Jerat Pesugihan

7.9K 161 4
                                    

#JERAT_PESUGIHAN
#Part 3

Janji bertemu di pos kamling, membuat Kresno datang paling awal. Padahal jam baru menunjuk angka 8 malam.

"Heh! Sudah sampai sini kamu, No?" sapa Tugiman yang baru datang setelah lewat pukul 9 malam.

"Iya, dari jam delapan," gerutunya.

"Jam wolu wis tekan kene, ape opo awakmu? Hahaha." kelakar Tugiman, heran dengan Kresno yang terlalu buru-buru berangkat jaga.

Krenso menanggapinya dengan mengangkat kedua bahu, wajahnya ditekuk entah bosan, atau karena hal lain.

"Wayah udan ngene, lagian ape ngopo gasik-gasik? Mung dadi konco lemud tok."

"Wis-wis, jadi gini, Man. Kamu tahu tentang pesugihan gak?"

"Pesugihan apa?" Belum tampak raut terkejut di wajah Tugiman. Ia kini sibuk menyalakan rokok yang diapit kedua jemari tangan kirinya.

"Pesugihan yang kemarin kalian bicarakan?"

"Eh, sik sik. Kamu dengar dari siapa?"

Kresno salah tingkah, ia beberapa kali menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal. "Em ... dengar pas kalian bertiga jaga sebulan yang lalu," ucapnya.

Tugiman manggut-manggut, diembus olehnya asap rokok yang dinikmatinya ke udara.

"Jadi, sebenarnya yang lebih tahu tentang itu Sidul. Tunggu saja orangnya datang. Biar jelas," ujar Tugiman.

"Kang, monggo dikresaake (silahkan dinikmati). Hanya ada ini saja ... lumayan Kang, buat teman jaga ronda." Seorang warga datang mengantar camilan alakadarnya pada Tugiman dan Kresno.

Keduanya semringah menerima jajanan berupa apem, botor goreng, dan sepoci teh beserta gelas yang sudah terisi gula.

"Wah wah wah, Yu Dasti memang pengertian." Tugiman merayu.

Yu Dasti yang janda kembang kampung kini tersipu, "Cuman itu saja loh, Kang, biasa."

"Iki wae wis enak, Yu. Kesuwun yo?" Kresno menimpali, ia merasa risih dengan tingkah genit Tugiman yang memang hobi merayu wanita.

"Eh, ya. Kalo begitu aku duluan, Kang." Yu Dasti pamit untuk pulang dengan langkah yang dibuat melenggok bak model papan atas. Dasar!

"Atu-ati, Yu." Tugiman senyam-senyum memerhatikan gelagat jalan si janda kembang sambil menikmati teh hangat buatannya.

Sementara Kresno menggeleng heran.

"Sudah lama kalian di sini?" Seseorang menepuk bahu kedua lelaki yang tengah asyik berbincang dan menikmati hidangan di pos kamling.

Adalah Sidul yang baru datang saat jam menunjuk angka 10 malam.

"Heee kebengen koe (kemalaman kamu), kita sudah mau muter ini," ucap Kreno menyambut Sidul yang kini duduk di antara mereka.

Ia menyambar botor goreng beberapa biji, lalu mengunyahnya. "Aku ketiduran tadi. Gak enak badan, dingin," kilahnya seraya menuang teh ke dalam gelas berisi gula miliknya.

Sepasang mata Kresno melirik Sidul, menagih janji yang tadi siang sempat diutarakan Sidul.

Tahu maksud dari lirikan Kresno yang menagihnya cerita, Sidul nyeletuk, "Mengko tak ceritani sante wae. Ayok, dewe muter sik!" ajak Sidul yang kini telah beranjak menenteng senter.

Klik. Senter menyala.

"Saiki?" Tugiman meyakinkan, sebelum akhirnya ikut beranjak bersama Kreno mengikuti Sidul yang mengangguk setuju.

JERAT PESUGIHAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang