"Ki, by the way, gimana nikahan kakaknya Mark minggu lalu?," tanya Jennie kepada Kiera di saat mereka pergi untuk makan siang di restoran langganan mereka.
"Lancar kok. Sebenernya cuma mau ngundang orang-orang deket. Tapi orang-orang terdekat mereka emang banyak banget. Jadi rame banget kemarin pas resepsi." cerita Kiera. Ia kemudian teringat kepada pertemuannya dengan Wira di resepsi pernikahan Shelby.
"By the way, lo harus tau gue ketemu siapa kemarin," sambung Kiera membuat Jennie penasaran. Jennie menyingkirkan buku menu yang sedang di pegangnya untuk fokus kepada Kiera.
"Siapa?"
"Wira."
Jennie mengerutkan keningnya sebentar, kemudian matanya memunculkan kekejutan. "Wira angkatan kita? Yang ngegebet lo?"
"Iya... Wir--- eh, apa??? Ngegebet gue?" sontak Kiera kaget mengetahui bahwa Jennie tahu akan hal itu.
"Jelas banget kali, Ki! Lo aja yang nggak peka." lanjut Jennie sambil menatap Kiera kesal. "Nggak nyadar aja lo gimana Wira yang sangat calm, selalu senyum tiap ngobrol sama lo. Terus dulu gue tanya ke Daniel, taunya bener dia suka sama lo."
"Kok lo nggak ngasih tau gue, sih?" tanya Kiera bingung. Ia tidak kesal Jennie mengetahui itu, tapi ia hanya merasa aneh mengapa sahabatnya menyembunyikan fakta itu darinya.
"Bukan hak gue buat kasih tau lo. Kalau Wira emang tertarik sama lo dan pengen lo jadi pacarnya, ya dia dong yang harus gerak." jawab Jennie seadanya. Kiera terkekeh mendengar jawaban sahabatnya. Jennie being Jennie, batin Kiera.
"Kenapa? Nyesel lo baru tau sekarang?" tanya Jennie spontan.
Kiera mengerling jahil. "Dikit hehe."
Jennie membelalakan matanya mendengar respon Kiera, kemudian ia memukul tangan Kiera yang berada di atas meja. "Jangan gila!!! Itu brondong satu mau lo kemanain!?"
"Canda kali, Jen!" Kiera tertawa. Kemudian menambahkan dengan nada bercanda, "Lagian bener kata lo. Kalau dia ingin sama gue, ya harusnya dia gerak. Kalau nggak gerak, ya mungkin dia nggak ingin-ingin amat sama gue."
Sebelum Kiera dan Jennie memesan makanannya, seseorang menghampiri mereka dan duduk di sebelah Jennie.
"Heh, Kulkas! Nggak kangen lo sama gue? Ngebucin mulu kerjaan lo," semprot laki-laki yang baru duduk itu.
"Pindah lo, sana! Jauh-jauh!" usir Kiera kepada sahabatnya yang lain, Dylan.
"Emang gue mau pindah kali. Gue ke sini mau bully lo doang," Dylan memeletkan lidahnya. Laki-laki itu beralih ke sebelahnya.
"Tempat makanmu udah ku cuci. Nanti beres kantor aku balikin, ya?" ujar Dylan kepada Jennie. Sedangkan perempuan itu hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.
Kiera memicingkan matanya. "Tunggu, tunggu. Gue ketinggalan apa nih?"
"Ketinggalan kereta," jawab Dylan sambil menyentil dahi Kiera, kemudian beranjak pergi menghampiri rekan-rekannya di meja lain.
"What the... DYLAN!!! Sini nggak lo!" protes Kiera dengan suara lantang. Sedangkan yang dipanggil hanya tertawa melihat Kiera. Panggilan Kiera juga membuat rekan-rekan Dylan menatapnya, membuatnya malu dan membuang mukanya.
"Jen!? Apa-apaan tuh tadi?" tanya Kiera belum puas.
"Apa-apaan gimana, sih? Kemarin Dylan lagi kangen almond crispy. Ya gue bawain. Udah," jawab Jennie terlalu santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
retrouvailles
Romanceretrouvailles; the happiness of meeting again after a long time Ketika Kiera dipertemukan lagi dengan Mark setelah sekian lama, tanpa tau apa yang akan takdir lakukan kepada mereka dalam waktu singkat.