#8 : Fear

205 19 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Fear in human beings may occur in response to a certain stimulus occurring in the present, or in anticipation or expectation of a future threat perceived as a risk to oneself."


×××


Malam itu di pinggir lapangan yang tak jauh dari rumahnya, Emin duduk termenung sendirian. Setelah kejadian kemarin ketika dia meluapkan emosi nya kepada Emil, pikirannya semakin kacau. Semakin kacau lagi ketika ayah bahkan bunda yang melihat kemarahannya, tak menegurnya sama sekali. Mereka bersikap seperti biasa, seperti tidak ada hal apapun yang terjadi. Meskipun sesekali ayah memijat pundaknya dan bunda memberinya senyuman sendu. Benar kata Gagas, dia tak bisa baca pikiran.

Emin bangun dan mulai men-dribble bola basket yang tadi dia bawa. Bermain sendirian sepuas hatinya. Setidaknya ini bisa mengalihkan perhatiannya sebentar.

"Udah kak mainnya, pulang,"

Emin yang baru saja akan melakukan shoot pun berhenti dan membalik badannya untuk melihat siapa yang bicara.

"Ngapain kamu disini?" tanya Emin.

"Mau ketemu pacar sendiri gak boleh?"

Eren mendekat dan merebut bola ditangan Emin lalu melanjutkan shoot Emin yang tadi terhenti. Eren berhasil memasukkan bola ke dalam ring dan tersenyum lebar pada Emin.

"Kok kamu tau kakak disini?"

"Please deh kak. Pertanyaan kakak tuh suka bikin males. Dimana lagi kakak bakal ngelamun kalo bikin disini?"

Emin hanya tersenyum canggung sembari menggaruk tengkuknya. Kemudian Eren melempar bola basket yang tadi sudah dia pungut.

"Main sama aku, jangan main sendiri kayak orang stress," sengaja Eren mengatakan ini karena tentu dia tau kekasihnya ini sedang tidak baik-baik saja.

"Gak deh. Udah capek. Duduk aja,"

Emin menarik tangan Eren untuk duduk bersamanya dipinggir lapangan.

"Cerita kak,"

"Ha?"

"Cerita. Aku tau ada sesuatu yang kakak pikirin. Aku juga kemaren ngeliat kakak mukul meja di depan kak Gagah dan Gagas waktu di kantin. Kakak berantem sama mereka?"

Emin menggeleng. "Enggak. Gak ada hubungannya sama mereka,"

"Hmm... Kak Tara ya?"

Emin menunduk dan tersenyum tipis. "Hm,"

"Berantem sama kak Tara?"

"Enggak. Gak mungkin berantem sama dia,"

"Lalu apa?"

ParoxysmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang