Dian membawa motornya dengan kecepatan 60km/jam, astaga Dian hati hati!
Dian kelabakan saat mendapati kiriman pesan dari Jefri, sial kenapa Dian baru menyadari.
Rasa cemburu bangsat, Dian sampai harus mengabaikan Darwis.
Dian harus berterima kasih pada Jefri yang memang sering keceplosan, ah tepatnya itu Dian lebih berterima kasih pada Tuhan. Karena telah menghadirkan Jefri dengan segala kepolosannya.
Menuju rumah Darwis menempuh waktu selama dua jam. Harus merelakan kaki dan tangannya kesemutan, serta pantatnya kebas akibat terlalu lama duduk. Itu point yang menambah kekesalan Dian saat itu.
Menyalip beberapa pengguna jalanan, umpatan umpatan dari pengendara lain juga Dian dapatkan.
Eits, Dian sudah bergetar akibat menahan kesal. Kesal pada diri sendiri, karena telah menyalah pahami keadaan. Hohoho, kalau Dian begitu pasti akhirnya akan menangis.
Dan semoga, Darwis mau memaafkan Dian.
“Bian, tolong jangan marah ya dengan saya”gumamnya. Walaupun kemungkinan Darwis marah pada Dian itu, hanya 0,01%
Mulai mempercepat laju motornya, saat dilihat rintik hujan berjatuhan memburami kaca helm Dian.
Harus sampai dirumah Darwis sebelum hujan turun semakin deras mengguyur bumi.
Jefri
Cie, pasti sebentar lagi ada yang senang nih.
Kak Ebi manis ya, mau buat kejutan sampai jatuh dari tangga. Ugh kasihan, rela sakit demi kak Hushak. Kakinya bengkak mana lebam pula.☹️
23.45©_Moondh, 2020-02-06
KAMU SEDANG MEMBACA
Pudar?✓
Fanfiction"Darwis kok, sekarang agak lambat sih balas pesan saya?"gumam Dian, seraya menopang dagu diatas meja belajarnya. Teringat akan Darwis sipujaan hati, buat Dian berpikir. Apakah ada orang lain, selain Dian? Entah. Siapa yang tahu? 🔸02 februari 2020 �...