The Self

1.6K 188 6
                                    

Jeno menatap sendu melihat dua sejoli yang kini tengah menjalin hubungan asmara. Mereka adalah Chenle--mantan kekasih--dan juga Jaemin--sahabatnya.

Jeno merasakan dadanya terasa sesak saat mendengar suara tawa Chenle yang begitu bahagia. Selama hubungannya bersama pemuda itu dulu, tidak pernah sekali pun Jeno mendengar tawa itu. Chenle memang sering tertawa olehnya tapi tidak tertawa sebahagia ini.

Merasa dirinya telah gagal menjadi seorang laki-laki berstatus seme untuk Chenle. Ingin rasanya Jeno membalikan waktu dan menolak permintaan mantan kekasihnya untuk berpisah. Tapi apakah bila itu terjadi, Chenle akan bahagia seperti sekarang? Atau kah hanya suara tawa seperti dulu dapat dengar olehnya? Jeno tidak tahu.

"Menyesal menerima ajakan putus Chenle?" Suara itu berasal dari Huang Renjun, salah satu sahabatnya selain Jaemin. Laki-laki berdarah Cina itu hanya bisa menatap sendu ke arah Jeno. "Selama janji suci mereka belum terucap, kau bisa merebut cintanya kembali, Jeno. Aku yakin itu."

Jeno menggeleng. Menatap sekilas ke arah Renjun yang kini telah duduk di sampingnya. "Dia telah bahagia dengan pilihannya. Aku percaya Jaemin bisa membahagiakan Chenle."

"Tapi kau yang tersiksa seperti ini, Jeno." Renjun menepuk pelan bahu kiri temannya itu. "Aku tahu bagaimana perasaanmu saat mengetahui mereka berdua yang telah menjalin hubungan di belakangmu. Aku pun kecewa terhadap mereka."

Jeno kembali menggeleng. "Ini bukan salah mereka. Ini salahku yang tidak bisa membahagiakan Chenle saat kami masih berpacaran."

"Jeno." Suara tegas Renjun mau tidak mau membuat Jeno mengalihkan perhatiannya kepadanya. "Katakan dengan jujur apa yang kau rasakan. Aku tidak ingin kau menyimpan semua ini. Masih ada aku di sini, sahabatmu."

Jeno tersenyum miris. Tangan kanannya memegang dada kirinya. "Sakit."

"Apalagi, Jeno?"

"Sesak, Renjun. Ini sangat sesak."

"Kau pantas mendapatkan yang terbaik. Aku yakin itu, Jeno. Masih banyak laki-laki berstatus uke lain di sana yang lebih baik untukmu, dibandingkan pemuda Cina itu."

"Tidak akan bisa, Renjun." Jeno kembali menatap Chenle yang kini tengah digendong oleh Jaemin. "Ada satu kalimat yang Chenle katakan kepadaku. Dia bilang, bila aku tidak bisa menemukan jawaban itu, maka aku tidak akan bisa berjalan menemukan cinta lainnya."

"Kau masih percaya dengan perkataan mantanmu yang berselingkuh itu?"

"Chenle tidak akan pernah berbohong kepadaku. Dia selalu jujur."

"Kalau dia selalu jujur kepadamu, tidak mungkin dia bisa bermain belakang dengan Jaemin. Bahkan mereka melakukan hubungan gelap itu selama dua bulan, Jeno. Dua bulan?! Dan kau masih bila dia tidak pernah berbohong?! Apa yang kau pikirkan, Lee Jeno?!"

Jeno bungkam. Benar apa yang dikatakan oleh Renjun. Yang Chenle lakukan adalah suatu kebohongan yang telah dilakukannya. Dan Jeno layaknya keledai yang mudah dipermainkan oleh seorang lumba-lumba berkedok polos itu.

"Apa kau yakin tidak ada kebohongan lain yang dilakukan oleh Chenle-mu itu?"

Jeno diam. Perkataan Renjun seakan menghantamnya layaknya sebuah bola besi besar yang hendak menghancurkan sebuah bangunan berlantai.

"Sekali lagi. Katakan kepadaku apa yang dikatakan oleh Chenle kepadamu?"

"Jika Hyung tahu apa yang aku butuhkan saat itu, hubungan kita tidak akan seperti ini, Hyung." Jeno berbicara persis seperti apa yang dikatakan oleh Chenle saat hari di mana hubungan keduanya kandas.

Renjun tersenyum masam. Ia tahu maksud dari kata-kata itu. "Jadi ini alasan kenapa Jaemin selalu ada di sampingnya dan membuat mereka merasa nyaman hingga berani bermain di belakangmu, Jeno."

THE SELF (JENO CHENLE JAEMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang