Chap 02

2.6K 210 5
                                    

Aku menaiki bus selanjutnya, semua pesan dan panggilan dari Yuma ku abaikan. Bahkan keesokan harinya di sekolah, aku dengan jelas mengabaikan Yuma dan pergi dengan Asuka.

"Kenapa kau menarikku? Tadi Yuma mengajakmu pergi ke kantin kan." Seru Asuka.

"Biarkan saja, biarin dia tau gimana rasanya di abaikan. Biarkan dia tau gimana rasanya tidak bisa menghabiskan waktu denganku!" Ucapku dengan kesal.

"Kalian masih bertengkar?"

"Bayangkan saja Asuka, aku sudah bilang kalau aku cemburu dengan Chuya. Aku kesal karena aku tidak bisa menghabiskan waktu bersamanya seperti dulu.

Tapi apa jawaban dia?! Dia justru memintaku untuk berteman dengan Chuya dan mengerti dia yang merupakan anak baru disini."

"Ya ya ya... Aku tau seperti apa rasanya, tapi apa menurutmu ini tidaklah sia sia?"

"Maksudmu?"

"Apa yang kau lakukan saat ini hanyalah pembalasan dendam. Sementara Yuma tidak merasa dirinya bersalah.

Dia hanya melakukan sesuatu yang menurutnya benar, karena Chuya anak baru dan tidak memiliki teman.

Mungkin Yuma berpikir, kalau Chuya tidak pandai bersosialisasi. Itu yang membuatnya hingga saat ini tidak juga punya teman selain Yuma.

Kau sendiri tau kalau Yuma orangnya sangat baik pada siapa pun, orang itu seakan tidak bisa berkata tidak untuk menolak ajakan seseorang.

Apa menurutmu pembalasan ini akan berhasil? Mungkin saja Yuma berpikir kalau kau yang mulai menjauhi dirinya.

Dengan keadaan seperti itu? Kalau saja Chuya ada rasa dengan Yuma, bukan kah itu hal yang mudah baginya untuk merebut Yuma darimu?

Itu pun kalau iya, jadi jangan anggap itu benar adanya. Nah kalau begitu bagaimana menurutmu?"

"Aku tidak mau itu terjadi, aku sudah lebih dulu kenal Yuma dan menjalin hubungan. Dan sebentar lagi merupakan hari jadi kita yang ke empat."

"Lalu apa yang mau kau lakukan? Melanjutkan balas dendam mu ini?"

"Hmm... Ku rasa aku harus menghentikan itu. Aku tidak mau Yuma ku di rebut oleh orang lain."

"Kalau begitu semangatlah Sei, apa kau perlu pelukan ku dulu?"

"Tidak, terima kasih!"

"Ayolah Sei, sudah lama bukan kau tidak memelukku. Terakhir kali sejak sekolah dasar.

Saat kau bertemu Yuma di menengah pertama kau jadi tidak mau memelukku lagi. Papa sangat merindukan Sei kecil ku."

"Haaah... Ayolah Asuka, berhenti bersikap seperti itu."

"Habisnya ini menyakitkan, Sei kecilku yang imut tidak mau lagi kenal dengan papa karena sudah memiliki pacar."

"ASUKAAAA.... BERHENTILAH BICARA SEPERTI ITU!!! PAPA... PAPA... KAU INI BUKAN PAPA KU...."

"Ah Sei kecilku kini berani melawanku, hati papa serasa hancur."

Sejak kecil Asuka slalu berkata papa ke padaku, seakan akan aku ini bayi kecilnya. Dan sikapnya itu slalu membuat teman sekelas tertawa.

Dan karena hal itu lah yang membuatku jadi dekat dengan Yuma.

Saat kita sekolah menengah pertama, saat kelas satu aku tidak sekelas dengan Asuka dan aku satu kelas dengan Yuma.

Aku melihat Yuma yang tertawa ketika bersama teman temannya, dia nampak sangat tampan sekali.

Dan aku mulai jatuh cinta padanya.

Lalu Asuka slalu menghampiriku di kelas, dan dia slalu berteriak, "Sei papa datang... Apa kamu merindukan papa? Ayo kita makan bersama."

Hal itu sangat memalukan bagiku, tapi teman satu kelas ku tertawa dan menjadikan hal itu ledekan ku.

Asuka sama sekali tidak tau malu, dan dia senang kalau ada orang lain yang meledeknya papa ketika ada aku.

Saat itu Yuma menghampiriku dan bertanya tanya ada apa dengan Asuka yang slalu menganggap dirinya papa.

Dan sejak saat itu, hubungan kita menjadi dekat hingga akhirnya kita berpacaran.

Mengenang masa lalu sangatlah indah, membuat ku merindukan Yuma.

Saat aku sedang berjalan sendiri di lorong menuju kelas, Yuma datang seorang diri dan menarik ku.

Ia tidak melepaskan tanganku, bahkan aku tidak memintanya untuk di lepaskan atau bertanya kemana dia akan membawa ku pergi.

Aku sedikit terkejut sih ketika kita sampai di tempat tujuannya, yaitu kamar mandi. Yuma mengunci pintu toilet dimana hanya ada aku dan Yuma di toilet kecil itu.

"Ke-kenapa kau membawa ku kesini?" Tanyaku.

"Kalau di tempat lain Chuya pasti bisa menemukanku." Seru Yuma.

"Lalu?"

"Maafkan aku Sei."

"Sudahlah lupakan saja, aku juga sudah berniat untuk tidak balas dendam padamu lagi."

"Balas dendam?"

"Iya... Aku ingin balas dendam padamu, agar kamu tau rasanya jadi aku selama satu minggu ini. Tapi aku mengurungkan niatku karena aku tidak mau kehilanganmu."

Yuma memelukku dengan eratnya dan berkata, "Maafkan aku Sei, aku juga tidak mau kehilangan mu. Sangat menyakitkan ketika kau mengabaikan ku tadi. Maafkan aku."

"Hmm... Aku juga minta maaf karena mengabaikan mu tadi."

Yuma melepaskan pelukannya dan mencium bibirku dengan tangannya yang membuka celana ku tanpa melepaskannya.

Yuma membalikkan badanku dan dia memasukkan miliknya kedalam ku.

"Ugh.. Uuh... Yuma... Hemmm...."

Aku menahan desahan ku sebisa mungkin agar tidak terdengar keluar. Yuma pun terus mendorong pinggulnya dengan sangat kuat, dan tangannya yang mengocok milikku.

Yuma memalingkan wajahku dengan tangannya hingga kita saling berhadapan dan kita berciuman. Lidahku di tarik olehnya dan di hisapnya.

"Hemmp... Eump... Ngk... Haaah... Yuma... Yumaaa haaah aaah..."

Yuma semakin cepat menggerakkan pinggulnya, hingga kita keluar bersama.
Lalu Yuma membersihkan tubuhku.

"Apa kau bisa berjalan?" Tanya Yuma dan kita masih berada di dalam toilet.

"Aku bisa kok, tenang saja." Ucapku dengan tersenyum.

"Nanti kita lakukan lagi ya di rumahmu." Ujarku kembali dengan memberi kecupan bibir pada Yuma.

Love You Again (18+ / Ended) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang