9

440 60 0
                                    

Lorong rumah sakit saat itu cukup sepi. Hanya ada beberapa perawat yang berlalu lalang memeriksa pasien di setiap kamar rawat.

Chanyeol menunduk menumpu kepala dengan kedua telapak tangannya. Pikirannya kacau. Bayangan Baekhyun yang tidak sadarkan diri membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

"Minum dulu Yeol"

Sehun menyentuh pundak Chanyeol dan kemudian menyodorkan sekaleng kopi dingin. Chanyeol menerima itu, dia mengela nafas dan meminum kopi pemberian Sehun.

Sehun duduk di samping Chanyeol sambil meminum kopi miliknya.
"Apa kata dokter?". Sehun memulai pembicaraan.

"Belum. Mereka masih memeriksa keadaannya"

"Aku yakin Baekhyun hyung akan baik baik saja"

"Aku akan buat perhitungan dengan gadis itu jika terjadi sesuatu pada Baekhyun"

Sehun mengusap pundak temannya.
"Polisi sudah mengurus itu Yeol. Kau tenang saja. Sekarang kita fokus pada Baekhyun hyung, dia lebih butuh kau".




Tak lama dokter keluar dari kamar pemeriksaan yang Baekhyun tempati.
"Keluarga pasien Baekhyun?"

"Iya, kami kerabatnya. Bagaimana dengan Baekhyun?"

"Pasien Baekhyun sudah melewati masa kritis. Cairan yang di konsumsi nya merupakan obat penenang dengan dosis tinggi. Saraf dan pernapasannya bisa bermasalah tapi syukur cepat dilakukan penanganan. Sekarang pasien sedang beristirahat. Silakan jika keluarga ingin menjenguk pasien", ujar sang dokter.

"Syukurlah. Terima kasih banyak dokter".
Dokter itu mengangguk kemudian pamit undur diri.

"Masuklah Yeol. Aku akan memberitahu Luhan dan Jongin dulu"
Chanyeol mengangguk, melihat punggung Sehun menjauhinya.

Chanyeol membuka pintu kamar rawat Baekhyun dan masuk ke dalam. Dia berjalan mendekati Baekhyun yang terbaring. Chanyeol mengambil kursi dan duduk di samping tempat tidur Baekhyun.

Bisa dia lihat wajah Baekhyun yang masih pucat. Infus tertancap di tangan kirinya. Perlahan Chanyeol meraih tangan itu, mengelusnya perlahan. Tangan kecil itu dingin.

"Baekhyun". Chanyeol berujar lirih.

"Maaf Baek. Aku lagi lagi gagal menjagamu. Aku tidak berguna. Jika saja aku datang lebih cepat, tidak-  jika saja aku menghabisi laki laki dan gadis keparat itu sebelumnya kau tidak akan seperti ini". Chanyeol mengusap jari jari Baekhyun.

"Bangunlah Baek. Aku merindukanmu"

Chanyeol menatap wajah pucat Baekhyun. Rasa sesak tiba tiba merasuki dadanya. Dia tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Bahkan pada kedua orang tuanya sekalipun. Rasa takut, sangat takut. Perasaan ini dengan cepat menggerogoti dirinya.

Chanyeol menggenggam erat tangan Baekhyun, menumpu kepalanya di sana. Lalu bahunya bergetar.

"Ayo bangun Baek... hiks kau harus bangun".


Di balik pintu kamar rawat, untuk pertama kalinya sejak mereka remaja, Luhan melihat adik sepupunya menangis. Selama ini Chanyeol selalu mempertahankan wajah datarnya di berbagai situasi. Bahkan saat orang tuanya meninggalkannya untuk bisnis, wajah datar itu tetap betah di sana. Dan sekarang Luhan melihat Chanyeol menangis untuk Baekhyun. Chanyeol sangat tidak ingin kehilangan anak itu. Luhan akan berterima kasih pada Baekhyun saat dia telah bangun nanti.

"Hiks... Sehunie... ". Luhan yang tidak tahan melihat pemandangan itu pun ikut menangis di pelukan pacarnya.

"Tolonglah masih ada jomblo di sini. Kalian semua benar benar tega padaku huhuhu... ". Itu Jongin yang berdiri di samping Sehun, merusak suasana.



Babe [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang