24. unlucky day (b)

3.1K 407 303
                                    

Kiera berjalan menuju lift untuk segera turun ke restoran. Ketika lift sudah turun beberapa lantai, lift kembali berhenti, menandakan ada orang yang akan masuk ke dalam lift. Dari beberapa orang yang masuk, salah satunya adalah Dylan. Namun sahabatnya itu tidak menyadari keberadaannya karena masuk ke dalam lift sambil memperhatikan handphone-nya. Padahal ia berdiri tepat di depan Kiera. Dengan jahil, Kiera mengulurkan tangannya dan menjambak sebagian kecil rambut sahabatnya itu.


"Aw!" Dylan mengaduh sambil membalikan badannya cepat dengan wajah jengkel. Sontak Kieta tertawa melihat kejahilannya berjalan mulus.


"Nih anak ya, bener-bener!" seru Dylan jengkel sambil mencubit pipi Kiera gemas, namun senyumannya mengembang saat melihat Kiera sebagai dalang dari kesakitan yang ia rasakan.


"Aww! Lepasin, Dylan!" seru Kiera sambil memukul-mukul tangan Dylan yang mencubitnya. Kegaduhan itu tidak luput dari mata para pengguna lift lainnya. Sebagian hanya terkekeh geli, sebagian lagi menatap kedua manusia itu dengan pandangan bingung.


"Mas Dylan, ceweknya ya? Nggak akan dikenalin ke kita-kita?" tanya salah satu orang yang turut masuk bersama Dylan ke dalam lift. Kiera memperhatikan orang yang menggunakan nametag yang sama dengan Dylan itu. Ia menyadari bahwa ia pernah melihat orang tersebut di resto saat ia sedang makan dengan Jennie, dan Dylan makan dengan rekan-rekannya.


"Ih, males banget gue disangka pacaran sama lo!" tolak Dylan dengan wajah menolak yang dibuat-buat, namun ia bergerak merangkul Kiera. "Udah tengil, gak jelas lagi. Salut aja gue sama pawangnya."


Atas dasar kesal, Kiera menyikut perut Dylan pelan. "Aw!" keluh laki-laki itu lagi.


"Nggak usah lebay!" protes Kiera kepada Dylan yang mengaduh sambil memegang perutnya. Pertengkaran kecil itu seakan menjadi hiburan tersendiri bagi orang-orang di dalam lift.


Setelah puas mengganggu Kiera, Dylan kembali ke mode normalnya. "Udah di jemput Mark?"


"Belum. Gue nungguin temen kuliah gue dulu, ngajak makan di bawah." jawab Kiera sambil mengecek handphone-nya, menunggu kabar dari Daniel. "Belum nyampe kayanya."


"Gue juga mau makan di bawah sama mereka," ujar Dylan sambil mengarahkan dagunya untuk menunjuk ketiga rekan kerjanya. "Bareng aja kalau lo mau."


"It's okay. Bentar lagi dateng kayanya. Gue pisah meja aja." tolak Kiera.


Kiera berjalan bersama Dylan di belakang rekan kerja Dylan menuju restoran. Saat mengedarkan pandangannya, ia belum melihat sosok Daniel di dalam restoran. Sehingga ia memutuskan untuk mencari tempat terlebih dahulu, terpisah dari Dylan.


Kiera baru saja duduk dan menyimpan tasnya, ketika Dylan turut duduk di sebelahnya. "Lah, lo ngapain di sini?"


"Gue temenin lo sampe temen lo dateng," jawabnya acuh tak acuh, sambil mengeluarkan handphone-nya dan kembali fokus ke benda tersebut.


Kiera menahan senyumannya. Sahabatnya yang satu ini selalu bertingkah tidak peduli, padahal perilakunya menunjukan sebaliknya.


"Dy," panggil Kiera pelan, mengalihkan perhatian Dylan dari benda di tangannya. Kiera tergerak untuk bertanya kepada Dylan.


"Hmm?"


"Nggak ada yang mau diceritain apa sama gue?"


Sebelah sudut bibit Dylan terangkat, dan Kiera melihat itu. "Apa sih, Ki? Tiba-tiba banget." elak laki-laki itu.


retrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang