Dian tercengang, melihat Darwis sedang berpelukan dengan orang yang tak ia kenal.
“Ano?”panggil Darwis,“bu-bukan seperti yang kamu lihat”Dian melangkah mundur saat Darwis melangkah menujunya.
“Bian, jadi kamu sering lambat balas pesan saya. Karena ini?”Dian menggeleng tak percaya.
“Enggak Ano, kamu salah paham”
“Saya kurang apa sama kamu?”
“Ano, sudah lebih dari cukup buat saya”
“Kamu bohong”Dian berbalik, namun baju bagian belakangnya ditahan oleh Darwis.
“Ano, saya bisa jelasin”
“Saya mau pulang, Bian”
“Enggak boleh”
Dian kembali melangkah, menuruni anakan tangga. Katakan saja Dian cengeng, dia menangis walau tidak keras. Hanya berjatuhan setetes dua tetes, entah bagaimana nanti saat sampai dirumahnya.
Hatinya bergemuruh, rasa kesal, kecewa, dan sakit teraduk menjadi satu. Dian sudah belakan datang kerumah Darwis yang terjarak lumayan jauh dengan rumahnya, dan ternyata hanya untuk menyaksikan Darwis yang berengkuhan dengan orang lain.
Ouch, Dian yang malang~
“Ano, berhenti”jerit Darwis
Bahkan Dian tak lagi menoleh, meski Darwis sudah meneriakan namanya berulang kali.
“Maaf Bian, saya butuh meredakan emosi”
©_Moondh,2020-02-05
KAMU SEDANG MEMBACA
Pudar?✓
Fanfiction"Darwis kok, sekarang agak lambat sih balas pesan saya?"gumam Dian, seraya menopang dagu diatas meja belajarnya. Teringat akan Darwis sipujaan hati, buat Dian berpikir. Apakah ada orang lain, selain Dian? Entah. Siapa yang tahu? 🔸02 februari 2020 �...