Aku melihat namaku yang tertulis di bagian atas kertas----jessica round---- kemudian aku melihat jam dinding besar dan menghela nafas pelan. Pukul delapan. Sudah setengah jam berlalu dari waktu satu jam yang diberikan untuk untuk mengerjakan tugas sekolah dan aku hampir belum mengerjakan tugas esai bahasa ingrisku sama sekali. Masalahnya bukan karena tidak tahu apa yang harus kutulis. Kepalaku penuh dengan ide, tetapi aku tidak bisa menuliskannya dengan cepat karena aku harus mengecek begitu banyak kata di kamus. Gadis gadis lain tidak ada yang harus mengecek setengah saja dari jumlah kata yang harus aku lihat di kamus. Aku melirik Grace yang berada disebelahku. Dia tidak sekelas dalam pelajaran bahasa ingris denganku, tetapi dia sedang sibuk menulis esainya sendiri. Dia pasti menyadari kalau aku meliriknya, atau mungkin helaan napasku tidak sepelan yang kukira karena dia tiba tiba menoleh kearahku, menaikkan alisnya dan tanpa suara berkata "apa kau baik baik saja?"
"Bagaimana ejaan 'destruction'?" Balasku, setelah sekilas memastikan miss carol tidak sedang memperhatikan kamiMiss carol adalah kepala asrama kami yang baik hati. Selalu dia atau miss fosbrook, asisten kepala asrama, yang bertugas mengawasi kami saat mengerjakan tugas sekolah, atau sesekali miss jennings, matron Hazeldean. Butuh waktu yang lama bagiku untuk membiasakan diri menyebut pekerjaan rumah sebagai "tugas sekolah" dan mengerjakannya tanpa suara di dalam satu ruangan bersama banyak gadis lain selama satu jam penuh. Tetapi setelah tinggal di asrama ini selama dua semester, hal itu terasa sangat normal.
Grace menuliskan kata yang katanya di kertas coretan dan menggeser kertas itu di atas meja kepadaku. Huruf yang kedua adalah e. Kalau aku pasti akan menulis i. Rasanya jauh lebih mudah kalau Grace yang menuliskan kata kata untukku. Mereka terlihat dengan jelas di atas kertas, tidak seperti kata kata yang amat sangat kecil yang ada di dalam kamus, dikelilingi banyak kata kata lain-----rasanya seperti mustahil untuk dicari dan begitu mudah hilang. Tetapi aku tidak pernah menanyakan kata kata yang mudah padanya karena aku malu, dan aku tidak mau dia menyadari kalau sahabatnya adalah Seseorang yang bodoh.
"Baiklah, anak anak." Mis carol tersenyum. "Sekarang kalian bisa bebas dari ruangan yang penuh sesak ini!"
"Hore" semuanya bersorak gembira. Sebagian diriku menyukai momen seperti ini------saat keheningan berakhir dan aku bisa berhenti berkonsentrasi. Tetapi hanya sebagian kecil dari diriku yang menyukainya. Esaiku sangat pendek dan bagoan belum selesai, dan aku merasa malu memikirkan kalau miss carol akan melihatnya. Jadi aku meminta Grace,Mia dan Georgie untuk mengiper pekerjaan mereka padaku, kemudian aku nyelipkan hasil kerja kerasku yang menyedihkan itu diantaranya kali menyerahkan semuanya pada miss carol.
"Ayo keluar," kata Georgie. "Aku sudah mendidih disini."
Kami berenam memutuskan untuk berjalan di sepanjang jalan kecil yang terletak di belakang Hazeldan dann beberapa asrama yang lain.
"Sayang sekali tukang tukang bangunan itu sudah pulang,"kata Georgie dengan sorot mata menerawang. "Pria muda yang bertugas menggunakan mesin pengadil semen itu mirip sekali dengan buah dari serial the fast lame!"
Mia tertawa. "Georgie! Bagaimana agar aku bisa terus mengawasimu?" Katanya berpura pura terkejut
KAMU SEDANG MEMBACA
The secret of my self in school
Teen Fiction"saat pertama kali masuk sekolah ini,aku tidak yakin akan menyukai sekolah berasrama, Tetapi sekolahku adalah sekolah yang sangat hebat! aku bersahabat dengan enam orang yang luar biasa, ditambah lagi aku bisa melakukan banyak hal yang berhubungan d...