"terinspirasi dari mana kamu Arjani? Ga sayang? Pinter-pinter tapi badung."
Kata wanita berkacamata besar itu sarkas.
"saya sayangnya sama destra kok bu."
Janika menjawab dengan enteng sambil memperhatikan kuku nya. Bu Agia menatap Janika tidak habis pikir.
Bukan maksut janika tidak sopan. Hanya saja Bu Agia adalah Budhenya sendiri. Yang jika disekolah adalah guru bk yang terkenal dengan kesabarannya.
Wajar saja bukan jika janika sesantai itu menghadapinya.
Memijat pelipisnya lalu kembali bersuara "kalo kamu bikin ulah lagi. Biar bu Ning sama pak bento aja yang ngurus."
Mata janika melotot mendengar keputusan bu Agia. "loh, ga bisa gitu dong budhe. Eh, bu. Tega banget sih saya dikasarin." protesnya.
Senyum miring tercetak diwajah wanita kepala empat itu. "katanya bar-bar. Masak gabisa dikasarin."
Janika memutar bola matanya.
Bu Agia terkekeh."makanya jangan bolos mulu. Yang semangat sekolahnya kan sekarang doi nya satu sekolah."
"sebuagianya bu-agia deh. Permisi" jawab janika sembari keluar dari ruangan yang entah sudah berapa kali ia masuki.
Dikoridor janika melewati deretan kelas 10 ips. Telinganya menangkap suara alarm sekolah yang berbunyi jika istirahat kurang 5 menit lagi.
Sialan! Batin janika. Seharusnya dia sudah kenyang. Sampai dikelas ternyata sudah ada guru yang duduk ditempatnya.
Moodnya benar-benar anjlok.
"asalamualaikum..." sebelum memasuki kelas janika salam terlebih dahulu.
Etikanya ketika ada guru dikelas.
"walaikumsalam.." jawab seluruh penghuni kelas serentak.
"habis dari mana Arjani?" tanya guru mapel kimia. Pak idris. Ketika janika memasuki kelas menuju bangkunya.
"habis dari ruang bk pak." jawab janika lalu duduk dibangkunya.
Semua murid sudah biasa dengan dipanggilnya janika ke ruang bk atau ke ruang guru. Paling-paling kasus bolos dan terlambat.
Pelajaran sudah berlangsung selama satu setengah jam. Lalu ada siaran jika semua murid diperbolehkan pulang dan belajar dirumah karena ada acara.
Ahhhh setidaknya mood janika membaik.
Tapi... Janika sedang tidak ingin pulang.Gadis itu memilih berkeliling menyelusuri sekolah. Mengamati bangun-bangunnan disekitarnya. Mengumpulkan beberapa lembar daun untuk koleksinya. Memotret beberapa hal yang menurutnya aestetic.
Bahagianya sederhana.
Janika menghembuskan napasnya dengan keras. Rasanya sangat melelahkan. Pikirannya menumpuk mengingat besok olahraga. Hahh ingin rasanya tidak sekolah.
Hari ini benar-benar panas. Labil banget sih cuaca ini. Batin janika mengeluh. Kenapa saat mapel didalam kelas cuaca adem. Tapi saat upacara dan olahraga cuaca panas.
Apa tidak ada alasan libur dengan alasan cuaca ekstream?
Janika menguncir rambutnya tinggi-tinggi. Lalu mengipasi lehernya. Astagaaa jika boleh janika ingin mandi saja rasanya.
Tiba-tiba pipi kanannya terasa dingin. Janika menoleh kekanan. Matanya menangkap destra dengan jus alpukat di genggamannya.
Dengan balutan baju putih abu-abu menurut janika destra berkali lipat tambah menawan.
Kembali pada dunianya janika mengedipkan kedua matanya."buat aku?"
Memutar bola matanya malas "bukan. Tapi buat painem!" jawab destra namun menyodorkan jus tersebut ke janika.
"perhatian banget sih. Jadi tambah saa ambat"
"dih kaga jelas lu sayang." kata destra menjitak jidat janika.
Gadis itu merenggut karena poninya yang dia rapikan kebelakang menjadi berantakan didahinya.
Bibirnya yang mengerucut itu menyedot jus alpukat yang ditangannya. "btw makasih ya sayang ha ha ha"
Janika tertawa garing guna menetralisir debarannya. Sehumble-humble nya gue kok tetep deg-deg an ya kalo manggil sayang ke cowo yang bukan pacar gue ya tuhann..
"enak dong ya jus alpukatnya. Udah gratis dari kesayangan pula." sindir amel
Ini dia lalat penganggu. Siapa lagi kalo bukan para curut-curutnya janika. Amel, dina, adera, dan nadira.
Ciwi-ciwi itu sudah selesai olahraga lalu ikut selonjoran dipinggir lapangan menyusul janika.
"enak banget lah, mel." celetuk dina.
"jadi ga ada alasan ngutang kas lagi dong. Kan jatah uang saku ga berkurang ya kan nona?"
Jleb---
Janika melotot sedangkan teman-temannya tertawa disusul destra juga ikutan terbahak.
Mati kutu janika. Dasar bundahara kampret!!!
Ngapain bahas kas didepan destra sihhhh. Bisa makin anjlok image janika.
"bisa ga sih nanti aja bahasnya mel..." gigi janika bergemelatuk. Tanda dia menahan sesuatu.
Antara malu dan kesal.
"kak, kalo bisa jangan cuman beliin jus alpukat. Bayarin sekalian kas-nya dia numpukk sampek kaya gunung semeru."
Destra terkekeh. "emang berapa utangnya?"
"tiga ratus lima puluh ribu lima ratus lima puluh rupiah." detail amel.
"buseetttt dah janika! Muka aja lo glowing in. Kas lo mangkrak in!" teriak adera heboh.
"berisik lo curut!" sungut janika.
Kepala adera dijitak keras oleh dina. "skincare itu penting. Lo ga glowing? Auto diselingkuhin."
Nahhhh ini dia sahabat seperglowingan janika.
Uwuwuwuuuu emang:3"tapi kalo banyak utangnya auto ditinggalin." nadira yang sedari tadi memilih diam karena jaim ada destra yang statusnya kakak kelas ikut menyeletuk.
"janika kalo ga glowing bagi gue tetep cantik kok. Kalo banyak utangnya nanti gue bantu bayarin." kalimat barusan keluar dari mulut seorang destra bung!
Semua yang disitu terdiam....
Janika : ...
Amel : ...
Nadira : ...
Adera : ...
Dina : ...
Pak bento : ...
Orang yang lewat : ...
Jangkrik : krik krik krik krik"AJIBBBBB IDAMAN QUEEEEEEE" teriak mereka serempak menanggapi kalimat destra barusan.
Janika berusaha menganggap itu hanya candaan saja. Meskipun disudut hati dewi batin nya berjingkrak kegirangan.
"nih, 300 ribu. Sisanya ikhlasin aja."
Janika melongo saat destra menyodorkan tiga lembar uang seratus ribuan itu ke amel dengan enteng. Janika menggelengkan kepalanya berusaha menyadarkan diri.
"eh, paijo! 300ribu bisa buat beli skincare gue etdahhh!"
Amel yang agak syok tersentak saat uang tadi dijrabut oleh janika dan digenggam erat oleh gadis tersebut.
"nih. Gausah gausah. Besok gue lunasin sendiri mel. Janji dah!" janika mengembalikan uang itu kedalam saku destra.
Amel masih dalam keadaan setengah sadar. Sedangkan yang lainnya memilih bungkam.
"anjir dah. David kaya raya tapi kaga pernah tuh so sweet kayak doi lo, jan." amel meringis meratapi nasib.
Destra mengisyaratkan janika jika dia akan kembali ke kelas dan dibalas oleh anggukan oleh gadis tersebut. Tersisa lah disitu janika and the genk. Mereka semua menggelengkan kepala menatap kepergian destra.
"sisain yang kaya gitu buat kita yaallah.." dina menengadahkan tangannya berdoa dan diamini oleh yang lainnya.
Sedangkan janika hanya tersipu. Destra itu misterius tidak dapat ditebak. Batinnya
![](https://img.wattpad.com/cover/211789787-288-k730329.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
my posesif good boy
Fiksi RemajaDalam diamnya destra posesif Dalam bungkamnya dia meneriakkan janika itu miliknya. Kata bebas, terserah adalah kata lain dari jangan macam-macam. Pikiran janika berputar-putar tidak wajar Apa yang destra inginkan? Kepergiannya atau ketetapannya? K...