Jerat Pesugihan

7K 279 5
                                    

#JERAT_PESUGIHAN
#Part 4

Suara ambulans terdengar nyaring, tapi memilukan siapa saja yang mendengar. Mobil itu menyisir jalan kampung Dukuh Waru diiringi tatapan ingin tahu para tetangga yang berjejer di pelataran rumah. Siapa gerangan si menumpang dalam mobil berwarna putih pucat itu? Menuju ke mana mobil itu? Pertanyaan demi pertanyaan dalam benak warga yang menyaksikan seakan meminta jawabannya masing-masing.

Mobil itu melaju pelan melewati barisan warga, semakin pelan, dan berhenti di depan sebuah rumah.

Tanda tanya dibenak para warga semakin besar, ketika tahu bahwa ambulans itu ternyata mematikan mesinnya yang menderu tepat di pelataran rumah mewah Pak Suhadi.

"Siapa yang meninggal? Ada yang sakit?" tanya Yu Minah pada Yu Janti, mereka berdua adalah tetangga yang rumahnya paling dekat dengan Pak Suhadi.

Rasa penasaran mereka berdua bukan tanpa alasan. Sebab, keduanya ingat betul tadi pagi Bu Siyem masih belanja sayur seperti biasa dengan wajah tak menunjukan kesedihan atau duka apapun.

Aneh, bukan? jika siang ini ada berita duka tapi tak satu pun tetangga dekatnya diberi tahu?

Yu Janti hanya menjawab dengan gelengan pada Yu Minah, tanda dirinya sama-sama tidak tahu.

Detik kemudian, terlihat Bu Siyem dan Pak Suhadi keluar dari rumah mewahnya menghampiri mobil ambulans itu.

Bu Siyem dengan segala raut kesedihan di wajahnya, dan Pak Suhadi dengan wajah dingin misteriusnya.

Ya, wajah misterius. Seperti kejadian yang sudah-sudah, setiap kali berita kematian datang dari orang-orang terdekatnya, Pak Suhadi--lelaki bertubuh kurus--itu tak pernah menampakan raut kesedihan sedikit pun.

Mungkin karena tak ingin larut dalam kesedihan, atau ... ada sesuatu yang membuatnya tak pernah tampak bersedih? Entahlah.

Suami istri itu mendekat mobil ambulans. Lalu, salah seorng petugas berpakaian khas rumah sakit terlihat menghampiri dan berbicara pada Pak Suhadi dengan ucapan yang sama sekali tak bisa di dengar oleh orang lain. Seperti ... bergumam, ditambah petugas itu berbicara dengan mulutnya tertutup masker.

Pak Suhadi hanya terlihat sesekali mengangguk seakan tengah menyetujui sesuatu, kemudian obrolan mereka berakhir dengan langkah petugas yang sigap menuju ke arah pintu belakang mobil, lalu membukanya.

Dari dalam mobil terdengar suara deritan besi yang tergesek. Ada dua petugas rumah sakit lainnya yang ternyata ikut membantu mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.

Warga yang ingin tahu mulai lebih dekat mengelilingi Pak Suhadi, Bu Siyem, dan para petugas beserta mobil ambulans itu. Dengan harapan rasa penasaran mereka segera terjawab.

Beberapa saat kemudian ....

"Dirman, yaa Allah!" teriak Bu Siyem histeris. Tubuhnya mendadak lemas, lalu menggelepar tak sadarkan diri.

"Bu ... Bu ...!" Warga yang menyaksikan ikut panik dan membantu memapah tubuh lemas Bu Siyem masuk ke rumahnya.

"Dirman?" bisik tetangga pada tetangga yang lain, mereka saling pandang dengan tatapan bertanya-tanya.

Masing-masing dari mereka berasumsi tentang apa penyebab kematian Dirman? Ada yang berpendapat Dirman kena serangan jantung, Dirman bunuh diri, bahkan ada yang berpendapat Dirman dibawa demit pesugihan peliharaan Pak Suhadi, bapaknya.

"Dulu Sirin juga mati mendadak. Kalau Sirin memang kena serangan jantung. Sebab, tubuhnya penuh bercak biru kehitaman. Itu ciri-ciri orang yang mati kena serangan jantung," ucap seorang warga.

"Ah, aku nggak yakin. Soalnya, desas desus yang beredar Pak Suhadi itu, 'kan muja!" ketus tetangga yang lain, yang kemudian asumsi itu mendapat dukungan berupa anggukan dari beberapa warga yang sepemikiran dengan pendapat tersebut.

JERAT PESUGIHAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang