pada dasarnya,
.
cinta akan berubah menjadi menyakitkan,
.
saat cinta itu mengubahmu.🍃
Sepanjang perjalanan kembali, Draco tak henti-hentinya melirik gadis bernetra hijau di sampingnya. Entalah, sejujurnya pun Draco tak ingin terus-menerus menatapnya. Tapi seperti ada magnet yang begitu kuat yang menariknya untuk terus menatap [Name].
[Name] cantik, Draco akui itu—tapi jangan sampai [Name] tahu tentang itu. Tapi masalahnya, bukan karena [Name] cantik Draco ingin terus menatapnya. Ada hal lain selain itu, tapi Draco tak tahu apa itu. Nah, perasaan kadang memang membingungkan begitu, kan?
"Need help?" Draco bertanya dengan wajah super datarnya. Semakin dilihat, semakin kasihan juga gadis itu membawa 2 kandang besar dengan tubuh mungilnya. Jadi tak masalah kan jika Draco ingin sekali saja menjadi pria sejati?
Wajah [Name] berubah berseri mendengar pertanyaan Draco, sepertinya bersyukur karena satu-satunya pria dalam rombongannya peka juga bahwa dirinya kesulitan. "Aku baru ingin bertanya tadi," kata [Name], "And sure. Tolong bawakan Rorschach jika tak merepotkanmu." [Name] menyerahkan kandang burung hantunya pada Draco yang langsung diterima dengan senang hati. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, ini pertama kalinya ia membawakan barang milik orang lain. Sekali lagi Draco melirik [Name], ada apa dengan dirinya?
"Thank you." Draco tersentak saat mendengar bisikan tiba-tiba tepat di telinganya. Saat ia menoleh, [Name] tampak tersenyum manis ke arahnya sebelum gadis itu berlari sambil bercanda ria dengan kucing yang dibawanya.
Tanpa sadar Draco tersenyum tipis, sepertinya akan ada banyak hal yang berubah darinya setelah ini.
...
Klinting
[Name] masuk terlebih dahulu ke Toko Jubah Madam Malkin dengan Draco yang berjalan paling akhir. Celine dan Cathrine masih sibuk melempar tatapan sinis saat [Name] dengan riang gembira menghampiri keempat orangtuanya yang sepertinya sedang melakukan pembicaraan yang serius. Draco di belakangnya terus mengekorinya, masih setia membawakan kandang piaraan sang Tuan Putri.
[Name] mengernyit, begitu pula Draco di sampingnya. Empat orang dewasa di hadapan mereka masih belum menyadari keberadaan mereka. Sebegitu seriuskah pembicaraan mereka sampai tak peduli dengan sekitarnya?
"Hai Dad!" sapa [Name] yang langsung membuat Steve berjengit kaget. Begitu pula Lucius yang langsung berbalik menatap [Name].
"Oh Sayang, bagaimana? Sudah dapat yang kau mau?" tanya Eliz menghampiri [Name]. Matanya sempat melirik sebentar ke arah Steve dan Lucius sebagai tanda jika pembicaraan mereka harus ditunda terlebih dahulu.
"Well yeah, seperti yang kau lihat."
Tatapan Steve beralih ke arah kandang burung yang dipegang Draco. "Draco, apa itu milik [Name]?" tanyanya yang diangguki Draco dengan cepat. Steve menyeringai ke arah Lucius, Lucius balik menatapnya sinis, sepertinya tahu apa yang dipikirkan oleh Steve.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 The Mission : Mission Begins |
Fanfic[𝙉𝙖𝙢𝙚] 𝙒𝙖𝙡𝙡𝙖𝙘𝙚 𝙬𝙞𝙡𝙡 𝙝𝙖𝙫𝙚 𝙝𝙚𝙧 𝙛𝙞𝙧𝙨𝙩 𝙮𝙚𝙖𝙧 𝙖𝙩 𝙃𝙤𝙜𝙬𝙖𝙧𝙩𝙨 Hampir semua penyihir mengatakan, jika penyihir-penyihir jahat yang ada di muka bumi ini berasal dari Slytherin. Lalu bagaimana jika nantinya satu-satunya m...