Chap 03

2.4K 226 2
                                    

Sejak saat itu, aku terus menerus melekatkan diriku pada Yuma. Aku tidak membiarkan Chuya semakin dekat dengannya.

Hari ini merupakan hari minggu, aku berkencan dengan Yuma.
Aku sudah menunggunya cukup lama karena aku datang lebih awal dari jam yang sudah di janjikan.

"Apa kau sudah menunggu lama?" Tanya Yuma yang baru tiba.

"Tidak kok, aku baru saja sampai." Seru ku.

Meski kita sudah menjalin hubungan bertahun tahun lamanya, jantungku masih saja berdegup kencang disaat bersama Yuma.

Aku sedang mengantri membeli tiket untuk menonton film di bioskop. Saat itu aku melihat Yuma yang sedang tersenyum sendiri dengan menatap ponselnya.

"Siapa yang mengiriminya pesan?" Gumam ku.

"Yuma... Apa perlu kita beli popcorn dan cola?" Tanyaku usai mendapatkan tiket.

"Aku tidak usah, kalau kau mau beli saja." Ujar Yuma tanpa memandangku dan dia masih tertawa melihat ponselnya.

Kita berdua pun masuk ke dalam studio tanpa membeli cola dan juga popcorn. Aku memandang wajah Yuma yang sedang serius menonton filmnya.

Dan aku menggenggam tangannya dengan sangat erat, Yuma menatapku dan dia tersenyum padaku.

Usai menonton, kita makan bersama dan pergi berkeliling mall. Yuma masih saja sibuk dengan ponselnya, aku merasa kesal.

Hingga aku rebut ponselnya dari tangan Yuma dengan pipi yang ku gelembungkan.

"Apa yang kau lakukan? Kembalikan ponselku." Seru Yuma.

"Kau sedang berkencan denganku atau dengan ponselmu?"

"Tentu saja denganmu, cepat kembalikan ponselku."

"Kalau kau kencan dengan ku kenapa kau sangat sibuk dengan ponselmu?! Aku seperti di duakan dengan ponsel."

"Akhir akhir ini kau lebih sering cemburu ya? Bahkan sama ponsel saja kau cemburu."

"Dengan siapa kau chatingan?"

"Oh itu Chuya yang mengirimi ku pesan, dia bilang dia juga berada di mall ini. Dia sendiri sekarang, bagaimana kalau kita temui Chuya dan kita pergi bersama."

"Yumaaaa.... Akhirnya ketemu." Seru Chuya yang menghampiri kita berdua dan segera melekat pada Yuma.

Dengan sangat kesal aku segera mengembalikan ponselnya dan berkata, "Aku mau pulang."

"Sei kenapa pulang? Kau belum membeli buku yang kau inginkan bukan, ayo kita pergi bersama membelinya."

Aku mengabaikan apa yang di katakan oleh Yuma, dan dia mengejarku dengan meninggalkan Chuya.

"Sei tunggu, kenapa kau marah seperti ini sih?" Seru Yuma dengan menarik tangan ku.

"Menurutmu apa yang membuatku marah?"

"Aku minta maaf karena sejak tadi bermain ponsel, jangan pulang dulu ya."

"Apa menurut mu hanya itu?"

"Apa karena Chuya? Dia tadi mengirimi ku pesan kalau dia pergi kesini bersama kakaknya.

Setelah dia tau kita berada di mall yang sama, dia memutuskan untuk bergabung karena kakaknya tiba tiba harus pergi karena ada urusan."

"Kenapa dia tidak pulang saja? Kenapa dia harus ikut serta di kencan kita."

"Ayolah Sei jangan marah seperti itu, dia juga mau membeli buku. Jadi ayo kita pergi bersama sama ya?" Bujuk Yuma.

Hingga akhirnya aku menuruti keinginannya, kita pergi ke toko buku bersama sama.

Setiap kali aku ingin memanggil Yuma untuk meminta saran, slalu saja Chuya mengambil alih agar Yuma slalu memandangnya.

Aku berdiri tepat di belakang Yuma dan aku pun bergumam, "Kalau aku pergi ke luar negri, apa aku bisa percaya padamu? Apa aku bisa untuk tidak gelisah memikirkanmu setiap saat?"

"Kenapa kau harus gelisah memikirkan ku? Aku tidak akan lari ke orang lain, jadi kamu jangan khawatir." Serunya.

"Kau mendengar yang ku katakan?"

"Ya tentu saja aku dengar."

Aku pun tersenyum melihat Yuma, tapi aku bertanya tanya kenapa dia tidak membahas soal aku yang pergi ke luar negri? Apa dia tidak mendengar ucapan ku itu?

Semakin lama aku semakin kesal, disini seperti aku yang menjadi obat nyamuk bagi mereka.

Padahal aku yang sedang berkencan dengan Yuma dan Chuya merupakan pengganggu.

Aku tidak tahan lagi, aku benar benar ingin pulang.

Tanpa berkata apa apa aku segera meninggalkan mereka berdua. Yuma yang melihatku kembali mengejarku.

Yuma menarikku lalu berkata, "Mau kemana kau Sei? Kenapa kau pergi begitu saja?"

"Aku mau pulang, aku tidak tahan melihat kalian berdua. Disini aku yang sedang berkencan denganmu, bukan Chuya."

"Jangan kekanak kanakkan, Chuya teman kita. Apa salahnya kalau kita pergi bersama? Kita juga sudah sering berkencan kan, ini bukan pertama kalinya bagi kita."

"Lepaskan tanganmu, aku mau pulang!"

"Sei... Jangan bertingkah seperti anak kecil! Apa kau tidak malu marah marah seperti ini di tempat umum?!"

"Yuma, berhentilah membuka dirimu terlalu lebar untuk orang lain. Jangan terlalu baik pada orang lain, itu akan menyakitiku."

"Apa yang kau katakan? Apa salahnya kita bersikap baik pada teman sendiri?"

"Tidak ada yang salah, tapi itu juga miliki batasan. Kau dengan Chuya seperti orang yang sedang kasmaran.

Semua orang akan menilai seperti itu, kebaikanmu bisa menyalah artikan bagi Chuya.

Bersikap baik sewajarnya saja, jangan seperti ini. Karena kamu memiliki aku yang merupakan pacarmu, tolong perhatikan juga perasaanku."

"Aku tidak habis pikir dengan pemikiran mu itu Sei, kenapa aku harus membatasi sikapku untuk berbuat baik pada teman ku sendiri?

Rubahlah cara pola pikirmu, aku yakin Chuya tidak akan menyalah artikan itu. Karena aku sudah bersikap sewajarnya sebagai teman."

"Tidak! Sikapmu itu tidak wajar, Chuya pasti menyalah artikan kebaikan mu itu!"

"Kenapa kau terus bersikap seperti ini sih?"

"Karena aku pacarmu! Aku tidak mau kehilangan kamu! Jadi aku minta kamu untuk rubah dirimu."

"Merubah katamu?! Aku tidak suka kau meminta ku untuk merubah ku seperti ini dan itu!

Kalau kau tidak suka dengan aku yang seperti ini, pergi saja sana! Aku tidak akan menghalangi mu lagi.

Disini yang seharusnya di rubah itu pola pikirmu dan kecemburuan mu yang tak beralasan."

"Selama ini aku tidak pernah meminta mu untuk berubah, karena semua orang sudah tau sifat baikmu yang berlebihan.

Tapi tidak untuk Chuya yang merupakan anak baru, yang tidak tau menau tentang dirimu. Aku akan pulang!"

Love You Again (18+ / Ended) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang