.
.
.
Pagi itu, suasana sekolah terasa lebih sunyi daripada biasanya, seolah-olah ada sesuatu yang hilang. Fiera duduk di kantin, memainkan sedotan di gelas es tehnya sambil sesekali melirik ke arah Selena yang duduk di depannya. Sahabatnya tidak berbicara, tetapi Fiera bisa merasakan kekhawatiran yang sama terpancar dari mata Selena. Resya, sahabat mereka, tidak masuk sekolah hari itu. Alasannya? Sakit, katanya. Tapi Selena yakin itu bukan hanya karena penyakit fisik.Selena akhirnya memecah keheningan dengan menghela napas panjang. "Lo tau kenapa dia nggak masuk, kan?" tanyanya tajam, meskipun Fiera tahu pertanyaan itu lebih seperti pernyataan.
Fiera mengangguk pelan. "Gue tau, Sel. Itu pasti ada hubungannya sama Jendra."
Selena menatap Fiera tajam, seolah menunggu respon yang lebih kuat. "Ya iyalah! Resya selalu aja kayak gini. Dia nggak ngerasa capek apa? Setiap kali dia disakitin Jendra, Resya selalu balik ke dia lagi. Dan sekarang sampai nggak masuk sekolah!" Suaranya meninggi.
Fiera mengerti kenapa Selena kesal. Ini bukan pertama kalinya Resya absen karena "sakit" setelah berurusan dengan Jendra. Meskipun Resya selalu menyangkal ada sesuatu yang salah, mereka berdua tahu bahwa Jendra sering memperlakukan Resya dengan cara yang salah. Hubungan tanpa status yang mereka jalani selalu penuh drama dan ketidakpastian.
"Lo nggak bisa nyalahin dia sepenuhnya," Fiera mencoba meredakan suasana. "Lo tau sendiri Resya itu sayang banget sama Jendra. Kadang orang suka bikin keputusan yang nggak rasional waktu mereka jatuh cinta."
Selena mendengus. "Cinta? Itu lebih mirip obsesi buta, Fie. Gue nggak ngerti gimana dia bisa terus bertahan sama cowok kayak Jendra."
Fiera tidak ingin berdebat lebih jauh. Dia tahu Selena terlalu marah sekarang untuk berpikir jernih. Namun, saat itu juga, Selena tiba-tiba berdiri dengan gerakan tegas.
"Sel, mau kemana lo?" tanya Fiera, agak terkejut.
"Gue mau cari Jendra dan ngelabrak dia. Gue nggak bisa tinggal diam kayak gini," kata Selena dengan nada yakin.
Fiera langsung merasa gelisah. "Sel, gue rasa itu bukan ide yang bagus. Kita nggak tau apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin Resya cuma kecapekan atau stres sama pelajaran."
"Terserah lo mau percaya apa, tapi gue tau ini ada hubungannya sama Jendra. " balas Selena dengan keras kepala. "Dan gue nggak akan diem aja liat sahabat gue disakitin terus-terusan."
Akhirnya, Fiera tidak punya pilihan selain mengikuti Selena yang sudah berjalan cepat menuju lapangan olahraga. Di sana, kelas Jendra sedang ada pelajaran olahraga, dan Fiera bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat. Ia tidak suka konfrontasi, terutama saat keadaan bisa menjadi kacau seperti ini.
Ketika mereka sampai di lapangan, Fiera melihat Jendra sedang bermain sepak bola dengan teman-temannya. Tapi perhatian Fiera malah teralih saat matanya tanpa sengaja bertemu dengan tatapan seseorang yang dia kenal betul. Helga.
KAMU SEDANG MEMBACA
te amo || haechan lee
Teen Fiction[REVISI] possesive boy, but i love you more. Ibarat gali lobang tutup lobang, Fiera seharusnya tahu bahwa kembali berhubungan dengan Helga hanyalah mengulang kesalahan yang sama. that's where the power of love begins to act. Disclaimer ⚠️ harshword...