Kini Zeva sedang melamun sambil memainkan pulpen miliknya. Sesekali ia tersenyum. Entah apa yang gadis itu pikirkan. Tapi, dari tadi ia hanya diam melihat pulpennya yang di gerak-gerakan oleh jari-jari lentiknya.
"Oke, sampai sini kalian sudah paham?" Tanya bu harsi ke anak muridnya. Mata Bu Harsi melihat Zeva. yang dari tadi hanya diam dan tersenyum sesekali.
Bu Harsi ingin mengetes Zeva. Apakah ia mendengarkan apa yang ia terangkan tadi?
"Zevanya sandara, coba kamu jawab soal nomor 3 kedepan"
Zeva masih saja bermain dengan pulpennya. Ia sama sekali tidak sadar kalo semua orang yang ada dikelas menatap ke arahnya.
"Zev, Zeva. Woy Zeva!!!" Teriak Arin yang akhirnya membuat Zeva tersadar dari lamunannya.
"Eh, iya kenapa? Ish Arin ngagetin Zeva aja"
"Noh, lu disuruh maju kedepan sama bu Harsi"
"Ngapain?"
"Jawab soal nomor3 di papan tulis"
Zeva langsung maju kedepan, mengambil spidol dan mulai mengerjakan soal nomor 3.
Arin khawatir kalo Zeva tidak bisa mengerjakan soal nya dengan benar. Ia takut sahabat nya akan dihukum membersihkan toilet.
"Selesai bu" ujar Zeva sambil menaruh kembali spidol yang ia pakai.
Arin heran, bagaimana bisa Zeva mengerjakan soal yang menurut ia rumit dengan lancar? Padahal dari tadi Zeva hanya melamun gajelas.
"Ayo beri tepuk tangan untuk Zeva" semua murid yang ada dikelas Zeva, memberi tepuk tangan untuk Zeva.
Kepintaran Zeva jangan diragukan. Karna, ia memang memiliki otak yang cerdas dari ia masih SD.
"Gila, keren banget sahabat gue" batin Arin.
▪▪▪▪▪
Arlend bosan melihat pak Bambang yang dari tadi mengoceh tidak jelas. Ia berpikiran untuk membolos pelajaran pak bambang. Tapi saat ia hendak kabur, pak bambang sudah ada didepan pintu kelasnya. Jadi, ngga ada kesempatan lagi untuk Arlend kabur dari kelas yang membosankan itu.
Baginya, ia sudah pintar. Jadi, buat apa ia harus masuk kelas? Toh pelajarannya sudah ia pelajari sebelum gurunya mengajarkan dirinya.
Drrreeett!!
Ponsel Arlend bergetar didalam saku celananya. Ini kesempatan bagus untuk dirinya. Ia bisa beralasan untuk mengangkat telepon dan setelah itu, ia bisa kabur kewarung mpok Ros."Pak! Saya izin angkat telepon ya?" Ucap Arlend ditengah-tengah pak Bambang yang sedang menerangkan pelajaran.
"Silahkan. Tapi awas ya, jangan coba-coba kabur pelajaran bapak" tegas pak Bambang ke Arlend.
"Insyaallah!!" Teriak Arlend yang berlari keluar kelas. Pak Bambang hanya menggelengkan kepala melihat sikap anak muridnya.
"Pak! Saya izin angkat telepon juga ya?" Noval iri melihat Arlend yang bisa kabur saat pelajaran Pak Bambang.
"Sini, badan kamu bapak angkat, trus bapak buang ke empang!!" ujar pak Bambang dengan muka yang sudah memerah.
"Iya-iya ga jadi, orang Hp saya lagi rusak" ucap Noval yang membuat seisi kelas kecuali pak Bambang tertawa.
Arlend menyandarkan dirinya ketembok. Ia melihat ponsel nya yang bergetar dan dilayar ponselnya bertuliskan 'papa'. Ia segera mengangkatnya.
*ditelepon
Arlend: kenapa pa?
Papa Arlend: pulang sekolah kamu langsung siap-siap
Arlend: mau kemana?
Papa Arlend: papa mau bawa kamu kerumah calon istri kamu
Arlend: hah!? Hari ini??
Papa Arlend: iya
Arlend: tapi pa...
Tut tut tut....
Belum sampai Arlend menyelesaikan ucapannya, papa nya sudah mematikan panggilan mereka.
Arlend bingung dengan situasi ini. Ia ingin sekali menolak permintaan papanya. Tapi, ia juga tidak bisa mengingkari janji nya.
Arlend mengacak-acak rambutnya sambil memasukan ponsel nya kedalam saku celananya. Sekarang ia hanya ingin ke warung mpok Ros dan menenangkan pikirannya.
▪▪▪▪
Bel pulang sekolah sudah lewat 10 menit yang lalu. Seperti biasa, Zeva dan Arin masih mengerjakan catatan yang ada dipapan tulis. Bejo dan Ryan sudah keluar kelas dari tadi. Kini, hanya tersisa mereka berdua saja yang berada didalam kelas.
"Udah belum Zev?" Tanya Arin yang sedang merapikan buku dan alat tulisnya. "Sedikit lagi" jawab Zeva yang masih sibuk menulis.
"Lo pulang dijemput siapa?" Arin menggendong tas ransel nya. "Dijemput bang Kevin kayak nya" ucap Zeva sambil merapikan alat tulisnya. Arin hanya mengangguk.
"Ayo arin" Zeva berjalan keluar kelas yang diikuti Arin dibelakangnya.
Setibanya mereka diparkiran sekolah, Zeva dan Arin seperti biasa menunggu jemputannya tiba.
"Tadi kenape lu ngelamun sambil senyum-senyum gajelas?" Arin membuka suara. "Gapapa, cuma Zeva seneng aja bisa ngomong sama kak Arlend" ujar Zeva yang membuat Senyumnya mengembang seketika. "Udah lah Zev, lupain aja si Kak Arlend lu itu"
Senyum Zeva memudar dari wajah cantiknya. "Ngga bisa, Zeva suka sama kak Arlend" Arin menggeleng mendengar ucapan Zeva. Bagaimama bisa Zeva mencintai orang yang sudah menyakiti dirinya dan mempermalukannya didepan banyak orang? Arin berdialog didalam hati.
"Lu tau ga? Orang yang bikin lo masuk UKS itu siapa?" Tanya Arin yang mulai geram terhadap Zeva. "Zeva ga tau" jawab nya polos. "Kak Arlend, kak Arlend yang buat lu masuk UKS Zev. Lu buka mata lu leber-lebar, lu liat sikap Arlend ke lu. Die itu ga pantes buat lu Zev" ujar Arin. Zeva hanya diam. Sekarang, mereka berdua tidak mengeluarkan suara. Hanya terdengar suara murid-murid yang sedang mengobrol dan suara kendaraan yang berlalu lalang.
Tiiin tiiin!!
"Zeva! Ayo pulang. Arin, kamu mau bareng ga?" Suara klakson mobil Kevin membuat Zeva dan Arin menoleh kearah sumber suara. Zeva menghampiri Kevin dan masuk kemobilnya.
"Ngga deh bang, Arin sebetar lagi dijemput" ujar Arin sambil tersenyum. "Yaudah, kita duluan ya. Kamu hati-hati" Kevin tersenyum dan mulai menyalakan mesin mobilnya. "Zeva duluan ya arin" Zeva melambaikan tangannya ke Arin. Arin hanya tersenyum.
Tak lama, Arin juga sudah dijemput oleh papanya.Didalam perjalan pulang, Zeva mengobrol bersama Kevin. "Bang, kemarin Zeva masuk UKS. Trus Zeva dijagain gitu sama kakak kelas yang Zeva suka" ucap Zeva. Kevin yang tau adik kesayangan nya masuk UKS pun langsung khawatir dengan Zeva.
"Masuk UKS!? Kamu kenapa Zev? Ada yang luka?" Karna khawatir, Banyak pertanyaan yang ditanyakan kepada Zeva. "Apasih bang kevin. Zeva gapapa kok" Kevin sedikit lega karna adiknya tidak apa-apa.
"Tadi kamu bilang apa? Kamu suka sama kakak kelas kamu?" Kevin sedikit kaget mendengar adik nya mulai menyukai cowo. Karna, setau Kevin Zeva tidak pernah menyukai cowo.
"Iya, dia ganteng. Tapi dia anak nya nakal,Suka bolos pelajaran. Tapi walaupun dia nakal, dia pinter"
"Oh ya? Bagus lah. Gapapa nakal asalkan otaknya lancar. Siapa nama nya? Kenalin bang Kevin dong"
"Ah, bang Kevin kepoooo"
Zeva membulatkan bibirnya saat mengucapkan kalimat 'kepo'. Karna gemas melihat Zeva, Kevin tak segan-segan mencubit pipi Zeva dengan tangan kirinya dan tangan yang satunya dipakai untuk memegang stir mobil.
*****
Duh, jadi pengen kayak Zeva. Punya muka cantik, otak pinter, plus punya abang yang ganteng wkwk.
Bersyukur ajalah, author juga cantik kok😌
Jangan lupa vote ya!!!
Thx u guys😚
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Real!!
Teen FictionZeva, gadis periang dan cantik yang menyukai seorang pria bad boy, Arlend. Tidak banyak orang yg tau kalau zeva mencintai arlend. Tapi, seketika hidup zeva berubah semenjak ia dijodohkan arlend. Kalo penasaran? langsung baca aja~~ Enjoy!!!