Seminggu tlah berlalu sejak kencan saat itu, dan aku serta Yuma saling diam tak bicara.
Tidak ada salah satu dari kami yang memulai pembicaraan, atau pun meminta maaf. Sementara hari jadi kita tinggal beberapa hari lagi, dan keesokannya aku akan pindah ke luar negri bersama keluarga ku.
Kepindahanku sangatlah mendadak, saat ayah mengatakan padaku kalau kita akan pindah, aku belum memiliki kesempatan untuk mengatakannya pada Yuma.
Aku tidak ingin mengatakannya melalui telepon, aku ingin menyampaikannya secara langsung, karena bagiku ini hal yang sangat penting.
Aku berencana mengatakannya pada Yuma sepulang kita kencan, tapi kencan kita gagal bahkan sampai saat ini kita tidak saling bersua. Jadi Yuma masih belum tau akan hal ini.
"Mau sampai kapan kau akan diam diaman seperti ini?" Tanya Asuka.
"Sampai dia meminta maaf padaku." Ujarku.
"Kalian berdua sangat keras kepala, sampai mati pun aku yakin tidak akan ada yang memulai untuk meminta maaf."
"Aku tidak perduli, ini bukan salahku."
"Lihat itu, Chuya semakin mesra dengan Yuma, apa kau tidak takut akan di rebut?"
Aku melirik ke arahnya dan itu membuatku merasa sakit dan kesal.
"Bagaimana kau akan memberikannya jam tangan di hari jadi kalian kalau kau masih tidak mau meminta maaf terlebih dahulu?
Bahkan sampai saat ini Yuma tidak tau kalau kau akan pindah, bagaimana itu? Yuma pasti sangat kesal."
"A-aku... Tidak perduli."
Lalu beberapa hari berlalu, dan kini merupakan hari jadi kita. Aku membawa hadiah itu, dan secara diam diam saat Yuma pergi keluar bersama Chuya, aku memasukkan hadiah itu ke dalam tasnya.
Hingga bel pulang sekolah berbunyi, Yuma tak kunjung menghampiriku atau mengirimi ku pesan.
Ku rasa Yuma masih belum sadar dengan hadiah ku yang ada di dalam tasnya.
Saat aku hendak mau pulang, aku sempat melihat Chuya yang memandang Yuma dengan sangat serius.
Aku menghentikan langkah dan bersembunyi untuk mendengar pembicaraan mereka.
"Yuma sebenarnya, aku menyukai mu. Aku menyukai mu dalam artian romantis, jadi... Emm... Yuma apa kau mau jadi pacarku?" Seru Chuya.
"Maafkan aku, tapi aku sudah punya pacar. Aku tidak bisa membalas perasaan mu itu, maafkan aku Chuya." Ujar Yuma.
"Kau pasti bohong kan?"
"Aku tidak bohong, aku bicara yang sesungguhnya. Aku sudah punya pacar dan kita sudah menjalin hubungan bertahun tahun lamanya."
"Tidak, aku yakin kau pasti bohong. Kalau kau sudah punya pacar, untuk apa kau slalu bersikap baik padaku?
Kau juga slalu menghabiskan waktu mu untukku, kalau pacarmu sekolah disini, seharusnya kau lebih sering menghabiskan waktumu untuknya.
Tapi kau slalu bersama ku dan tidak pernah menolak ajakkan ku. Dan saat malam ketika aku mengirimi mu pesan, kau juga dengan sangat cepat membalasnya.
Jadi kau pasti berbohongkan kalau kau sudah punya pacar!"
"Aku tidak bohong, aku dengan pacarku sedang bertengkar akhir akhir ini, jadi itu alasannya kenapa aku cepat membalas pesanmu."
"Kalau begitu, kenapa kau sangat baik padaku? Kau membuatku berharap!"
"Ku rasa kau salah mengartikan kebaikanku."
"Aku tidak salah mengartikannya, kau lah yang salah dalam memberikan ku perhatian."
"Apa aku salah bersikap baik pada teman dan memberinya perhatian?"
"Tidak salah, tapi semua ada batasannya. Dan cara mu bersikap padaku, membuatku berharap. Kebaikan dan perhatianmu melebihi batas untuk diberikannya pada teman.
Aku tidak tau bagaimana pacarmu bisa bertahan dengan mu, kalau itu aku... Aku sudah mencincangmu."
Aku pun segera pergi tanpa mendengarkannya hingga usai. Setidaknya apa yang ku katakan itu benar, dan Yuma pasti akan menghubungiku untuk meminta maaf.
Aku pun menantinya dengan tersenyum senyum bahagia. Membayangkan apa yang harus ku katakan padanya ketika dia menghubungi ku untuk meminta maaf.
Apakah aku harus mengerjainya dan berpura pura masih marah padanya, atau aku segera memaafkannya karena hari ini merupakan hari jadi kita. Aku terus memikirkan hal itu.
Sudah jam 7 malam dan aku terus memandang ponsel ku saat aku melakukan perjalanan menuju rumah Yuma.
Tidak ada satu pesan pun yang masuk dari Yuma untuk meminta maaf padaku.
Aku menduga duga kalau Yuma sedang kebingungan memilih kata yang tepat untuk membuatku memaafkannya.
Dan aku juga sempat berpikir, apa dia juga sedang memikirkan apa yang harus dia lakukan di hari jadi kita ini?
"Apa dia lupa dengan hari jadi kita ya? Tidak, tidak... Itu tidak mungkin, meski pun kita belum berdamai, tapi tidak mungkin dia melupakannya.
Hmm... Tapi tidak apa apakan tidak membawa kue? Uangku sudah habis untuk membeli jam tangan untuknya." Gumamku.
Akhirnya aku memutuskan untuk membeli beberapa cemilan dan minuman kaleng sebelum sampai di rumahnya.
Tepat di depan pintu rumahnya, aku mengeluarkan kunci dan membukanya. Aku mempersiapkan diriku sebelum masuk ke dalam rumah.
Aku pun kembali melihat pakaianku apakah sudah rapi apa belum?
"Haah... Jantungku berdebar debar, kenapa aku merasa sangat gugup sekali?" Gumamku.
Aku menarik nafas dalam dalam dan aku buka pintu rumahnya itu.
"Surprise.... Selamat hari jadi Yuma? Apa kau terke...jut?" Ucapku dengan semangat di awal dan menjadi lemas ketika melihat apa yang sedang di lakukan oleh Yuma.
"Bruuuk..." Aku menjatuhkan plastik belanjaanku.
"Yu...ma...." Seru ku dengan penuh kekecewaan.
Karena aku melihat Yuma yang sedang berciuman dengan Chuya.
"Sei... Ini tidak seperti yang kau pikirkan, ini hanyalah kesalah pahaman." Seru Yuma menjelaskan dan berjalan ke arahku.
Air mata ku terjatuh begitu saja, dadaku terasa sangat sakit.
"Jadi ini alasannya kenapa kau slalu bersikap baik dengan Chuya, kau bahkan tidak menghubungiku untuk membujuk ku agar aku tidak marah lagi sepulang kencan kita waktu itu."
"Tidak Sei, bukan seperti itu. Aku bisa jelasin ini semua, ini hanya kesalah pahaman."
"Tidak ada yang perlu di jelaskan, aku sudah melihat sendiri. Kita putus Yuma."
"Sei tunggu... Sei....!"
Aku pun berlari meninggalkan Yuma dengan isak tangis yang tak dapat ku hentikan, aku tidak tau apa Yuma mengejarku atau tidak.
Yang ku pikirkan hanyalah pergi sejauh mungkin dan tidak mau bertemu lagi dengan Yuma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Again (18+ / Ended) [Revisi]
Roman d'amourAkan di revisi! Tiga tahun menjalin sebuah hubungan, Sei akhirnya memutuskan hubungannya dengan Yuma ketika ada seseorang yang terus mendekatkan diri pada Yuma. Selama sepuluh tahun Sei tidak bisa membuka hatinya untuk orang lain, Sei sudah melupaka...