Nama ku Sei Yokomizo, aku sudah menjalin hubungan dengan Yuma Saga sejak tiga tahun yang lalu.
Usia kita sama, kini sudah 17 tahun dan kita sekolah di sekolah yang sama. Bahkan kita satu kelas, namun kita tidak satu bangku.Sejak dulu hubungan kita sangatlah harmonis, pertengkaran di antara kita hanyalah pertengkaran kecil. Dan itu pun jarang terjadi.
Aku merasa yakin kalau cinta kita tidak akan sirna begitu saja, kita di takdirkan satu sama lain.
Namun semua yang ku yakini mulai berubah ketika ada seorang murid baru di kelas kami.Dan murid tersebut duduk di bangku kosong sebelah Yuma.
Murid itu memang terlihat tampan namun juga cantik. Dia juga baru pindah ke wilayah ini, sehingga dia tidak tau jalan.
Murid baru itu bernama Chuya Yasunori, dan aku slalu cemburu dibuatnya.
Sejak kepindahannya, Chuya hanya mendekatkan dirinya pada Yuma, dia sama sekali tidak mau bebaur dengan anak anak lain.
Di saat jam pelajaran, sesekali aku slalu memandangi mereka berdua. Yuma terlihat menikmati setiap waktu yang mereka habiskan.
Bersendau gurau, makan bersama, berbincang bincang. Chuya telah mengambil Yuma ku.
Aku pun tidak mau Yuma direbut olehnya, aku slalu hadir di sela sela antara mereka berdua.
Chuya nampak tidak suka dengan kehadiranku, dan ia segera menyeret Yuma keluar kelas.Aku hanya berdiam diri melihat Yuma yang pergi meninggalkan ku, sementara Yuma juga memandangku tanpa menghentikan Chuya yang pergi membawa dirinya.
"Sei sayangku, jangan sedih. Biarkan saja Yuma selingkuh, dan disini kau bisa menangis sepuasmu di pundakku." Ledek Asuka.
Asuka merupakan teman kecilku, dia tau tentang hubungan ku dengan Yuma. Sejak dulu aku slalu curhat dengannya, apa pun yang terjadi.
"Asuka...." Gumam ku yang seakan ingin menangis.
"Sini nak, peluk papa... Papa tau rasanya pasti menyakitkan nak, tapi kamu harus sabar." Ujar Asuka dengan kedua tangannya yang di rentangkan, seakan siap untuk memelukku.
Aku menghampiri Asuka dan memukul perutnya.
"Kenapa kau memukulku? Seharusnya kau memelukku kan, Sei!" Keluh Asuka.
"Aku sedang kesal, aku tidak butuh pelukan! Yang aku butuhkan yaitu meluapkan emosiku!" Ujarku dengan membara.
Lalu di saat pulang sekolah, aku segera menghampiri Yuma di mejanya.
"Yuma ayo kita pulang bersama." Seru ku dengan tersenyum.
"Ayo..." Ujar Yuma.
"Tunggu, aku juga akan pulang bersama mu Yuma." Saut Chuya.
"Kau... Apa kau tidak bisa pulang sendiri? Kenapa kau harus mengekori Yuma setiap saat!?" Ucap ku dengan kesal.
"Kita menuju halte bus yang sama, apa salahnya kalau aku pulang bersama Yuma?" Ketus Chuya.
"Tapi kau slalu dan slalu menempelkan ekormu pada Yuma, tidak bisakah kau pulang bersama anak lainnya!
Hari ini aku hanya ingin pulang berdua dengan Yuma! Jadi pulang lah sendiri, jangan ikuti kami!" Seruku.
"Tidak mau! Aku hanya kenal dengan Yuma." Cetus Chuya.
"Sudahlah Sei, Chuya hanya akan bersama kita sampai halte bus saja. Apa salahnya kalau dia ikut? Ayo kita pulang." Saut Yuma.
Dan itu membuatku sangat kesal. Sepanjang perjalanan, Yuma slalu berada di sisi Chuya. Mereka menikmati waktunya dengan mengobrol.
Sementara aku yang berjalan di belakangnya, Yuma sama sekali tidak menoleh ke arahku. Seakan dia lupa dengan keberadaanku disini.
Ini membuat dadaku terasa sesak...
Sesampainya di halte, aku segera duduk. Sementara Chuya baru saja menaiki bus nya yang baru saja tiba.
Yuma menghampiriku dan duduk di sampingku.
"Kenapa kau cemberut?" Tanya Yuma sambil mencolek pipiku.
"Tidak bisakah kau pisahkan diri dengan Chuya? Kau terlalu dekat dengannya." Ujarku.
"Chuya anak baru di tempat kita, dia belum memiliki teman. Apa aku salah untuk menjadi temannya?"
"Dia sudah satu minggu disini, dan anaknya aja yang gak mau bebaur dan berkenalan dengan yang lain.
Dia slalu saja mengekorimu dan membawa mu pergi semaunya, dan kamu tidak pernah bisa menolaknya."
"Apa kau cemburu?"
"Tentu saja aku cemburu!"
"Chuya itu anak yang baik, kenapa kau tidak coba saja berteman dengannya?"
"Bukankah kau lihat dengan mata mu sendiri? Setiap kali aku menghampiri kalian, Chuya slalu membawa mu pergi menjauh dariku."
"Itu tidak benar, coba mulai besok kau dekatkan dirimu dengan Chuya dan berteman baik dengannya."
"Yuma... Jangan terlalu baik dengan orang lain, aku tidak suka itu. Chuya sudah membuat waktu kita bersama berkurang.
Selama ini kita slalu menghabiskan waktu kita bersama, bahkan di sekolah. Tapi sejak kehadirannya, kau hampir tidak memiliki waktu untuk ku."
"Kenapa cara bicaramu seakan menyalahkan Chuya? Kau harusnya mengerti karena dia anak baru disini."
"Jadi aku harus memahaminya, sementara kau tidak pernah memahamiku. Bukan kah sudah ku katakan kalau aku cemburu?
Kenapa kau meminta ku untuk berteman dengannya? Kenapa kau meminta ku untuk mengerti dia?!
Seharusnya kau menjauhi dia, memberi jarak padanya, menolak ajakkannya, dan menghabiskan waktumu untukku seperti sebelumnya."
"Ayolah, berhenti cemburu tanpa dasar. Kau hanya akan menyiksa dirimu sendiri. Bus kita sudah datang, ayo kita naik."
Yuma pun segera menaiki bus, sementara aku masih berdiam diri di halte. Yuma merasa kalau aku mengikutinya, hingga pintu bus tertutup dan Yuma melihat melalui jendela kaca bus itu.
Kalau aku masih berdiam diri mematung dengan menundukkan kepalaku.
"Menurutmu seperti itu? Kalau begitu, akan ku buat kau merasakan apa yang ku rasakan!" Gumamku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Again (18+ / Ended) [Revisi]
RomanceAkan di revisi! Tiga tahun menjalin sebuah hubungan, Sei akhirnya memutuskan hubungannya dengan Yuma ketika ada seseorang yang terus mendekatkan diri pada Yuma. Selama sepuluh tahun Sei tidak bisa membuka hatinya untuk orang lain, Sei sudah melupaka...