Mark Delano
|Kabarin aku kalau udah beres ya, kak
Kiera membuka chat dari Mark yang baru saja masuk. Sejujurnya Kiera merasa cukup nervous akan pergi dengan Mark. Karena ini pertama kalinya bagi Kiera untuk pergi berdua dengan Mark. Bahkan ketika kuliah pun mereka tidak pernah pergi berdua saja keluar.
Kiera pun masih bingung kenapa Mark memilih untuk mengajaknya dan bukan mengajak perempuan yang bersamanya saat di supermarket dua hari yang lalu. Kiera takut jika ia mengganggu hubungan apapun yang Mark miliki dengan perempuan itu. Ia masih berpikir apa ia harus memberikan alasan agar tidak jadi pergi dengan Mark.
Cukup lama Kiera membiarkan chat room terbuka tanpa membalasnya. Hingga tiba-tiba handphone-nya berdering tanda ada telepon masuk dari orang yang sedang jadi objek pikirannya. Kegugupan Kiera bertambah. Ia takut ia tidak bisa memberikan alasan jika berbicara langsung. Namun pada akhirnya ia tetap mengangkat teleponnya.
"Ya, Mark?"
"Kita jadi pergi kan, kak?"
"Mark... gue... ehm..."
"Kenapa kak?"
"Gue... kayanya gue..."
"Gak bisa nganter, ya?," nada bicara Mark yang turun membuat Kiera tidak enak hati untuk menolaknya.
"Bukan! Bukan gitu, Mark. Cuma kayanya gue... beresnya bakalan lama," Kiera memejamkan matanya. Merasa bodoh dengan alasan yang keluar dari mulutnya.
"Oh ya udah kak, gak apa-apa. Aku tungguin aja."
"Mungkin jam enam atau tujuh gue baru beres," ucap Kiera setelah melirik jam yang jarum jamnya menunjukkan pukul setengah empat. Semoga Mark sendiri yang membatalkannya karena tidak mau menunggu lama.
"Gak apa-apa, kak. Aku bisa nunggu," ucap Mark dengan penuh penekanan.
Sial, jawabannya tidak sesuai yang Kiera pikirkan.
"Lo yakin, Mark? Masih lama loh," Kiera masih ingin Mark berubah pikiran dan membatalkan janji mereka.
"Ya ampun, kak. Yakin. Dua atau tiga jam nunggu mah gak ada apa-apanya," ujar Mark sambil terkekeh.
"Hah? Maksud lo?," pernyataan Mark jelas membuat Kiera bingung.
"Udah pokoknya nanti kalau udah selesai bilang ya. Biar aku jemput," usul Mark tanpa menjawab pertanyaan Kiera.
"E-eh gak usah, Mark! Kita ketemu di sana aja! Gue kan bawa mobil," tolak Kiera.
"Masa aku minta anter tapi gak ngejemput sih, kak? Janji deh nanti baliknya aku anter lagi ke kantor kakak buat ambil mobil," kata Mark lagi.
Kiera mendengus saat menyadari bahwa ia menemukan satu sifat Mark yang tidak pernah dilihatnya selama kuliah, yaitu keras kepala dan tidak menerima penolakan.
|retrouvailles|
Sekarang Kiera sedang berdiri di lobby gedung kantornya, menunggu Mark yang katanya sudah hampir sampai. Tak lama kemudian sebuah mobil SUV berwarna hitam dan beratap putih berhenti di depan Kiera. Terlihat Mark turun dari mobilnya dan membukakan pintu untuknya.
"Hai, kak. Langsung aja, yuk," ajak Mark. Dengan canggung Kiera masuk ke dalam mobil Mark.
Mobil Mark mulai melaju dan Kiera hanya bisa menahan kegugupannya dengan terus melihat ke arah jendela. Kiera sempat memperhatikan penampilan Mark saat Mark turun dari mobil tadi. Ia menggunakan celana jeans biru dan t-shirt putih yang dipadukan dengan bomber jacket hitam. Tampan tentu saja. Dan untung saja kantor Kiera mengizinkan pekerjanya menggunakan baju bebas sehingga ia tidak akan terlihat terlalu formal jika langsung pergi sepulang dari kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
retrouvailles
Roman d'amourretrouvailles; the happiness of meeting again after a long time Ketika Kiera dipertemukan lagi dengan Mark setelah sekian lama, tanpa tau apa yang akan takdir lakukan kepada mereka dalam waktu singkat.