemuanku yang akhirnya terjeda,saat itu kurasa hanya terjeda.Syukur,semua selesai.Aku pun menjatuhkan diri di kasur dan tak sabar menemuinya esok,iya esok.

Tetapi setelah hari berharapku itu, kami tak pernah bertemu lagi.Kami jauh dan makin jauh tiap harinya,entah aku yang memang keterlaluan atau dia yang harus pergi.Aku tak mengerti dan benakku penuh tanda tanya akan itu.Aku pergi menemui Myung-Jae dan dia bersedih tentang masalahku.Aku senang dia perduli,dan ini pertama kalinya dalam hidupku.Aku dan dia semakin yakin tatkala bukti dari Choi-Arae mengarah pada kesetiaannya padaku,aku senang dan menunggu.

Myung-Jae teman dekatku bagaikan lebah dan bunga,ya begitulah kami dekat sebentar lalu jika semua selesai kami sama-sama pergi.Tetapi Myung-Jae masih bersamaku untuk hal apapun itu.Sayangnya tetap saja aku membohongi dirinya.

"Aku pulang!" seruku,memasuki ruangan yang telah gelap.

Kemana semua orang? Kurasa sedang berpiknik di Negeri Kapuk.Langsung saja kutapaki jalan menuju kamarku,dan di sini aku menyadari penglihatanku makin menghintam namun tak juga saklar lampu dijangkau telapak tanganku.Aku terus saja jika begini,tersandung segala sesuatu yang aku sendiri tidak tahu karena tak sanggup melihatnya,sakit.Aku diam saja karena itu kunikmati ini semua.Setelah pencahayaan kembali seperti semula,kurasa kaki beserta tanganku penuh luka lebam dan siletan.Aku tahu Ibuku menaruh pisau dan berbagai barang berbahaya lainnya lagi di sepanjang jalan menuju kamarku.Sekali lagi kukatakan aku tidak peduli,karena ini tidak begitu sakit tak seperti pertama kali aku merasakannya.Aku tak mau menghakimi mereka tentang ini,karena Ayahku sendiri telah bersikeras melindungiku.Aku senang dan bersyukur tapi haruskah dia melindungiku di dalam jeruji besi.Mengunci segalanya dan menggemboknya.Bisa saja kabur,aku tidak mau.Pasalnya aku sangat mencintai tempat ini walau sedikit terjebak,lama kelamaan aku mulai nyaman dan di situlah aku memberikan bunga smeraldo kepada semua orang yang kutemui.

Tempat ini adalah tempat terindah,dan aku membenci melukai setiap orang dengan aroma bunga itu.Semua jelas aku yang salah,tak hanya itu aku juga sangat licik perihal dusta.Pada intinya aku mulai mencintai hidupku mulai remaja.Karena tak pernah terpatri di diriku dari saat aku kecil,semuanya musnah bersama kenangan orangtuaku yang saling bergantung.Akupun melepasnya dengan pasrah.Semenjak hari itu aku bukanlah gadis yang bahagia,meski jelas saja aku masih terlihat begitu.Hingga aku bertemu beberapa orang yang kupanggil oppa bagiku itu mereka.Kakak laki-lakiku dan memang begitu adanya.Saat aku datang,mereka terlihat marah dan sepertinya tak ingin menegurku.Kubujuk ketujuhnya untuk melengah padaku tapi tetap saja mustahil.Baiklah,kali ini aku benar-benar parah dan tidak mengikuti instruksi sebagaimana semestinya.Mereka tetap marah walaupun aegyo ini sudah tertaut di wajahku.Awalnya begitu,tetapi tak lama mereka tersenyum dan menghambur puncak rambutku seolah aku anak kecil.Ralat,bukan seolah melainkan memang benar seorang anak kecil.Aku senang di asuh ketujuhnya karena orangtua ku menganggapku bebannya sedari kecil,aku paham jadi tidak usah jelaskan.Mereka sayang aku tapi aku tak percaya,seperti yang pepatah bilang

buah tak jatuh jauh dari pohonnya.

Aku adalah seorang pembohong yang licik,jadi-.Kembali lagi pada para kakakku yang ikut tersalur kebahagian dari saat memegang ujung rambutku.Cih! Bahagia,kurasa dia salah aku bukan pencipta kebahagiaan bahkan untuk itu aku harus berpura-pura.Ngomong-ngomong aku sangat hebat dalam bersandiwara,jadi apakah aku akan tercekik dramaku sendiri? Aku sendiri bingung dan aku percaya karma.Layaknya seperti itu,aku masih mencintai hidupku.Apa adanya,aku suka segala hal di dalamnya,mengiyakan apa yang tak adil,Terus bersikap baik serta melupakan segala bentuk kejahatan orang-orang padaku.Aku hanya merangkum kisahku,jangan tanya mengapa begitu berantakan.

"Hana,kau tak ingin tidur." Seokjin- oppa menatapku sambil tersenyum,aku hampir tak dapat melihat bola matanya.Satu lagi dia mengkhawatirkanku sesaat aku tergagu menjawab.

"A..a..aku..ti..tidak" ayolah mulut,bisakah kau tak hanya mengeluarkan seringai saja.

"Imsonia itu mengganggumu lagi" sahut Yoongi- oppa dengan lipatan tangannya.Dia memiliki hidup persis sepertiku dan kurasa dia senior.Tak pernah sebahagia ini bersama mereka.Efek senyuman mereka yang semakin menjadi canduku.

"Yasudah sana tidur,kau akan sakit dan bumonim-ah akan khawatir terhadapmu" nasehat Namjoon- oppa panjang lebar,jika tadi Seokjin yang mengacak puncak rambutku kini berganti dengannya.Perkataannya disambut senyum oleh seluruhnya tak terkecuali aku.

Sama seperti Myung-Jae mereka juga selalu ada di sisiku mau seperti apapun,mau seberat apapun.Aksi benci dan ingin bunuh diri selalu gagal di tangan mereka.Diakhiri dengan aku yang semakin mencintai kehidupanku sekarang.Aku senang mereka hadir di masa sulitku untuk hari ini dan aku berharap akan terus begitu hingga kedepannya.Semuanya menatapku hangat,aku akan pergi menemui keluargaku di pulau kapuk.Kurasa mereka tidak bahagia terhadap itu,seperti yang kalian tahu aku selalu mereka tinggalkan.Aku tak suka bila harus pergi tidur,aku juga tak pernah suka waktu di saat semuanya kembali normal.Biar bagaimanapun aku terus mencoba agar semua tampak indah tanpa ilusi dari mereka.Jeruji besi itu misalnya,aku sangat menyayangi itu dan juga segala macam bentuk alat penyiksaan dari Ibuku.Aku suka apabila itu mengenai tubuhku,aku suka rasa sakit.Bahkan jika aku mulai hilang karena itu,aku menyadari inilah sebuah hobi.





1004

My Interlude[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang