Chap 07

2.4K 174 1
                                    

"Asuka... Berhentilah menyebutkan dirimu itu papa, apa kau tidak malu? Kau sudah tua sekarang." Sautku.

"Kenapa aku harus malu? Meski pun kita sudah 27 tahun saat ini, tapi kau masih sangat imut sekali Sei, imut dan mungil.

Tentu saja aku tidak akan malu menyebutkan diri ku papa terhadapmu. Aah Sei kecilku, kau sepertinya akan terus kecil seperti ini." Ledek Asuka dengan menarik kedua pipiku.

"Lepaskan... Asuka, ceritakan padaku bagaimana dulu hubunganku dengannya. Aku ingin tau!" Ucapku dengan antusias.

"Kau tidak mengingat Yuma juga akibat kecelakaan itu?"

"Tidak!"

"Lalu darimana kau tau soal Yuma? Aku bahkan tidak pernah menyebutkan namanya sama sekali." Tanya Asuka bingung.

"Soal itu... Yuma saat ini menjadi direktur di tempatku bekerja, dia menceritakan padaku tentang kenapa kami putus.

Dia bilang kalau itu salah paham, dan selama ini dia mencariku untuk memberi penjelasan padaku. Yuma bilang dia merasa menyesal dan merindukanku."

"Sesuai dugaanku kalau itu hanyalah salah paham, kalau dulu kau dengar apa yang ku katakan dan membiarkan Yuma menjelaskan semuanya padamu.

Aku rasa kau tidak akan merasakan luka selama bertahun tahun lamanya dan juga, kau tidak akan putus dengannya."

"Kau sudah menduganya? Berarti kau juga dekat dengan Yuma? Ceritakan padaku seperti apa dia!"

"Aku tidak terlalu dekat dengannya, tapi aku tau seperti apa Yuma karena kau slalu mengoceh tentangnya, membuatku cemburu."

"Asuka...! Ceritakan padaku!"

"Haaah... Baiklah...."

Lalu Asuka menceritakan tentang bagaimana pertama kali aku dekat dengan Yuma hingga akhirnya aku jatuh cinta dengannya.

Asuka juga memberitaukan padaku seperti apa Yuma itu, dan aku mendengarnya dengan sangat serius.

"Sepertinya aku jatuh cinta padanya, Asuka. Bagaimana menurutmu? Dari apa yang kau ceritakan dengan dia yang saat ini, Yuma banyak berubah."

"Aku sih terserah kau saja, kalau Yuma memang ingin kembali lagi denganmu dan kau pun demikian, it's ok.

Itu urusan kalian, aku tidak mau mengaturmu. Aku tidak akan menyuruhmu untuk tidak balikan lagi dengannya.

Semua keputusan ada di tanganmu, karena kau yang akan menjalani hubungan itu.

Karena aku juga tau kalau Yuma bukanlah seorang yang brengsek, maka aku tidak masalah."

"Terima kasih banyak, papa..." Seru ku dengan tersenyum lebar.

"Lihat apa apaan itu, di saat seperti ini kau baru mau memanggilku papa. Padahal sejak kecil aku ingin kau memanggil papa."

Lalu beberapa hari kemudian di hari minggu, Yuma mengajakku pergi kencan. Kita sangat menikmati waktu demi waktu yang kita lalui bersama.

Hingga malam tiba, dan kita menyewa kamar di hotel.

Aku yang merasa lelah segera berbaring di kasur dengan tubuh yang telentang.

"Lelahnya..." Seruku.

"Apa kau senang?" Tanya Yuma yang duduk di sampingku.

"Tentu saja, terima kasih banyak Yuma."

Kini Yuma berada di atasku, dia menatap dalam mataku hingga membuat jantungku berdebar dengan cepatnya.

"A-apa?" Ucapku dengan wajah yang memerah karena Yuma berada sangat dekat denganku.

"Kau cantik sekali hari ini. Sei, aku sangat menyukai mu." Seru Yuma dan dia mencium bibirku.

Aku tidak menolaknya sama sekali melainkan menerima ciuman itu. Tanganku merangkul leher Yuma dengan eratnya, hingga membuat kita berciuman dengan ganasnya.

Yuma melepaskan bajuku, saat ia hendak melepaskan celanaku, ia mencium juniorku yang saat ini sudah mengeras.

Yuma terus menciumi tubuhku meski pun aku sudah telanjang bulat, dia meninggalkan banyak kissmark di sekujur tubuhku.

Kini Yuma menghisap putingku dan terkadang digigit serta di tarik dengan mulutnya.

"Heummpp... Ugh... Yuma... Ngkh..." Desahku.

Lalu tangannya Yuma mulai melonggarkan lubangku dengan pelumas yang sudah dia siapkan.

"Hmmmph... Rasanya dingin... Aah.. Haa.."

Yuma terus memasukkan satu persatu jarinya hingga ia merasa cukup untuk memasukkan miliknya.

Keadaan tubuhku masih telentang, Yuma mengangkat salah satu kakiku dengan tinggi dan ia memasukkan juniornya.

"Ugh... Aah... Heummph... Haaah haaa... Yuma... Yuma..." Gerangku dengan mencoba mendorong Yuma.

"Ketat sekali, aku belum memasukkan semuanya, ini baru setengah."

"Sakit Yuma... Ngk... Hah... Aaah..."

Yuma segera menambahkan pelumas dan mulai memasukan lagi miliknya dengan sekali sentakan.

"Aaakh... Sakit ugh..."

Sesaat Yuma diam karena aku mengeluh sakit dan dia berkata, "Apa kau baik baik saja? Apa perlu kita berhenti?"

"Tidak apa Yuma, lanjutkan saja."

"Kalau begitu aku akan pelan pelan."

Yuma mulai menggerakkan pinggulnya dengan perlahan lahan, aku pun mengepalkan tanganku pada bantal untuk menahan rasa sakit.

Di dalam kamar itu, aku dapat merasakan hangatnya nafas Yuma yang bercampur dengan nafasku.

Rintihan suara Yuma sangat indah ketika dia terus mencoba untuk mendorongkan pinggulnya karena lubangku yang masih ketat.

Di kamar ini detakan jantungku berpacu dengan sangat kuat, keringat di tubuh kita saling bercucuran keluar.

Yuma merubah posisiku, kini aku di pangku olehnya. Aku mencoba menggerakkan pinggulku sendiri dan ini terasa lebih sakit di bandingkan ketika aku telentang.

"Aah... Heummp... Ugh..."

"Kau sexy sekali Sei, wajahmu saat ini sungguh menggodaku." Ucap Yuma dan dia menarik pinggulku ke bawah karena merasa kurang puas.

Dengan kedua tangannya, Yuma menggerakkan pinggulku dengan cepatnya. Serta mulutnya yang menghisap serta menarik putingku dengan mulutnya yang lembut.

"Ugh... Apa terasa nikmat Sei?" Tanya Yuma padaku dan aku hanya menganggukkan kepala.

"Aku mau keluar..." Seru ku.

Yuma menyentakkan pinggulnya hingga miliknya berada jauh di dalam tubuhku dan dia juga keluar setelah ku.

Usai itu, dengan nafas yang tersenggal senggal. Kita berdua berbaring di atas kasur karena merasa lelah.

Love You Again (18+ / Ended) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang