mie instan

7 1 0
                                    

Aku menyayangimu melebihi mie instan yang aku makan selama ini

-janika

Janika pura-pura antusias dan fokus pada saat guru biologinya menjelaskan meteri tentang pencernaan manusia di proyektor.

Matanya berair menahan kantuk. Berkali-kali ia menunduk menyembunyikan muka saat menguap. Takut menyinggung guru biologinya yang gila etika.

Suasana lab biologi yang hening. Cuaca dingin diluar seharusnya janika manfaatkan untuk tidur siang. Apalagi sehabis mapel olahraga tadi. Mata minusnya benar-benar tak dapat diajak kompromi.

"Farhan mulai mengantuk?" sarkas bu dijah yang sedari tadi seperti tidak lelah mengoceh tentang enzim, usus besar, usus halus, kimiawi, mekanik.

Hampir semua murid menoleh kebelakang. Tempat farhan melipat tangan dan menelungkupkan wajah.

Mata-mata murid yang tadinya sayu terpaksa terbuka lebar. Takut-takut kena semprotan dan sindiran seperti siswa yang dipanggil farhan tadi.

Sedangkan farhan hanya terduduk ketar-ketir berusaha memfokuskan diri.

Semua kembali tenang. Sesekali janika membuka ponsel melirik sudah jam berapa sekarang. Otaknya mengira-ngira berapa lama lagi harus terjebak didalam kantuk tidak terlampiaskan ini.

Hufttttt kurang 5 menit lagi. Tapi tidak ada tanda-tanda akan berakhirnya ocehan bu dijah.

Iseng-iseng mata berkacamatanya menoleh ke arah jendela. Tepat saat itu juga netranya menangkap dengan jelas seorang siswa tengah memperhatikannya dari luar.

Sedang apa dia?  Batin janika.

Menyadari janika menoleh padanya. Kedua sudut bibir destra terangkat mengulas senyum ceria. Tidak terasa terlalu asyik saling bertukar pandang. Jam pelajaran biologi selesai.

Semua terburu-buru membereskan barang-barangnya dan berhamburan keluar.

Kepala janika celingak-celinguk kekiri dan kekanan. Matanya menyipit mencari cowok dengan rambut cepak tadi.

"hayoo nyariin ya?"

Janika hampir terjengkang kebelakang. Suara cowok itu membuat jantung janika berdetak seperti sehabis maraton. Ha?  Maraton? Anyway, janika tidak pernah melakukan itu.

Jadi apa perumpamaannya?

Ah, seperti saat merogoh saku tapi tidak menemukan ponsel. Berdetak lebih cepat.

Bibir janika tersenyum miring. Menatap destra seperti badut. Lalu menyilangkan kedua tangannya.

"kepedean sekali anda tuan." dan janika berlalu meninggalkan destra yang melongo.

Janika melewati koridor dengan terus menggosok kedua tangannya. Didepan adalah deretan kelas 11 ips. Janika mulai menebak sebentar lagi akan bertemu dengan si Bass i.

Entah kejahilan apalagi yang dilakukan si bajingan kecil itu. Harap-harap cemas janika melewati kelas bass dengan buru-buru.

Memang kaki janika yang gampang limbung atau lantai yang licin. Janika hampir terjerembab saat menyadari kelas Bass masih ada pelajaran. Beruntung gadis yang tidak pernah melatih keseimbangannya itu berhasil menyeimbangkan tubuhnya.

my posesif good boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang