I

503 66 2
                                    

Kata orang kita harus menunggu hujan untuk bisa melihat pelangi, dan itu pun hanya di siang hari. Tapi di taman ini kita tak perlu menunggu hujan apalagi matahari, karena pelangi disini akan terus ada setiap hari bahkan setelah mentari terbenam. Ya, pelangi ini memang bukan pelangi biasa karena diwujudkan dalam bentuk lampion.

Taman Pelangi, begitulah nama untuk taman yang ada di pelataran Monumen Jogja Kembali ini.

Setelah puas menikmati malam yang penuh warna dengan melewati sebuah rute yang dipenuhi lampion aneka bentuk dan warna mulai dari flora, fauna, tokoh-tokoh kartun Jepang dan Disney, bahkan wajah-wajah para pemimpin republik ini, yang juga terbuat dari lampion. Adyva memutuskan untuk kembali kerumahnya.

Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Tak ada yang mau tersesat saat berwisata. Yogyakarta memang mempunyai beberapa destinasi menarik, tapi jangan sampai tersesat karena tak tahu rute perjalanan.

Berjalan di trotoar yang sepi dan berharap segera sampai di rumah yang berjarak beberapa menit, mungkinkah? Ketidakpahaman alur naik turunnya transportasi saat menuju arah pulang membuatnya terdiam sejenak. Bersamaan dengan itu, notifikasi peringatan baterai hp lemah tiba-tiba menyala, 1% harap segera sambungkan ke pengisian daya.

Let’s get lost. Damn it.

Adyva Sharadista menangis dalam keheningan malam, dalam sepinya jalanan ia mulai mendaratkan diri di atas trotoar. Menunduk lemas, membiarkan air matanya mengucur begitu saja. Dia tersesat.

Akan tetapi sebuah tepukan halus mengenai punggungnya. Menolehkan kepala sebagai respon. Kemudian tanpa takut meraih kedua tangan orang tersebut. “Help me, please.”

Terdapat gurat cemas pada wajah orang tersebut yang kini mengamatinya. “Kenapa?”

“Pinjem powerbank, cepet.”

Buru-buru dia kembali ke mobilnya yang terparkir di sebrang jalan. Mengambil sebuah benda atau alat sebagai pengisi daya gadget berwarna putih kemudian menyerahkannya begitu saja.

Masss, adek nyasar.” Rengeknya dengan wajah basah dan hidung memerah setelah berhasil menyambungkan power bank dan menyalakan ponselnya.

“…”

“Buruan jemput. Adek t-takut. Buruan— hiks.” Suara tangisnya semakin kencang membuat orang tersebut kembali dirundung rasa bingung. Takut dirinya dituduh melakukan hal yang enggak-enggak.

Belum sempat menawarkan sebuah bantuan, sebuah panggilan telepon datang. Membuatnya menjauh sebentar untuk mengangkat panggilan tersebut.

Sebuah pekikan sebagai salam pembuka membuatnya segera menjauhkan ponsel tersebut dari indra pendengarnya. “Iya iyaa, Kean pulang sekarang.”

┄────── ⌯ ♡ ⌯ ───────┄

Untuk kesekian kalinya Kean merasa dirinya menjadi semacam orang lemah, yang apa-apa selalu diperlakukan berlebihan seolah dia barang yang mudah sekali pecah.

“Kean lanang, bu. Bisa jaga diri sendiri.”

Ibunya menghela, tak bermaksud mengengkang kehidupan anak semata wayangnya. “Yaudah. Mulai besok jangan keluyuran sampai tengah malam seperti ini lagi.”

Kean menganggukkan kepalanya, mengalah. Orang tuanya memang selalu berlebihan.

Setelah diijinkan, Kean bergegas naik untuk tidur. Namun sedikit banyak dia merasa resah. Pikirannya kembali ke kejadian barusan. Merasa khawatir karena meninggalkan anak itu begitu saja.

Baru saja kelopak matanya menutup. Sebuah panggilan masuk, membuatnya menarik diri dari alam mimpi yang menghampiri.

“Loh belum tidur?” Suara lembut milik orang di sebrang sana memasuki telinganya.

“Kakak sendiri?” Kean balik bertanya. Posisinya kini sudah terduduk bersandar dinding kamarnya.

“Maaf, kakak nggak bermaksud bangunin kamu malam-malam kaya gini—”

“No noo! Aku yang seharusnya minta maaf.” Kean menyela. “Maaf karena mengabaikan panggilan sama pesan kakak.” Mengingat terdapat ratusan pesan dan puluhan panggilan di ponselnya yang sengaja tidak ia pedulikan sama sekali.

“Gapapa, lagi sibuk nyiapin bahan buat skripsi yaa? kan udah semester akhir.”

“Yeah....” Kean mengangguk dengan wajah mengantuk parah.

“Kamu ngantuk?”

Terdengar deheman singkat sebagai jawaban.

Esha, sang penelepon terkekeh sebentar, “Sleep well, ya? Mimpi indah.”

“Kakak juga. Jangan sampai kecapean.”

Sambungan terputus.

Esha Shakira, Tunangannya. Wanita dengan umur beberapa tahun diatasnya.

[END] F W A : Asahi x WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang