VII

122 18 0
                                        

Kedua belah pihak keluarga sudah menunggunya di salah satu bilik privat yang disediakan pihak restoran. Membuatnya bergegas memijakan kakinya disini.

Kean mendudukkan dirinya tepat di samping Esha. Terlihat wanita tersebut tengah sibuk mengutak-atik laptopnya, di dampingi dengan kacamata berbingkai bening yang bertengger manis di hidungnya.

Makan siang sederhana, berlanjut saling melempar canda gurau, atmosfer hangat langsung melingkupi pertemuan kali ini. Tak terkecuali Esha, dia hanya sesekali menanggapi dan sisanya terfokuskan pada laptop. Tidak ada yang aneh dengan hal itu, semua yang hadir pada makan siang hari ini memakluminya.

"Jadi wisuda kamu kapan? Kita akan mengadakan pernikahan sebulan setelahnya." Andra, Ayah Kean mulai mendominasi topik pembicaraan.

Selesai berucap, seluruh pandangan kini terarah kepadanya. Kean mengambil sebuah nafas panjang, mencoba tenang. Dalam benaknya sudah terangkai beberapa kalimat yang sedari tadi dia hafalkan.

"Kean mau membatalkan pertunangan ini, dan sebuah pernikahan tidak akan terjadi."

"KEANDRA ABHISTA!!"

Kean kira ayahnya akan marah besar setelah mendengar perkataannya, namun malah Mama Esha yang berteriak geram. Tanpa basa-basi dia menghampiri Kean, kemudian sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.

"Tarik kata-kata mu, Kean." Ibunya mencoba menenangkan sang besan. "Esha tolong bawa Kean, bicarakan masalah kalian baik-baik."

"Maaf bun, Esha mendadak ada rapat." Tungkainya malah bergegas meninggalkan tempat itu.

Andra menghembuskan nafas kasar. Menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. "Kenapa kamu tidak menolak perjodohan ini dari awal?"

"Maaf, Kean sudah mencintai wanita lain."

Mama Esha tak terima. Wanita itu melotot tajam dengan bola mata memerah menahan amarah. "Pasti gara-gara wanita lain bukan? Apa jangan-jangan karena masa lalu mu itu datang kembali?"

"Saya benar kan? Jangan bicara seolah-olah ini kesalahan anak saya yang tidak bisa meluangkan waktu karena kesibukannya."

"Ini pasti gara-gara anak jalang itu. Dimana dia sekarang?!"

"Stop, Ma." Kean muak. Mulut mantan mama mertuanya ini sangat menyebalkan. Kean akui ini salahnya, tapi jangan disangkut pautkan dengan kekasih barunya. Terlebih lagi menjelek-jelekkannya seperti itu.

"Baik. Pertunangan kalian kita batalkan. Segera jemput wanita baru kamu dan kenalkan pada kami. Untuk Nyonya Denia biar ayah yang urus."

┄────── ⌯ ♡ ⌯ ───────┄

Hancur sudah kehidupan yang ia kira akan berjalan lancar sesuai dengan ekspektasinya. Nyatanya, perkiraannya meleset jauh.

Cantik, iya. Mapan, jelas. Dewasa, apalagi. Umurnya sudah matang untuk memasuki jenjang pernikahan. Dia hanya perlu menunggu sebentar, sampai kelulusannya tiba. Menunggunya, sebentar.

Esha terkekeh miris. Dia meremehkannya, menganggap wanita itu sebagai mainan Kean. Bahkan sebaliknya, hanya menganggap Kean cuman butuh waktu untuk main-main sebentar sebelum menikah dengannya. Nyatanya salah besar.

Ia perhatikan tingkah laku keduanya. Harmonis sekali. Lalu dirinya merasa buruk sekali, apakah dia akan merenggut kebahagiaan dua orang sekaligus? Esha mendesah frustasi.

"Bagaimana?" Suara bariton itu mengalihkan perhatiannya.

Esha terpaksa melepaskan pandangannya pada dua orang yang tengah tertawa bahagia di sebrang sana. Pikirannya berkecamuk. Meski begitu dia tetap memperhatikan pemuda manis didepannya.

"Im lose, you win."

[END] F W A : Asahi x WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang