Prolog

100 18 5
                                    

Di saat kerapuhan melanda, mereka semua hilang. Bagai ditelan bumi bersama antah berantah yang tak tau dimana arahnya. Sama saja, dua kata yang mungkin cukup menggambarkan apa itu kehidupan. Pelarian, salah satu jalan menghadapi keputusasaan. Dimana sebenarnya bumi berpijak? Dengan kepuasan dan kepercayaan yang mereka miliki sama saja membuat seseorang tertinggal. Menjadi abu, menjadi kenangan yang selamanya akan berwarna tak jelas. Abu, tidak hitam dan tidak putih.

"Dimana gue harus berpijak kalau kalian semua menatap gue seolah dengan tatapan menjijikkan?" Roboh, saat itu semua amat suram. Mereka perlahan memilih untuk meninggalkan

"Lo harus bangkit, walaupun gue udah gamau temenan sama lo lagi. Inget pesan gue, setidaknya untuk terakhir kalinya."

Sejak saat itu, hati dan perasaan gue seolah beku. Apa arti persahabatan jika hanya mengambil keuntungan? Seharusnya gue memang menyalahkan Vega, seorang wanita yang entah dari kapan menyandang status sahabat sejati gue. Namun, semua berulah dari rumah itu. Panti asuhan sialan yang memang memulai kesedihan terluapkan.

Notes:Aku kembali dalam seseorang yang berbeda, nama yang berbeda, keadilan yang berbeda, dan mungkin lingkungan yang berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Notes:
Aku kembali dalam seseorang yang berbeda, nama yang berbeda, keadilan yang berbeda, dan mungkin lingkungan yang berbeda. Kuharap pembaca merasa enjoy dengan luapan kalimat ceritaku. Salam kenal kembali.

-Eshalina Altair.

What a Roleplayer? (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang