pertemuan bukanlah sesuatu yang dapat dipilih.
.
dia tidak membiarkan kita memilih karena dia tahu,
.
kita tidak akan mampu membuat pilihan untuk memulai.🍃
SABTU MALAM. Keluarga Wallace selalu punya kebiasaan berkumpul di Sabtu malam. Sang kepala keluarga pernah mengatakan, hal ini dilakukan guna mengantisipasi jika ada kesibukan yang melanda anggota keluarga. Takut-takut mereka bahkan tak punya waktu hanya untuk saling sapa di meja makan karena dikejar rapat penting, deadline desain, ataupun setumpuk tugas kelompok yang membuat mereka menjadi tak mengenal orang terdekat mereka sendiri.
Biasanya kebanyakan orang menyebutnya sebagai quality time, waktu bermakna di mana kita menghabiskannya dengan melakukan berbagai hal bersama orang yang berharga dalam hidup kita. Entah itu berupa liburan, nonton bioskop atau sekedar seperti ini, berkumpul di living room hanya untuk saling bertukar cerita ditemani segelas cokelat panas, selimut tebal, dan perapian yang menyala.
"[Name], tahukah kau jika ada satu mantra yang tak bisa diucapkan oleh seorang Wallace?" tanya Steve pada [Name] yang kini membaringkan tubuhnya di atas karpet berbulu tebal. [Name] mendongak, menatap Steve juga Eliz dengan tatapan ingin tahu.
"Really? Kupikir semua Wallace sangat pintar," sahut [Name] sambil menatap kedua orangtuanya ingin tahu. Eliz yang mendengar penuturan singkat putrinya itu tersenyum jenaka.
"Kupikir tidak selalu, Dear," sanggah Steve yang membuat [Name] lagi-lagi mengerutkan keningnya. Hei! Masalahnya ia tak pernah mendengar jika ada orang bodoh di dalam silsilah keluarganya! Semuanya menakjubkan, dari kakeknya- hingga dirinya sendiri. Well, bukannya ingin besar kepala, tapi William selalu bilang jika dirinya adalah bibit unggul.
"Di mana Celine dan Cathrine?" tanya Eliz melenceng dari topik utamanya, sepertinya bingung kenapa putri kembarnya itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. [Name] yang tahu jika sang ibu bertanya padanya hanya mengedikkan bahu, ia pun tak melihat mereka sedari matahari terbenam.
"[Name], come here, Dear."
[Name] kembali mendongak dan Steve tampak melambaikan tangannya, menyuruhnya untuk duduk di sampingnya juga Eliz. [Name] hanya menurut saja, ia berdiri dan duduk di antara orangtuanya itu.
"I'm serious, [Name]. Ada satu mantra yang tak bisa Dad ucapkan, begitu juga dengan Wallace lainnya. Yah, sebagian besar."
[Name] mengernyit bingung, "And then? Dad akan bilang jika aku juga tak bisa mengucapkannya, begitu?" Steve terdiam beberapa saat. Tatapannya mengarah pada Eliz dan Eliz lagi-lagi hanya melempar senyum manis.
"Maybe no," sahut Steve yang semakin membuat [Name] bingung. Ia hanya tak mengerti apa maksud sang ayah mengatakan hal ini padanya. Dan apa maksudnya semua Wallace tak bisa melakukannya tapi dirinya bisa?
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 The Mission : Mission Begins |
Fiksi Penggemar[𝙉𝙖𝙢𝙚] 𝙒𝙖𝙡𝙡𝙖𝙘𝙚 𝙬𝙞𝙡𝙡 𝙝𝙖𝙫𝙚 𝙝𝙚𝙧 𝙛𝙞𝙧𝙨𝙩 𝙮𝙚𝙖𝙧 𝙖𝙩 𝙃𝙤𝙜𝙬𝙖𝙧𝙩𝙨 Hampir semua penyihir mengatakan, jika penyihir-penyihir jahat yang ada di muka bumi ini berasal dari Slytherin. Lalu bagaimana jika nantinya satu-satunya m...