lelah?

8 1 0
                                    

Matanya menatap nyalang apapun dihadapannya. Lalu mengusap gusar wajahnya. Rambut cepak itu sudah kembali tumbuh setelah cukur beberapa hari lalu.

Entah apa yang membuatnya resah. Hanya saja ada hal yang mengganjal ketika mengetahui janika berbalas pesan dengan cowok selain dirinya.

"lo bisa liat sendiri kan? Gue ngeresponnya gimana."

Suara gadis itu menyadarkannya jika dirinya tidak sendirian. Gadis itu masih berusaha meyakinkan destra jika tidak ada yang special dari apa yang ditemukan destra.

"yah, aku bisa apasih kalo kamu ga percaya." kali ini janika menunduk terlihat muram.

Lalu pipi kanannya ditangkup oleh tangan destra. Senyumnya mengembang lebar hingga menular kepada destra.

"aku percaya kok."

Terus terang, destra masih ragu dengan kalimatnya barusan. Namun melihat gadisnya murung ia berusaha menepis pikiran negatifnya.

"makasih.." lirih janika sembari mengelus punggung tangan destra.

Ada perasaan hangat ketika bagian tubuh mereka bersentuhan. Entah apa itu yang pasti dapat membuat letupan didada mereka.





Janika pov

Bodoh!

Sisi dalam tubuhku terus mengumpati diriku.

Bagaimana bisa ke gep sih? Pertanyaan itu terus berkecamuk diotakku.

Hari ini adalah hari sial pertama di bulan ini.

Biasanya keberuntungan berpihak padaku. Tapi sesuatu mulai memporak porandakannya.

Destra memergoki aku berbalas pesan dengan lelaki lain!

Biasanya dengan mudahnya aku mengelabui seseorang. Dengan mengatakan ah dia cuman teman. Aku cuman ga mau dianggap sombong. Idih ga ada yang special kok.

Tapi destra benar-benar diluar dugaan. Dia penyelidik posesif yang handal. Sampai aku harus mengeluarkan jurus andalan.

Menunduk berpura-pura pasrah hendak mengeluarkan air mata buaya.

Dan benar saja. Cowok yang menyandang sebagai calon pacarku ini langsung luluh meskipun ragu.

Sejujurnya saja chat yang ditemukan destra tidak ada apa-apanya dengan chat yang sudah aku bersihkan sebelumnya.

Penjahat bodoh mana yang meninggalkan bekas kejahatan sembarangan saat ada polisi.

Menurutku, destra itu tipikal cowok dengan seribu kejutan. Sifat recehnya menyimpan posesifnya. Dan seringkali dia melakukan inspeksi mendadak.

Aku tidak merasa terganggu. Karena yeah. Memang hanya destra yang dekat dengan ku. Meskipun aku memang berbalas pesan dengan cowok lain. Tapi itu hanya untuk selingan. Selagi destra tidak memberiku kepastian.

Ngomong-ngomong kepastian. Dia belum memberikannya padaku. Aku mulai jengah. Sedikit banyak dia menarik ulur perasaanku.

Aku tipikal perempuan yang mencintai kebebasan dan kepastian. Dalam kamusku tidak ada teman rasa pacar atau pacar rasa teman. Sekali teman ya teman. Pacar ya pacar.

Pacar dengan ikatan. Dan teman dengan kebebasan. Tapi antara aku dan destra itu mengambang.

Disatu sisi aku bahagia karena dia posesif. Tanda takut kehilanganku. Namun sisi liarku memberontak. Meminta dijinakkan dengan ikatan.






"hai babang destra uhuyyy!"

Bulu kuduk destra meremang ketika mendengar ada yang memanggilnya dengan nada centil.

my posesif good boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang