.
.
.Helga menghela napas panjang saat berjalan keluar dari bengkel. Di pikirannya masih terbayang wajah Fiera yang dingin dan tak tersentuh, seolah gadis itu telah menutup semua celah untuk ia dekati lagi. Hatinya terasa berat, ia tak habis pikir bagaimana Fiera bisa berubah secepat itu. Terlalu banyak pertanyaan yang menghantuinya, mengoyak rasa bersalah yang telah ia pendam lama. Namun di balik semuanya, ada keinginan kuat untuk memperbaiki hubungannya, meskipun ia tak tahu harus mulai dari mana.
Dengan penuh frustrasi, Helga melangkah menuju markas RB Zone tempat ia biasa menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya untuk melupakan sejenak kerumitan hidupnya. Sesampainya di sana, ia disambut oleh Rendi yang sedang berbaring di sofa depan, ia tampak asyik dengan ponselnya. Rendi menatap Helga sebentar sebelum mengembuskan nafas, menatap Helga dengan tatapan malas.
"Ada yang nyariin lo tuh, kayak yang nggak sabar banget ketemu" ujar Rendy dengan nada malas dan sedikit sindiran.
Helga merasakan dadanya kian berat. Hari ini sudah cukup melelahkan untuknya, kedatangan seseorang hanya akan menghabiskan energinya. Sungguh, Helga tidak punya tenaga untuk bertemu dengan siapapun saat ini.
"Siapa yang nyari gue? Bisa besok aja gak? Gue lagi pengen sendiri." jawab Helga setengah frustasi, ia berancang-ancang untuk pergi.
"Siapa lagi kalau bukan dia? Gak bisa ga, gue udah bilang kalau lo gak bakal kesini. Eh anaknya ngotot, tuh malah tantrum dia didalem." Sahut Kala yang datang dari dalam, tangannya sedang sibuk membuka botol minuman soda yang ia bawa dari dapur.
Helga menghela nafas lagi, niatnya untuk pergi semakin kuat, ia tahu betul siapa yang dimaksud oleh Rendi dan Kala. Gadis yang pernah Helga dekati karena tantangan dari teman-temannya itu selalu mencari keberadaan Helga ketika ia tidak membalas pesannya. Andai waktu bisa diputar kembali, Helga lebih baik minum satu botol bir dibanding memilih tantangan untuk mendekati Sena. Hatinya sedang kalut saat itu, kabar bahwa Fiera berpacaran dengan Sagara membuat hatinya terbakar. Helga selalu teringat janjinya pada Fiera bahwa ia tidak lagi menyentuh minuman keras. Pikirnya lebih baik ia mendekati Sena dalam waktu satu bulan daripada melanggar janjinya kepada Fiera.
Nyatanya, berhubungan dengan Sena lebih buruk. Helga salah memilih, meskipun pilihan lainnya tak kalah buruk. Setidaknya efek dari alkohol akan hilang ditelan waktu, sedangkan Sena? Gadis itu terus menerornya dengan puluhan chat dan telepon setiap harinya, dan itu membuat Helga semakin frustasi karena sena tidak mau pergi dari hidupnya.
"Helga!"
Baru saja ia hendak membalik badan untuk pulang, panggilan Sena dari arah pintu membuatnya terhenti.
Sena mendekat pada Helga, ia menatap Helga dengan ekspresi serius. Ada sorot terluka dalam tatapan gadis itu, tetapi ada pula keinginan kuat untuk tetap berada di sana. Helga tahu betul bahwa Sena tidak akan pergi tanpa mendapatkan jawaban yang diinginkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
te amo || haechan lee
Teen Fiction[REVISI] possesive boy, but i love you more. Ibarat gali lobang tutup lobang, Fiera seharusnya tahu bahwa kembali berhubungan dengan Helga hanyalah mengulang kesalahan yang sama. that's where the power of love begins to act. Disclaimer ⚠️ harshword...