8. TIMEZONE

10 0 0
                                    

Ga kerasa hari udah minggu lagi dan sekarang Arabell lagi siap-siap buat jogging disekitaran komplek rumahnya,Arthur mah masih ngebo gausah ditanya. Tadinya mau minta temenin tapi ngeliat Arthur yang tidurnya udah gabisa dideskripsikan lagi akhirnya dia jogging sendiri.

Pas lagi pemanasan didepan rumahnya tiba-tiba cowo yang waktu itu teriakin nama Arthur ngelewat depan rumahnya,Tapi dia jalannya rada pincang gitu. Karena Arabell baik hati dan tidak sombong Arabell teriakin tuh namanya. 

"Eh Lo." 

Rafid langsung nengok. padahalmah daritadi juga ngeliatin.

"I..iya Kenapa?"

"Kaki Lo kenapa dah?"

"Tadi digiles motor." Buset.

"Mau diobatin dulu ga?Takutnya makin sakit."

"Eh?"

"Uh eh uh eh,mau ga?Kalau ga gue ma--"

"Iya gue mau." Potong Rafid.

Rafid seneng banget bukan kepalang. Ya mungkin ini bisa jadi awal dari semuanya.

Pas Arabell lagi ngobatin kakinya Rafid,Arthur turun kebawah dengan muka bantal.

"Bel ko ga jogging sih tumben." Arthur ngomongnya sambil merem. Goblok.

"Gue abis bantuin orang,pagi-pagi lumayan kan. Soalnya kalau gue terusin juga makan ati ntar."

Rafid gimana itu?Ya dia aneh aja ko Arthur ada disini tapi dia lebih memilih buat ga buka mulutnya.

"Kenapa?Lo liat Bintang lagi jogging juga bareng Cheryn?" 

"Suka bener."

"Ya kenapa tadi ga Lo ajak gue supaya bisa gue sleding tuh si Bintang."

"Lah gimana yak,ga enak gue mau bangunin lo tadi aja tidurnya enak banget. Eh udah gitu gue ketemu si Rafid lagi jalan sambil pincang-pincang."

"Rafid mana maksud lo?"

"Itu yang heboh sama Lo waktu kemarin." Arthur langsung buka mata.

"Rafiddd??!! Emang ya dunia itu sempit." Arthur langsung jalan ke arah Rafid dan duduk dipinggir nya.

"Eh iya deh,Gue mau tanya ko lo bedua bisa kenal sih?kan kalian sama sama murid baru,mana kaya orang yang udah gaketemu belasan taun lagi."

Kan emag gitu konsepnya -Arthur

Sabar aja ya Fid -Rafid

"Oh itu..Jad-"

"Jadi kita pernah ketemu pas motornya Arthur mogok dijalan,tengah malem banget nah kebetulan gue pulang lewat situ jadi gue nolongin dia teruslah kita ceria banyak sampe akhirnya kita lost contact." Jelas Rafid,tapi yang pasti pas Arthur lagi mau jelasin Rafid udah melotot seakan ngasih kode kalau jangan bilang. Tapi Arabell mah percaya percaya aja tanpa niat nanya-nanya lagi.

"Nah iyaaa gitu ceritanya."

"Eh gue balik dulu ya,makasih bel." Arabell yang melihat senyuman itu seperti mengenali tapi siapaa?

"Ah hati-hati Fid." Arthur berdiri sambil nenteng gelas yang tadi dia bawa dari dapur.

Arabell yang lagi disamping Arthur langsung nyeletuk "Thur ko tadi pas dia senyum ke gue,gue merasa kenal ya sama senyuman itu tapi siapa sih?Kaya pernah liat sebelumnya dan ngerasa ga asing."

Kalau aja lo tau bel itu siapa,tapi lo kenapa sebelumnya -Arthur bermonolog

"Ya mana gue tau guekan tempe." Arthur langsung nagcir ke kamar mandi sedangkan Arabell udah siap-siap mau gigit Arthur.

"IYA BEL MAAP HADUH."

**

Pemuda itu tengah menghisap rokok yang sudah tinggal sedikit,di balkon kamarnya. Ya,Bintang. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya bahkan menyentuh rokok pun enggan. Pikiannya berkenala pada kejadian berbulan bulan yang lalu.

"Ih jangan curang dong." Arabell dan Bintang sedang beradu bola basket di Timezone siang itu.

"Mangkanya tangan tuh yang panjang biar gampang."

Tuhkan gitu aja Arabell udah cemberut. 

"Iya maaf." Bintang merubah posisi menjadi dibelakang Arabell,sangat dekat hingga deru napas Bintang bisa Arabell rasakan. Jangan tanya keadaan hati Arabell,seperti sedang marathon.

Bintang mengambil tangan mungil Arabell lalu membantunya memasukan seluruh bola itu kedalam ring basket.Bintang kalah karena tadi Ia tadi membantu Arabell,tapi tak apa.

Skor pun 15-7.Bintang tertinggal jauh tak apa katanya.

Lalu selanjutnya mereka memainkan game dancing pam. Lagu diputar dan mereka terlihat menikmati sampai sampai skor seimbang.

Mereka sudah mencoba nya lebih dari 3 kali dan orang disekitar sudah memperhatikan bagaimana gemasnya mereka.

Bintang menagis tak bersuara. Tentu saja lebay,tapi Bintang tidak peduli karena itu yang Ia rasakan. Bagaimana pun Bintang rindu akan sosok Arabell yang selalu mewarnai hari-harinya tapi...

Semilir angin makin menambahkan kesan bahwa Bintang sedang tidak baik baik saja.

Ia memejamkan mata berharap Arabell akan datang ke mimpinya.



Stay Or LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang