“Ayo jelaskan sama saya, Bian”pinta Dian
Mereka kini berada dikamar Darwis, Dian sudah mengganti bajunya menggunakan baju Darwis meski agak kekecilan dibadannya.
Dian yang duduk bersila ditengah kasur, dengan sebelah kaki kiri Darwis dipangkuannya. Memijat pelan kaki kecil itu, bengkak diselingi lebam membiru tertangkap penglihatan Dian.
Astaga, rasanya Dian ingin tenggelam saja. Tak bisa menjaga pasangannya, menjadi tak berguna untuk Darwis.
“Ano, cowok yang waktu itu. Sebenarnya itu sepupu saya, kak Riski”jelas Darwis, tangan kanan Dian digenggamnya. Ditepuknya lembut tangan besar Dian, sebelum melanjutkan omongannya.
“Dia cuma bantu saya, saya peluk karena buat ucapan terima kasih. Dan juga karena kaki saya lagi sakit”pungkas Darwis lalu mencium tangan Dian dengan mata terpejam.
Ugh~ bagai istri yang taat pada suaminya, oowoo.
Dian singkirkan kaki Darwis perlahan, kemudian mendorongnya berbaring dikasur lalu Dian peluk Darwis.
“Hiks, Bian~ saya minta maaf. Sungguh”tuturan yang membuat Darwis tertawa lucu. Dian kalau begini, buat Darwis gemas.
“Iya, Ano. Saya sudah maafkan-”terjadi jeda sejenak, membiarkan isakan Dian yang mengisi keheningan dikamar Darwis.
“Tapi, Ano harus tahu satu hal”Darwis angkat kepala Dian yang bersembunyi diceruk lehernya, agar bisa ia tatap.
“Rasa sayang dan rasa cinta Darwishan Ebiandra terhadap Abdiano Yuftahushak tak pernah surut”
Lalu mendaratkan kecupan sayang dikening Dian.
©_Moondh, 2020-02-09
KAMU SEDANG MEMBACA
Pudar?✓
Fanfiction"Darwis kok, sekarang agak lambat sih balas pesan saya?"gumam Dian, seraya menopang dagu diatas meja belajarnya. Teringat akan Darwis sipujaan hati, buat Dian berpikir. Apakah ada orang lain, selain Dian? Entah. Siapa yang tahu? 🔸02 februari 2020 �...