#1 : Distance

905 37 1
                                    

"Distance is a numerical measurement of how far apart objects or points are

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Distance is a numerical measurement of how far apart objects or points are. In physics or everyday usage, distance may refer to a physical length or an estimation based on other criteria."

×××


Sebuah jarak, jauh ataupun dekat, pengaruhnya bisa jadi sama. Meskipun begitu, sebuah jarak yang besar biasanya menghasilkan pengaruh yang lebih besar juga. Pengaruh dari sebuah jarak juga bisa berlangsung sangat lama. Walau jarak tersebut sudah menjadi sangat kecil, pengaruh dari jarak sebelumnya belum tentu juga berkurang.

Jarak. Jarak yang ada di hadapannya saat ini, sangat jauh.

Berhari-hari sudah dia mendengar kabar ini. Berhari-hari juga dia sudah menyiapkan dirinya. Ada rasa senang, juga ada rasa khawatir. Dia tak pernah berharap. Bukan tak ingin, hanya tak mau kecewa jika keinginan nya tak terwujud.

Karena sudah lama berbaring dan melamun, ia akhirnya bangkit dan berjalan kearah pintu kamarnya. Setelah beberapa langkah berjalan dari kamarnya, dia berhenti di sebuah pintu. Agak sedikit ragu tapi kemudian ia menatap nya. Pintu kamar itu sudah cukup lama tak pernah ia buka.

Masa kecilnya.

Hanya ada sebuah pintu kayu yang menjadi batasnya dengan masa kecilnya.

"Emin,"

Mendengar namanya dipanggil, ia beralih dari pintu tadi. Seorang laki-laki paruh baya berdiri didepan nya. Menatap nya dengan senyum.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu masih dengan senyum.

"Gak apa-apa, yah," jawabnya.

"Ayah kira kamu tidur. Kamu mau ikut jemput?"

Anak yang di sapa Emin itu, anak laki-laki yang tadi merenungi jarak, sekarang berdiam diri memikirkan jawaban apa yang harus dia berikan.

"Aku- hmm," dia masih belum mendapatkan jawaban yang ia mau.

"Kenapa? Kamu segugup itu?" laki-laki tadi yang ternyata ayah Emin sendiri sekarang berjalan mendekati Emin.

"Kenapa sekarang?" tanya Emin membalas tatapan ayahnya.

"Maksud kamu?"

"Ini udah pertengahan semester. Sebentar lagi naik kelas 12. Nanggung banget. Kenapa coba?"

Ayah kembali memberi senyum pada Emin yang sekarang tingginya sudah menyamai dirinya.

"Karena dia yang minta,"

Emin hanya menghela nafasnya. "Harus banget aku ikut?"

"Itu terserah kamu. Ayah gak maksa,"

Lagi, Emin diam.

"Kalo aku ikut, apa itu pilihan yang benar?"

"Gak ada pilihan salah atau benar. Yang ada itu, apa kamu siap dengan konsekuensi dari pilihan kamu?"

ParoxysmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang