#2 : Amusement

311 23 0
                                    

"Amusement, from the old French à muser – to put into a stupid stare, is the state of experiencing humorous and entertaining events or situations while the person or animal actively maintains the experience, and is associated with enjoyment, happi...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Amusement, from the old French à muser – to put into a stupid stare, is the state of experiencing humorous and entertaining events or situations while the person or animal actively maintains the experience, and is associated with enjoyment, happiness, laughter and pleasure."

×××

Setelah sampai dirumah, ayah dan bunda menyuruh Emin dan Emil untuk langsung beristirahat di kamar mereka, di lantai dua. Sementara ayah dan bunda ke kamar utama di lantai 1.

Awal sampe dan masuk rumah, Emil agak sedikit bingung karena sekarang rumahnya sedikit berbeda dari yang dia ingat. Apa di renovasi ya? Nampaknya begitu.

"Sini, gue bawain kopernya," ujar Emin mengambil alih koper Emil.

"Eh, gak usah! Aku bisa sendiri!" cegah Emil.

"Wah bebal ya lu? Gue aja udah! Lu capek kan pasti? Masa iya gak jet lag?"

Karena Emin mengomel, akhirnya Emil membiarkan kopernya dibawa Emin dan berjalan duluan. Sampai di lantai dua, Emil gak liat kanan-kiri lagi dan langsung berdiri didepan pintu kamar pertama yang dia ingat dulu kamarnya dan siap membuka nya sampai bahunya di tepuk Emin.

"Bro, bro," Emin tersenyum lebar dan hampir tertawa.

Emil berbalik dengan wajah bingung, "hm?"

"Kamar nya gak disini. Tuh sebelah sana tuh," ujar Emin menunjuk kamar di sebelah kiri mereka.

Emil tersenyum canggung dan mengusap tengkuknya. Emin menahan tawanya.

"Ini kamar gue," kata Emin menunjuk kamar kedua setelah kamar yang tadi mau dibuka Emil.

"Yang ini kamar lu," lanjutnya menunjuk kamar di sebelah nya.

"Jadi kamar yang itu gak di pake lagi? Sekarang tidurnya misah?" tanya Emil memandangi kamar-kamar itu bergantian lalu kamar masa kecilnya. Kamar yang sudah lama tak pernah di buka.

"Iya lah. Udah gede, gak bobok bareng lagi. Lagian itu kamar bayi, kita udah gak muat disitu. Udah bongsor kalo kata ayah,"

Emil tertawa kecil mendengar nya. Benar juga, sekarang dia dan Emin sudah besar, meskipun dulu waktu tidur di kamar itu juga mereka udah SD bukan bayi. Ada-ada saja memang ocehan Emin.

"Kenapa? Lu kangen tidur bareng? Kalo mau ya gak apa-apa malam ini tidur di kamar gue,"

Emil sekarang memandang Emin dengan menaikkan satu alisnya.

"Apa? Kamar lu bersih dan rapi. Kalo misalnya lu kira kamar lu gak dipersiapkan dari jauh hari. Lu salah banget,"

Emil tertawa lagi, ternyata benar kata bunda dan ayah, Emin sekarang makin bawel.

"Lu daritadi ketawa hehehe mulu. Emang bener kata ayah sama bunda, lu banyak diem nya,"

Emil seketika terkejut. Kok isi pikiran mereka mirip?

ParoxysmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang