(1) Invitation

543 33 5
                                    

Seorang pria dengan wajah yang cukup feminin–walaupun rambutnya yang berwarna hitam dipotong pendek, hidungnya cukup bangir, matanya yang bulat seperti mata kucing, bibirnya yang berwarna merah muda dan tebal, serta kulitnya yang berwarna putih susu, mulus tanpa cela–sedang menatap pantulannya di cermin kamarnya.
Tangannya bergerak merapikan kemejanya yang sedikit kusut sekaligus merapikan kerahnya, kancing paling atas sengaja tidak dikancing olehnya. Beruntung kantornya cukup fleksibel, tidak mempermasalahkannya yang hanya memakai setelan kemeja dengan jas, dan celana panjang yang berwarna senada dengan jasnya–tidak memakai dasi.

Dirasa sudah cukup rapi, dia mengambil jas yang digantung di dalam lemarinya. Hari ini dia memakai jas berwarna biru cerah–berikut celananya, dipadankan dengan kemeja putih polos. 
Dan tidak seperti pekerja kantoran kebanyakan, dirinya hanya membawa dompet, ponsel, kunci apartemennya, dan ID cardnya–hanya sesekali dia akan membawa tas ke kantor.

Setelah memastikan semuanya sudah dia masukkan ke dalam kantong celananya, dia memulai rutinitas perjalanannya ke kantor.

.

.

.

.

"Morning, hyung." Yang disapa menoleh, mendapati laki-laki muda teman sekantornya itu berjalan tak jauh di belakangnya.

"Tumben bisa bilang hyung." Yang disindir hanya mengangkat bahu tidak peduli. Dia melengos saja melewati Heechul dan berhenti di depan lift, menunggu lift itu tiba. Heechul hanya bisa geleng-geleng kepala saja melihatnya.

"Dasar anak kecil."

Dirinya juga ikut menunggu lift tiba di belakang laki-laki yang dikatainya "anak kecil" tadi.

"Heechul-hyung."

"Hm?"

"Sudah terima undangan dari Yesung-hyung?" Yang ditanya mengernyit seraya menggelengkan kepalanya.

"Undangan pernikahan, Kyu?" Seseorang yang dipanggil Kyu itu menatapnya dengan tatapan tidak percaya, dan seolah-olah ingin memakan Heechul.

"Bukan. Pembukaan kafe miliknya."

"Ah." Heechul mengangguk, teringat kembali cerita Yesung, teman masa kecilnya, beberapa minggu lalu akan persiapannya memulai usaha barunya itu.

"Kapan acaranya?" Kyu mengangkat bahunya seraya memasuki elevator yang sudah terbuka pintunya. Diikuti Heechul dari belakang. Dirinya menutup pintu dan memencet tombol lantai 4 dan 5. Empat untuk dirinya, dan lima untuk temannya itu.

"Belum tau, hyung. Tapi Yesung-hyung bilang, dia akan mengirimkan undangannya dalam waktu dekat." Heechul mengangguk.

"Kemampuannya sebagai barista meningkat pesat setelah kepulangannya dari London." Ganti temannya yang mengangguk.

"Tentu saja. Tidak sia-sia dia dua bulan belajar di sana."

"Kamu merindukannya kan waktu itu?"

Tidak mendapat jawaban apa pun dari laki-laki di sampingnya, justru membuat Heechul tersenyum kecil. Dia tahu, Kyu, atau lengkapnya Kyuhyun, tidak akan mengakuinya dengan gamblang.

"Nanti kamu datang sendiri dong?" Kyuhyun mengangkat kedua bahunya.

"Mungkin. Atau paling aku ajak Siwon." Heechul cekikikan pelan, berusaha tidak sampai diketahui oleh Kyuhyun. Dirinya bisa membayangkan wajah Yesung yang mendung saat melihat Kyuhyun datang dengan Siwon.

"Kamu bagaimana, hyung? Kenapa kita tidak datang berdua saja?" Heechul berpikir cepat untuk menolak ajakan Kyuhyun. Agar bayangan akan "hiburan"nya di sana nanti tidak hilang.

Butterfly (蝶) [Teukchul Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang